Blog masa kini yang berisi kontent inspiratif

KELOMPOK 4 - MPP - PENENTUAN POSISI PASAR DAN DIFERENSIASI PRODUK JASA PENDIDIKAN


PENENTUAN POSISI PASAR DAN DIFERENSIASI PRODUK JASA PENDIDIKAN
Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Manajemen Pemasaran Pendidikan”


Disusun oleh:
Miftakhul Huda                       (210315282)
Yuni Lailatus Sa’diyah            (210315274)
Yuliana Afifah                         (210315278)
KELAS PAI.H-KELOMPOK 4

Dosen pengampu
Mella Mardayanti, S.Pd., M.Pd.



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
APRIL 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan managerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Pemasaran tidak hanya berfungsi menyampaikan poduk atau jasa hingga sampai ke tangan konsumen, tetapi bagaimana produk atau jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba.[1] Penentuan posisi jasa pendidikan (positioning) yaitu “bagaimana sebuah produk jasa pendidikan dapat dirumuskan secara berbeda oleh pelanggan jasa pendidikan atas atribut-atribut yang dianggapnya penting, relatif dibandingkan dengan produk jasa pendidikan lain. Bisa dikatakan penentuan posisi pasar jasa pendidikan mrupakan cara bagi lembaga pendidikan untuk menciptakan anggapan atau kesan tertentu diingatan pelanggan jasa pendidikan.
Untuk itu penting bagi mahasiswa untuk mempelajari terkait tema penentuan posisi pasar dan deferensi produk jasa pendidikan, proses, tingkatan, deferensi produk jasa pendidikan, daya saing sekolah.

B.       Rumusan Masalah
1.         Apa pentingnya penentuan posisi pasar dan diferensiasi produk jasa pendidikan?
2.         Bagaiman proses penentuan posisi pasar jasa pendidikan?
3.         Bagaimana tingkatan penentuan posisi pasar jasa pendidikan?
4.         Bagaimana deferensiasi produk jasa pendidikan?
5.         Bagaimana daya saing sekolah?

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pentingnya Penentuan Posisi Pasar dan Diferensiasi Produk Jasa Pendidikan
Penetuan posisi pasar sekolah adalah cara kelompok internal dan eksternal sekolah merasakan posisi pasar (Lockhart). Menurut kotler, penentuan posisi pasar ialah tindakan merancang bauran produk dan bauran pemasaran agar tercipta kesan tertentu di ingatan pelanggan sehingga pelanggan dapat memahami dan menghargai hal yang dilakukan organisasi dalam kaitannya dengan kompetitor. Penentuan posisi pasar adalah proses untuk merasakan citra dan nilai organisasi agar pelanggan pada segmen pasar itu dapat memahami posisi organisasi atau merek dalam kaitannya dengan kompetitor (Wilson dan Gilligan).[2]
Pernyataan penentuan posisi pasar sekolah dapat berupa satu atau dua kalimat pernyataan yang mendefinisikan cara pelanggan jasa pendidikan merasakan posisi sekolahnya. Pernyataan itu ditetapkan pihak internal dan eksternal sekolah berupa kalimat pernyataan: siapa sekolah, apakah yang ditawarkan sekolah, kepada siapa sekolah menawarkannya, dan berbagai atribut sekolah yang menjelaskan penyebab sekolahnya berbeda.Tujuan akhir penentuan posisi pasar sekolah adalah menentukan posisi pasar sekolah yang sejalan dengan pernyataan penentuan posisi pasar sekolah, yang dirasakan oleh pihak internal dan eksternal.[3] Menurut Lupiyoadi, tujuan penentuan posisi adalah untuk membedakan presepsi organisasi berikut produk dan jasanya dari pesaing.[4]
Glatter dkk. mengidentifikasi 8 pilihan strategi penentuan posisi pasar persaingan sekolah, yaitu sebagai berikut:
1.         Perbedaan struktur, yaitu pengelola pendidikan lokal, swasta, atau negeri.
2.         Perbedaan kurikulum, yaitu mengembangkan kekhususan atau menenkankan pada unsur kurikulum tertentu (misalnya; kesenian, teknologi, atau olahraga).
3.         Perbedaan gaya, yang menekankan pada pendekatan belajar-mengajar atau kedisplinan.
4.         Perbedaan agama atau filosofi, misalnya sekolah berbasis iman.
5.         Perbedaan jenis kelamin, yaitu anak laki-laki atau perempuan.
6.         Perbedaan rentang kemampuan siswa, yaitu melalui pemilihan atau penentuan kemampuan.
7.         Perbedaan prestasi siswa, yaitu penekanan pada prestasi pendidikan yang bagus dalam pengertian mutlak dan terukur atau dalam pengertian relatif yang terkait dengan konsep nilai tambah (Value added) jasa pendidikan.
Sekolah sebagai lembaga ilmiah akan lebih elegan apabia bentuk-bentuk komunikasi disajikan dalam format ilmiah. Seperti menyelenggarakan kompetesi bidang studi, seminar, dan yang paling efektif adalah publikasi prestasi oleh media independen seperti media massa.[5]

B.       Proses Penentuan Posisi Pasar Jasa Pendidikan
Penentuan posisi pasar jasa pendidikan merupakan konsep psikologi yang berkaitan dengan bagaimana pelanggan jasa pendidikan yang ada, maupun calon pelanggan jasa pendidikan dapat menerima sekolah dan produknya dibandingkan dengan sekolah lain. Latar belakang pemikiran posisi pasar jasa pendidikan ialah untuk menciptakan citra sekolah yang diharapkan.
Menurut Kasali proses penentuan posisi sebagai berikut:
1.         Penentuan posisi adalah strategi komunikasi.
2.         Bersifat dinamis.
3.         Penentuan posisi berhubungan dengan atribut-atribut produk.
4.         Atribut produk yang dipilih harus unik.
5.         Penentuan posisi harus memberi arti dan arti ini harus penting bagi konsumen.
6.         Penentuan posisi harus diungkapkan dalam bentuk suatu pernyataan atau dua.[6]
Menurut Kotler, setidaknya terdapat tiga langkah dalam melakukan penentuan posisi pasar, yaitu sebagai berikut:
1.         Mengenal berbagai keunggulan yang mungkin dapat ditampilkan dalam hubungan dengan pesaing.
2.         Memilih berbagai keunggulan yang paling kuat atau menonjol.
3.         Menyampaikan berbagai keunggulan itu secara efektif kepada pasar sasaran.
Kotler mengemukakan bahwa keunggulan yang patut ditampilkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.         Penting. Keunggulan itu harus merupakan kemampuan yang dianggap sangat penting untuk cukup banyak pelanggan jasa pendidikan.
2.         Berbeda. Keunggulan berarti belum ada sekolah pesaing lain yang menawarkan atau memosisikan keunggulan itu, atau sudah ada sekolah yang menawarkannya dengan cara yang lebih umum
3.         Unggul. Keunggulan berarti lebih baik dibandingkan dengan produk jasa pendidikan lain yang telah dimilki oleh sekolah pesaing.
4.         Bisa dikomunikasikan. Keunggulan berarti bisa dikomunikasikan dan menjadi perhatian pelanggan jasa pendidikan atau calon pelanggan jasa pendidikan.
5.         Pelopor. Keunggulan berarti sekolah pesaing sulit menerima keunggulan yang dimilki oleh sekolah.
6.         Harga terjangkau. Keunggulan berarti pelanggan jasa pendidikan mampu membayar biaya terhadap keunggulan yang ditambahkan dalam produk jasa pendidikan.
7.         Menguntungkan. Keunggulan berarti sekolah bisa memperoleh manfaat dan adanya keunggulan itu.[7]

C.      Tingkatan Penentuan Posisi Pasar Jasa Pendidikan
Penentuan posisi pasar jasa pendidikan dengan satu keunggulan dapat berupa mutu terbaik, pelayana terbaik, nilai terbaik, teknologi tercanggih, dan sebagainya. Di samping itu terdapat cara penentuan posisi pasar jasa pendidikan dengan menyatakan diri sebagai yang terbaik dalam dua keunggulan yang saling melengkapi. Jika di pikirkan pelanggan jasa pendidikan telah tertanam perbedaan tersebut, dengan sendirinya sekolah telah berhasil membuat perbedaan produk jasa pendidikan. Kotler menyebutkan beberapa kesalahan yang perlu dihindari dalam melakukan penentuan posisi pasar, yaitu sebagai berikut:
1.         Underpositioning, yaitu pelanggan jasa pendidikan tidak mengenal kekhususan produk, merk, atau atribut yang dikomunikasikan sekolah.
2.         Overpositioning, yaitu pelanggan jasa pendidikan gambaran pendidikan yang terlalu sempit mengenai suatu atribut jasa pendidikan.
3.         Confused positioning, yaitu pelanggan jasa pendidikan tidak merasa pasti dengan citra produk jasa pendidikan.
4.         Doubtful positioning, yaitu pelanggan jasa pendidikan merasa ragu terhadap janji suatu produk jasa pendidikan.
Pelanggan jasa pendidikan dan komunikasi berperan besar menancapkan citra produk jasa pendidikan ke dalam benak pelanggan jasa pendidikan. Namun demikian, penentuan posisi pasar jasa pendidikan bukan sekedar iklan atau promosi pendidikan. penentuan posisi pasar jasa pendidikan juga bisa dibentuk melalui penentuan harga jasa penentuan harga jasa pendidikan, distribusi jasa pendidikan, serta produk atau proses jasa pendidikan itu sendiri.[8]
Pembentukan posisi pasar produk jasa pendidikan dimulai dari proses jasa pendidikan. Tujuannya adalah melihat lebih dekat proses jasa pendidikan sebagai unsur struktural dan menyarankan cara proses jasa pendidikan itu sehingga dapat direkayasa untuk tujuan penentuan posisi pasar produk jasa pendidikan sebagaimana diungkapkan oleh Shostack. Shostack juga mengemukakan bahwa penentuan posisi pasar yang dilakukan terhadap organisasi dapat terjadi pada berbagai tingkatan, yaitu sebagai berikut:
1.         Tingkatan insdustri.
2.          Tingkatan organisasi.
3.         Tingkatan sektor produk.
4.         Tingkatan produk atau jasa individu.[9]

D.      Deferensiasi Produk Jasa Pendidikan
Menurut Kotler produk jasa pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Sedangkan jasa adalah bentuk produk yang terdiri atas aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang dijual dan padadasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Kotler dan Armstrong mengklasifikasi unsur-unsur produk jasa pendidikan menjadi tiga, yaitu:
1.         Produk jasa inti (core product), yaitu manfaat inti jasa pendidikan. Seperti kurikulum pendidikan yang mencakup tujuan program pendidikan, jumlah mata pelajaran, dan isi kurikulum.   
2.         Produk jasa aktual (actual product), yaitu manfaat lain disekitar manfaat inti jasa pendidikan. Seperti pendidikan dirancang untuk kompetisi dalam
pendidikan, misalnya perguruan tinggi meningkatkan intensitas penelitiannya untuk mencapai target penemuan baru yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akan datang.   
3.         Produk jasa tambahan/sekunder (secondary service), yaitu manfaat jasa pendidikan yang dapat menbantu manfaat produk inti jasa pendidikan danmembantu menciptakan keunggulan kompetitif.Seperti fasilitas teknologi yang mendukung dalam hal pembelajaran, penelitian, dan eksperimen.[10]
Kazmi mengemukakan bahwa terdapat beberapa variabel penting yang mempengaruhi organisasi untuk membedakan penawaran produknya dengan kompetitor, yaitu sebagai berikut:
1.         Diferensi produk (product differentiation), yaitu deferensiasi yang terjadi dalam perubahan bentuk produk dan berbagai atribut produk lainnya atau dengan menetapkan kinerja produk dan rancangan produk yang berkualitas unggul dan unik, serta menciptakan produk yang memilki daya tahan atau tingkat keandalan yang tinggi, atau bahkan menciptakan produk dengan gaya yang unik.
2.         Deferensiasi jasa (service differentiation), yaitu deferensiasi yang terjadi jika produk fisik tidak mudah dibedakan dengan kompetitor, biasanya dalam aneka jasa yang menawarkan jaminan produk atau kontrak pemeliharaan, hadiah, pelatihan kepada pelanggan, dan sebagainya.
3.         Deferensiasi karyawan (personal differentiation), yaitu deferensiasi yang terjadi melalui pelatihan karyawan agar memiliki pengetahuan dan kompetisi, sikap santun ke pelanggan, kredibilitas individu, keandalan, dan ketanggapan terhadap pelanggan, serta ketrampilan komunikasi.
4.         Deferensiasi citra (image differentiation)  yaitu diferensiasi untuk membedakan identitas dan citra dari organisasi dengan memosisikan dirinya atau produknya.[11]



E.       Daya Saing Sekolah
Daya saing (competitiveness) adalah unjuk kerja dalam kemampuan bersaing jangka pendek dan jangka panjang untuk memberikan nilai bagi pihak-pihak yang berkaitan secara berkelanjutan. Daya saing organisasi diukur dengan menyemimbangkan antara posisi dan kinerja yang telah dicapainya dengan kemampuan bersaing dimasa mendatang. Kemampuan bersaing sekolah dapat diukur dengan menggukan “tujuh plus satu” alat ukur daya saing atau disebut juga “7n1” competition indicator untuk menilai kemampuan bersaing organisasi melayani pelanggan dan para pemangku kepentingan.[12] Ukuran keberhasilan sekolah dengan menggunakan “7n1” competition indicator yaitu sebagai berikut:
1.         Penjualan (Sales)
Salah satu tujuan sekolah adalah menjual jasa pendidikan karena omset-omset penjualan jasa pendidikan merupakan “aliran darah” likuiditas sekolahnya. Omset penjualan jasa pendidikan diperoleh dengan melakukan kegiatan pull selling dan push selling.  Kegiatan pull selling jasa pendidikan dilakukan dngan memberikan serangkaian janji (melalui kampanye periklanan pendidikan dan pengelolaan merk pendidikan) yang menjadi impian pelanggan jasa pendidikan agar dapat menarik minat beli jasa pendidikan. kegiatan push selling jasa pendidikan melalui infrastruktur penjualan jasa pendidikan dan saluran distribusi jasa pendidikan.
2.         Pangsa pasar (Market Share)
Pangsa pasar adalah perbandingan antara omset penjualan jasa pendidikan dan ukuran jasa pendidikan mencerminkan pengusahaan pasar sekolah atau sekolah kompetitornya.
3.         Kesadaran pelanggan (Customer Awareness)
Jika pelnggan pendidikan tidak mengenal sekolah, kemungkina pembelian jasa pendidikan akan rendah. Tidak menghenrankan jika sekolah berlomba-lomba mempopulerkan jasa pendidikan atau merk sekolah melaui iklan pendidikan untuk memperoleh kesadaran yang tinggi.
4.         Citra pelanggan (Customer Image)
Citra sekolah yang baik adalah sesuai harapan pemimpin sekolah atau pengelola merk pendidikan, yang biasanya dikenal dengan istilah penentu posisi. Penentuan posisi dapat berupa harapan, presepsi, tethadap sekolah, merk pendidikan, atau produk jasa pendidikan.
5.         Kepuasaan pelanggan (Customer Satisfaction)
Kepuasaan pelanggan jasa pendidikan seharusnya disadari oleh pelanggan jasa pendidikan. kepuasan pelanggan jasa pendidikan adalah proses yang dimulai dari perencanaan produk jasa pendidikan, layanan pra jual jasa pendidikan, layanan selama proses penjualan jasa pendidikan, sampai dengan layanan purna jasa pendidikan.[13]
6.         Layanan pelanggan (Customer Loyalty)
Saat ini biaya untuk merebut pelanngan jasa pendidikan semakin mahal. Oleh sebabitu, upaya untuk mempertahankan pelanggan jasa pendidikan yang sudah ada merupakan tugas utama pemasar jasa pendidikan. pelanggan jasa pendidikan yang loyal seringkali tidak terlalu peka terhadap harga jasa pendidikan dan dapat menjadi tenaga penjual jasa pendidikan secara luas.
7.         Nilai bagi para pemangku kepentingan (Stakeholders Value)
Kinerja kompetisi pendidikan dapat diukur dari keberhasilan sekolah memberikan nilai kepada para pemangku kepentingan. Nilai bagi para pemangku kepentingan sekolah adalah selisih dari manfaat jasa pendidikan dengan total biaya yang menjadi beban para pemangku kepentingan sekolah.
8.         Pertumbuhan (Growth)
Sekolah pun perlu bertumbuh. Penjualan, pangsa pasar, kesadaran pelanggan, serta alat ukur kinerja kompetisi pendidikan lainnya harus meningkat dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, semua kinerja keberhasilan kompetisi pendidikan harus ditingkatkan dari waktu ke waktu.[14] Sekolah membutuhkan strategi pemasaran jasa pendidikan karena sekolahadalah sektor jasa yang membutuhkan orientasi pemasar khusus, sehingga dapat diidentifikasilebih lanjut.[15] Untuk mencapai kinerja kompetisi pendidikan sekolah perlu ditunjang tiga pilar kokoh operasi jasa pendidikan, yaitu menjual, pemasaran, serta jasa. Secara menyeluruh, operasi jasa pendidikan diwujudkan dalam pilihan strategi pendidikan. Pilihan strategi pendidikan adalah sebagai berikut:
a.         Merek hebat.
b.        Produk berkualitas.
c.         Produk inovatif.
d.        Keterlibatan pelanggan.
e.         Distribusi massal.
f.          Harga bersaing.
g.        Tenaga penjual yang handal.
h.        Wawasan tentang pelanggan.[16]









BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.         Penentuan posisi pasar adalah proses untuk merasakan citra dan nilai organisasi agar pelanggan pada segmen pasar itu dapat memahami posisi organisasi atau merek dalam kaitannya dengan kompetitor.
2.         Menurut Kasali proses penentuan posisi yaitu; penentuan posisi adalah strategi komunikasi, bersifat dinamis., penentuan posisi berhubungan dengan atribut-atribut produk, atribut produk yang dipilih harus unik.
3.         Shostack juga mengemukakan bahwa penentuan posisi pasar yang dilakukan terhadap organisasi dapat terjadi pada berbagai tingkatan, yaitu; tingkatan insdustri, tingkatan organisasi, tingkatan sektor produk, tingkatan produk atau jasa individu.
4.         Kotler dan Armstrong mengklasifikasi unsur-unsur produk jasa pendidikan menjadi empat, yaitu; produk jasa inti (core product), produk jasa aktual (actual product), produk jasa tambahan/sekunder (secondary service).
5.         Ukuran keberhasilan sekolah dengan menggunakan “7n1” competition indicator yaitu; penjualan (Sales), pangsa pasar (Market Share), kesadaran pelanggan (Customer Awareness), citra pelanggan (Customer Image), kepuasaan pelanggan (Customer Satisfaction), layanan pelanggan (Customer Loyalty), nilai bagi para pemangku kepentingan (Stakeholders Value), pertumbuhan (Growth)

B.       Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam makalah ini masih belumlah sempurna. Untuk itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Ibu Dosen dan pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA


Khafidz Fuad Raya, Moch. Marketing Jasa Di Institusi Pendidikan (Analisis Pemasaran dalam Pendidikan), Jurnal FalasifaVol. 7 Nomor 1 Maret 2016.
Khasanah, Afidatun. “Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Strategi Peningkatan Mutu Di SD Alam Baturraden”, Jurnal el-Tarbawi Vol. 8, no. 2 (2015).

Munandar, Dadang. “Analisis Penentuan Segmen, Target, dan Posisi Pasar Home Care di Rumah Sakit al-Islam Bandung”, Majalah Ilmiah UNIKOM Vol. 6, no. 2.
Mundir, Abdillah. Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Madrasah, Jurnal MaliaVolume 7  Nomor 1 Februari 2016.
Wijaya, David. Pemasaran pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2016.


[1]Afidatun Khasanah, “Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Strategi Peningkatan Mutu Di SD Alam Baturraden”, Jurnal el-Tarbawi Vol. 8, no. 2 (2015): 163.
[2]David Wijaya, Pemasaran pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 54.
[3]Ibid., 56.
[4]Dadang Munandar, “Analisis Penentuan Segmen, Target, dan Posisi Pasar Home Care di Rumah Sakit al-Islam Bandung”, Majalah Ilmiah UNIKOM Vol. 6, no. 2: 237.
[5]Afidatun Khasanah, “Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Strategi Peningkatan Mutu Di SD Alam Baturraden”, Jurnal el-Tarbawi Vol. 8, no. 2 (2015): 168.
[6]Dadang Munandar, “Analisis Penentuan Segmen, Target, dan Posisi Pasar Home Care di Rumah Sakit al-Islam Bandung”, Majalah Ilmiah UNIKOM Vol. 6, no. 2: 237.

[7]David Wijaya, Pemasaran pendidikan, 58-59.
[8]Ibid, 59.
[9]Ibid., 59-60.
[10]Moch. Khafidz Fuad Raya, Marketing Jasa Di Institusi Pendidikan (Analisis Pemasaran dalam Pendidikan), Jurnal FalasifaVol. 7 Nomor 1 Maret 2016.
[11] David Wijaya, Pemasaran, 60-61.
[12]David Wijaya, Pemasaran pendidikan, 62.

[13]Ibid., 62-64.

[14]Ibid., 64-65.
[15]Abdillah Mundir, Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Madrasah, Jurnal MaliaVolume 7  Nomor 1 Februari 2016.
[16]David Wijaya, Pemasaran pendidikan, 65-67.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Popular Posts

Blog Archive

PAI.H

PAI.H
Kita lebih dari sekedar teman, we are family