Blog masa kini yang berisi kontent inspiratif

MAKALAH 9 - TIK - KOMUNIKASI DAN SISTEM PEMBELAJARAN PAI

KOMUNIKASI DAN SISTEM PEMBELAJARAN PAI
Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Pembelajaran PAI Berbasis TIK”


Disusun oleh:
Anggita Windi P.                   (210315295)
April Hardiansah                  (210315266)
Yuliana Afifah                      (210315278)
KELAS PAI.H-KELOMPOK 9


Dosen pengampu
Nurul Malikah, M.Pd.


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
MEI 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Komunikasi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran PAI merupakan salah satu aspek penting yang menentukan kualitas proses pembelajaran. Kemudian, komunikasi dapat diartikan proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi satu dengan yang lainnya, yang pada akhirnya menghasilkan pemahaman yang sama. Keberhasilan proses pembelajaran PAI akan sangat tergantung kepada efektifitas proses komunikasi yang terjadi antara guru dengan peserta didik. Guru merupakan pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran, sehingga guru sebagai pendidik dituntut untuk memiliki ketrampilan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif, sesuai dengan tujuan pembelajaran.[1]
Menyadari betapa pentingnya mengetahui bagaimana komunikasi pada sistem pembelajaran, maka makalah ini membahas mengenai pengertian komunikasi dan sistem pembelajaran PAI.

B.       Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian dari komunikasi?
2.         Apa pengertian sistem pembelajaran PAI?
3.         Bagaimana komunikasi pada sistem pembelajaran PAI?





 
 


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan atau bersama dengan, dan kata units, sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut communion, yang berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk bercommunio diperlukan adanya usaha dan kerja, kata itu dibuat kata kerja communicate yang berarti membagi sesuatu dengan orang memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Jadi, komunikasi berarti pemberitahuan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Logman Dictionary of  Contemporary English memberikan definisi kata communicate sebagai upaya untuk membuat pendapat, mengatakan perasaan, menyampaikan informasi, dan sebagainya agar diketahui atau dipahami oleh orang lain. Arti lain yang juga dikemukakan  dalam kamus tersebut adalah berbagi atau bertukar pendapat, perasaan, informasi dan sebagainya. Adapun communication diartikan sebagai tindakan atau proses berkomunikasi.
Dennis Murphy dalam bukunya, Better Business Communication, sebagaimana dikutip oleh Drs. Ig Wursanto (1994) dalam bukunya, Etika Komunikasi Kantor, mengatakan, komunikasi adalah seluruh proses yang dipergunakan untuk mencapai pikiran-pikiran orang lain.[2]
2
 
Ibrahim at-taymi, berpendapat bahwa “seorang mukmin ketika hendak berbicara, dia berpikir dahulu, jika bermanfaat diucapkan jika tidak bermanfaat tidak diucapkan, sedangkan orang kafir lisannya mengalir saja”. Banyak ditemukan berbagai pendapat mengenai definisi komunikasi, tetapi jika diperhatikan dengan seksama dari berbagai pendapat tersebut mempunyai maksud yang hampir sama.
Evert M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk mengubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seorang kepada orang lain, biasanyan dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal. Yaitu Wilbur Sehramm memiliki pengertian yang sedikit lebih detail. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan, pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima  serta ditafsirkan oleh penerima.[3]
Komunikasi adalah suatu proses pemyampaian pesan (ide, gagasan, materi pelajaran) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi merupakan suatu proses perpindahan dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna dari komunikator kepada komunikan. Schramm menyampaikan pengertian komunikasi ke dalam tiga hal pokok sebagai berikut:
1.         Penyandi (Enconde), yaitu komunikator yang mempunyai informasi atau pean yang disajikan dalam bentuk code atau sandi, seperti: tulisan, bahasa lisan, verbal simbol dan visual simbol.
2.         Signal (sign), yatu berupa pesan, berita atau pernyataan tertentu yang ditujukan dan diterima seseorang. Pesan ini dapat dilukiskan dalam bentuk gerak tangan, mimik wajah, kata-kata lisan, tulisan, gambar, foto, diagram, tabel, dan lainnya.
3.         Deconder, yaitu komunikan yang menerima pesan atau penerima sandi atau lambang yang harus dipahami dan dimengerti makna dari pesan yang disampaikan.
Untuk lebih jelasnya gambaran proses komunikasi yang disampaikan Schramm adalah sebagai berikut.[4]
DECONDER
PENERIMA SANDI
 
 





Dari pengertian tersebut, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam komunikasi, yaitu sebagai berikut:
1.         Komunikasi dipandang sebagai suatu proses. Ini berarti bahwa komunikasi merupakan suatu aliran informasi melalui serangkain atau urutan beberapa tahap atau langkah yang bersifat dinamis.
2.         Pengiriman informasi. Arti yang sesuai dengan definisi komunikasi adalah pengiriman informasi. Informasi tidak hanya dikirim begitu saja, tetapi harus diterima dan dipahami. Bila informasi dikirimkan oleh seseorang dan tidak diterima oleh orang lain yang menjadi sasaran komunikasi atau diterima, tetapi tidak ditafsirkan secara tepat, terjadilah “miss comunication”.
3.         Mencangkup aspek manusia dan bukan manusia. Dalam penyampaian pesan atau informasi lainnya dibutuhkan cara-cara yang tepat atau teknik komunikasi yang sesuai antara penyampai pesan dan penerima pesan atau antara kmunikator dengan komunikan. Dengan teknik komunikasi yang tepat, komunikasi akan memberikan dampak tertentu bagi komunikan sehingga mendatangkan kesepahaman terhadap maksud-maksud yang terdapat dalam informasi yang berkomunikasikan.[5]

B.       Pengertian Sistem pembelajaran PAI
Ada tiga konsep yang akan dijelaskan, yaitu tentang sistem, pembelajaran, dan sistem pembelajaran. Kata sistem (system) dapat dimaknai sebagai metode (method), rencana (plan), aturan (order), keteraturan (regularity), kebiasaan (rule), susunan rencana (scheme), jalan, cara (way), kebijakan (policy), kecerdasan (artifice), susunan aturan (arrangement), rencana (program). Sistem didefinisikan sebagai suatu desain organistis yang disusun dengan sengaja, yang mencangkup hubungan dan interaksi komponen-komponen, yang berfungsi dengan cara berinteraksi untuk mencapai permulaan keputusan tujuan. Suatu sistem mempunyai delapan karakteristik umum yang sama yaitu:
1.         Tujuan, menjadi arah dalam melakukan kegiatan seperti tujuan pendidikan adalah memberi pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan.
2.         Fungi merupakan penunjang dalam usaha mencapai tujuan.
3.         Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang melaksanakan suatu fungsi dalam upaya mencapai suatu tujuan.
4.         Interaksi merupakan saling hubungan, saling mempengaruhi, saling membutuhkan, dan saling menunjang.
5.         Jalinan keterpaduan komponen, dimana bagian-bagian yang menyatu secara kokoh mempunyai nilai dan kemampuan yang lebih dibandingkan dengan bagian-bagian yang belum menyatu.
6.         Proses transformasi, semua sistem dalam serangkaian proses untuk mengubah input menjadi output untuk suatu maksud dan tujuan tertentu.
7.         Umpan balik, merupakan fungsi kontrol yang mencangkup ”monitoring” dan “koreksi” yang menjadi dasar dilakukannya perubahan-perubahan, perbaikan, atau penyesuaian-penyesuaian agar tercapai penngkatan hasil pada berbagai komponen dan proses yang dilaksanakan.
8.         Kawasan (sitem) dan lingkungan, dimana keduanya akan selalu terjadi interaksi.[6]
Pembelajaran adalah rangkaian peristiwa yang memengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam itu sendiri adalah rangkaian peristiwa yang memengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, memberi pemahaman terhadap peserta didik mengenai pendidikan keislaman. Pembelajaran tidak hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang dilakukan oleh guru, tetapi mencakup semua peristiwa yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputi kejadian-kejadian yang diturunkan dari bahan-bahan cetak, gambar, program audio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut.
Secara sederhana, istilah pembelajaran PAI bermakna sebagai “upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan untuk memenuhi pemahaman peserta didik terhadap ilmu-ilmu keislaman”. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.[7] Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusia yakni siswa sebagai pihak pembimbing dan pengarah, dan siswa sebagai subjek pokoknya.[8]Menurut Syaiful Sagala, pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.[9]
Association for Educational Communication and Teachnology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran (Instructional) merupakan bagian dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang didalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem instruksional, yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan.
Suatu sistem instruksional diartikan sebagai kombinasi komponen sisitem instruksional dan pola pengelolaaan tertentu yang disusun sebelumnya pada saat mendesain atau mengadakan pemilihan, dan pada saat mendesain atau mengadakan pemilihan dan pada saat menggunakan, untuk mewujudkan terjadinya proses belajar yang berarah tujuan dan terkontrol dan yang: a) didesain untuk mencapai kompetensi tertentu atau tingkah laku akhir dari suatu pembelajaran, b) meliputi metodologi instruksional, format, dan urutan sesuai desain, c) mengelola kondisi tingkah laku, d) meliputi keseluruhan prosedur pengelolaan, e) dapat diulangi dan diproduksi lagi, f) telah dikembangkan megikuti prosedur, g) telah divalidasi secara empirik.[10]
Sistem pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dapat dikatakan tepat (baik) apabila pelaksanaan program pembelajarannya memenuhi tiga kriteria, yaitu daya tarik, daya guna (efektifitas), dan hasil guna (efisien). Dengan tidak terpenuhinya salah satu dari tiga kriteria tersebut, berarti sistem pembelajaran bisa dikategorikan kurang baik.
Hal ini menunujukkan bahwa dalam sistem pembelajaran dibutuhkan proses yang dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi antara guru dan siswa secara menarik, efektif dan efisien. Sehinga dengan adanya perpaduan tersebut akan melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan media sebagai bahan ajar. Pada sistem pembelajaran guru dan siswa saling memengaruhi.[11]

C.      Komunikasi Pada Sistem Pembelajaran PAI
Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih dan dalamnya terjadi pertukaran informasi dalam mencapai suau tujuan tertentu. Dilihat dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan koumunikasi nonverbal. Kumunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa baik bahasa tulis maupun bahasa lisan, sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak-gerik, gambar, lambang, mimik muka, dan sejenisnya.[12]
Menurut Galloway berarti bahwa pembelajar perlu memerhatikan konteks tempat komunikasi itu terjadi (apakah situasi itu sudah ia kenal atau tidak, apakah urutan-urutan wacananya dapat diprediksi atau tidak), memperhatikan isi atau kisaran dari topik yang dibahas selama percakapan, yaitu apakah yang meraka bicarakan adalah hal-hal yang ada disekitar mereka saat itu, pengalaman pribadi, fakta-fakta tertentu, hal-hal yang konkret, masalah-masalah esoterik (rumit dan sulit dipahami dan tidak lazim dibicarakan), atau topik-topik abstrak yang terjadi pada waktu dan tempat yang sangat jauh. Pembelajaran juga perlu memperhatikan cara-cara penggunaan bahasa dalam melaksanakan tugas-tugas komunikatif.[13]
Proses komunikasi adalah proses timbal balik anatara komunikator sebagai pengirim dan komunikan sebagai penerima pesan dan yang menciptakan pengertian dan penerimaan yang sama, serta menghasilkan suatu tindakan yang sama untuk mencapai tujuan. Tahap-tahap proses komunikasi sebagaimana dijelaskan Kristiadi terdiri sebagai berikut:
1.         Tahap Ideasi/ gagasan
Tahap pertama dalam suatu proses komunikasi adalah ideasi (ideation), yaitu proses penciptaan gagasan atau informasi yang dilakukan oleh komunikator.
2.         Tahap Enconding
Dalam tahap enconding, gagasan atau informasi dibentuk menjadi simbol atau sandi yang dirancang untuk dikirim kepada komunikan, juga pemilihan saluran dan media komunikasi yang akan digunakan. Simbol atau sandi dapat berbentuk kata-kata (lisan atau tertulis), gambar (poster atau grafik), atau berupa tindakan.[14]
3.         Tahap pengiriman
Tahap ketiga adalah pengiriman (transmitting) gagasan atau pesan-pesan yang telah disimbolkan/ disandikan (encond) melalui saluran dan media komunikasi yang tersedia dalam organisasi. pengiriman pesan dapat dilakukan dengan berbicara, menulis, menggambar, dan bertindak. Media komunikasi yang dipakai sebagai saluran dapat berbentuk lisan (telpon, temu muka langsung) atau tetulis (papan pengumuman dan poster, buku pedoman), mengalir ke bawah (memo dan instruksi), kertas (kotak saran, griavance prosedure, laporan prestasi kerja), atau mengalir ke samping (panitia kerja, pertemuan antar departemen), formal (deskripsi jabatan dan prosedur kerja, konferensi) atau informal, dan aliran satu arah (laporan tahunan yang diplubikasikan) atau dua arah (konfereni wawancara pemutusan kerja).
4.         Tahap penerimaan
Setelah dikirim melalui media komunikasi, pesan diterima oleh komunikan. Penerimaan pesan ini dapat melalui proses mendengarkan, membaca, atau mengamati, bergantung pada saluran atau media yang digunakan untuk mengirimnya. Informasi kegagalan dalam mendengarkan atau berkonsentrasi, sehingga mengakibantkan hilangnya atau kaburnya pesan-pesan tersebut.[15]
5.         Tahap Deconding
Pesan-pesan yang dierima kemudian diinterpretasikan, dibaca, diartikan, dan diuraikan secara langsung atau tidak langsung melalui proses berpikir. Pikiran manusia, sistem memori mekanis, insting binatang, proses berpikir lainnya berfungsi sebagai meknis deconding. Pada tahap ini, sering terjadi ketidaksesuain bahkan penolakan terhadap gagasan atau ide yang di-deconding oleh komunikator dikarenakan adanya hambatan teknis, atau terjadi perbedaan antar komunikator dan komunikan dalam hal arti kata atau semantik.
6.         Tahap respon
Tindakan yang dilakukan oleh komunikan sebagai respon terhadap pesan-pesan yang diterimanya merupakan tahap terakhir dalam suatu proses komunikasi. Dalam tahap ini, respons komunikasi dapat berbentuk usaha melengkapi informasi informasi, meminta informasi tambahan atau melakukan tindakan-tindakan lain. Jika setiap pesan yang dikirimkan komumikator menghasilkan respons atau tindakan dari para komunikan sebagaimana yang diharapkan, itu berarti terjadi komunikasi efektif. [16]
Terjadinya komunikasi antar manusia merupakan proses dari adanya stimulus dan respon dari kedua belah pihak. Respon adalah reaksi yang diberikan oleh pihak komunikan. Dengan adanya respons, anggapan atau umpan balik yang diberikan oleh komunikan berarti pesan yang dikirim itu sudah sampai sehingga terjadi komunikasi dua arah. Respons yang diberikan oleh pihak komunikan dapat dibedakan menjai enam macam, yaitu:
a.         Direct response (immidiatefeedback), yaitu respons yang diberikan secara langsung oleh pihak komunikan, dan memerlukan waktu yang relatif sebentar, misalnya “ya” atau “tidak”, mengangguk, menggeleng kepala, dsb.
b.        Inderect response (deleyed feedback), yaitu respons yang memerlukan jangka waktu atau respons yang tertunda karena menyangkut media yang dipergunakan, misalnya tanggapan surat pembaca kepada redaksi surat kabar.
c.         Zero response, yaitu respons kurang/ tidak dimengerti oleh pihak komunikator.
d.        Positiver response, yaitu respons yang diberikan oleh pihak komunikan yang dapat dimengerti oleh pihak komunikan dan komunikator.
e.         Neutral response, yaitu respons yang bersifat netral, dengan kata lain respons yang diberikan pihak komunikan tidak mendukung dan tidak pula menentang.
f.         Negative response, yaitu respons yang diterima oleh komunikator yang bersifat negatif atau tidak memberi dukungan kepada pihak komunikator.[17]
Menurut Endang Lestari G dalm bukunya yang berjudul “Ķomunikasi yang Efektif” Proses komunikasi mempunyai dua model yaitu model linier dan model sirkuler dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.         Model linier
Model ini mempunyai ciri sebuah proses yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dalam hal ini proses komunikasi berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Berkaitan dengan model ini ada yang dinamakan Formula Laswell. Formula ini merupakan cara untuk menggambarkan sebuah tindakan komunikasi degan menjawab pertanyaan: who, syas what, in wich channel, to whom, dan with what effect.
2.         Model sirkuler
Model ini ditandai dengan adanya unsur feedback. Pada model sirkuler ini proses komunikasi berlangsung dua arah. Melalui model ini dapat diketahui efektif tidaknya suatu komunikasi karena komunikasi dikatakan efektif apabila terjadi umpan balik dari pihak penerimaan pesan.[18]
Dengan demikian, proses komunikasi dapat berlangsung satu arah dan dua arah. Komunikasi yang dianggap efektif adalah komunikasi yang menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerimaan pesan. Dalam proses komunikasi yang baik akan terjadi tahapan pemaknaan terhadap pesan (meaning) yang akan disampaikan oleh komunikator, kemudian komunikator melakukan proses encoding, yaitu interpretasi atau mempersepsikan makna dari pesan tadi, dan selanjutnyadikirim kepada komunikan melalui channel yang dipilih. Pihak proses decoding, yaitu menginterpretasi pesan diterima, dan kemudian memahaminya sesuai dengan maksud komunikator. Sinkronisasi pemahaman antara komunikan dengan komunikator akan menimbulkan respons yang disebut dengan umpan balik.[19]















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.         Komunikasi adalah suatu proses pemyampaian pesan (ide, gagasan, materi pelajaran) dari satu pihak kepaa pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Schramm menyampaikan pengertian komunikasi ke dalam tiga hal pokok yaitu; penyandi (Enconde), signal (sign), deconder.
2.         Association for Educational Communication and Teachnology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran (Instructional) merupakan bagian dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang didalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem instruksional, yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan.
3.         Komunikasi yang dianggap efektif adalah komunikasi yang menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerimaan pesan. Dalam proses komunikasi yang baik akan terjadi tahapan pemaknaan terhadap pesan (meaning) yang akan disampaikan oleh komunikator, kemudian komunikator melakukan proses encoding, yaitu interpretasi atau mempersepsikan makna dari pesan tadi, dan selanjutnya dikirim kepada komunikan melalui channel yang dipilih. Pihak proses decoding, yaitu menginterpretasi pesan diterima, dan kemudian memahaminya sesuai dengan maksud komunikator.



13
 
 


DAFTAR PUSTAKA


Ghazali, Asyukur.Pembelajaran Ketrampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunnikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama, 2013.
Karwati, Euis dan Priansa,Donni Juni. Manajemen Kelas. Bandung: Alfabeta, 2014.
Majid, Abdul. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Mukhtar dan Iskandar, Desaian Pembelajaran Berbasis TIK. Jakarta: Referensi, 2012.
Rusman. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan KomunikasiMengembangakan Profesinalitas Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2005.
14
 
Tuti Andriani, “Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi”: Sosial Budaya, Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol. 12, No. 1 (Januari-Juni 2015).



[1] Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Bandung: Alfabeta, 2014), 94.
[2] Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 177-178.
[3] Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 267-269.
[4] Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Mengembangakan Profesinalitas Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 81.
[5] Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, 179.
[6] Tuti Andriani, “Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi”: Sosial Budaya, Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol. 12, No. 1 (Januari-Juni 2015), 128-129.
[7] Ibid., 269-270.
[8] Mukhtar dan Iskandar, Desaian Pembelajaran Berbasis TIK (Jakarta: Referensi, 2012), 127.
[9] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2005), 61.
[10] Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran, 269-270.
[11] Tuti Andriani, “Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi”: Sosial Budaya, Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol. 12, No. 1 (Januari-Juni 2015), 131.
[12] Ibid., 271.
[13] Asyukur Ghazali, Pembelajaran Ketrampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunnikatif-Interaktif (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), 253.
[14] Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, 181-182.
[15] Ibid.,
[16] Ibid.,
[17] Ibid., 183.
[18] Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran, 273.
[19] Ibid.,
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Popular Posts

Blog Archive

PAI.H

PAI.H
Kita lebih dari sekedar teman, we are family