Blog masa kini yang berisi kontent inspiratif

KELOMPOK 10 - Perbandingan Pendidikan - PERBANDINGAN PENDIDIKAN DI MESIR


PERBANDINGAN PENDIDIKAN DI MESIR
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perbandingan Pendidikan

 












Disusun Oleh :
Kelompok 10/ PAI H
Firdaus Zainul F.                                          (210315289)
Ratna Wulandari                                          (210315264)
Yuni Lailatus Sya’diyah                               (210315274)

Dosen Pengampu :
Zainur Rofik, M. Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
JUNI 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara. Pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi  yang baik sehingga akan berdampak bagi negara dan bangsa yang lebih maju. Setiap negara menyelenggarakan pendidikan sebagai upaya untuk membangun bangsa. Mesir terletak di bagian timur laut benua afrika dan semenanjung sinai di barat daya benua Asia. merupakan negara yang fokus pada sektor pendidikan untuk memajukan negaranya.
Mesir memiliki sistem pendidikan secara keseluruhan terbesar di Timur Tengah dan telah berkembang dengan pesat sejak awal 1990-an. Dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Mesir telah diberikan prioritas yang lebih besar dalam memperbaiki sistem pendidikan. Menurut Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Mesir menempati peringkat 116 di IPM. Dengan bantuan Bank Dunia dan organisasi-organisasi multilateral lainnya Mesir bertujuan untuk meningkatkan akses pada perawatan anak usia dini dan pendidikan serta masuknya ICT di semua tingkat pendidikan, terutama pada tingkat tersier.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah pendidikan di Mesir ?
2.      Bagaimana sistem pendidikan di Mesir ?
3.      Bagaimana pendidikan Islam di Mesir ?





Text Box: 1
 

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sejarah Pendidikan di Mesir
1.      Sejarah Awal Pendidikan di Mesir
Jasa terpenting yang disumbangkan mesir bagi kemajuan umat islam adalah hasil kegiatan bidang pengetahuan. Sejak masa pemerintahan dinasti fatimiyah, mesir khususnya kairo telah menjadi pusat intelektual muslim dan kegiatan ilmiah lainnya. Kegiatan pendidikan biasanya banyak dilakukan dilakukan di masjid-masjid maupun tempat-tempat keramaian. Tumbuhnya mesir sebagai pusat ilmu keislaman di dukung oleh para penguasanya yang sepanjang sejarah menaruh minat besar pada bidang pengetahuan.
Kecenderungan para khaliah fatimiyah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terlihat dari zaman Al-Muiz. Usaha yang mereka lakukan adalah menyebarkan para da’i untuk melakukan dakwah yang disampaikan dengan tujuan untuk menyampaikan doktrin agama dan menghimbau rakyat untuk berpendidikan tinggi. Adapun metode yang dilakukan adalah da’i duduk dihalaman masjid sedangkan murid melingkarinya.[1]
Keterbukaan pada pemikiran filsafat yunani membawa pencapaian ilmiah yang tertinggi dibawah pemerintahan dinasti fatimiyah. Mereka mengembangkan sebuah risalat yaitu Risalat Ikhwanus Safa, yang bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana cara memperoleh kebahagiaan dunia dan masa yang akan datang.
Text Box: 2Pada masa khalifah Al-Aziz semangat intelektual dan pengembangan kualitas pemikiran, orang mesir mampu mengungguli negara lainnya. Al-Aziz mencoba merubah fungsi masjid Al-Azhar yang dibangun oleh jauhar menjadi sebuah Universitas pertama di Mesir, yang merupakan waqaf Al-Aziz sendiri.[2]
2. Sejarah Modernisasi Pendidikan di Mesir
Sejarah modernisasi pendidikan di mesir sangat lekat dengan gerakan pembaruan islam. Namun secara historis kesadaran pembaruan islam berawal dari datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria pada tanggal 2 juli 1798 M. Ekspedisi Napoleon ini membawa angin segar bagi sejarah perkembangan bangsa mesir, terutama menyangkut pendidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tegnologi perancis banyak memberi inspirasi bagi tokoh pendidikan mesir untuk melakukan perubahan yang mendasar pada sistem dan kurikulum pendidikan.
Menurut Ali Pasya, seorang keturunan turki yang merupakan peletak dasar pendidikan modern di mesir. Selama memerintah ia merasakan ketidakamampuan pendidikan tradisional dalam menghasilkan tenaga terampil yang dibutuhkan oleh negara. Akhirnya ia mengambil jalan tenggah dengan membangun sekolah baru yang diilhami oleh ide-ide yang berkembang di eropa. Karena dalam pandangannya mesir dapat menjadi negara maju manakala mengadopsi dan memasukkan sistem kurikulum pendidikan barat.
Sekolah pertama yang dibangun adalah sekolah tinggi dan sekolah spesialisasi. Untuk mengisi sekolah ini maka dibutuhkan sekolah menneggah dan madaris tajhiziyah. Pada tahun 1833 kota kairo, Alexandria, dan berbagai tempat lain. Setidaknya terdapat beberapa hal yang perlu dicatat berkenaan dengan upaya modernisasi yang dilakukan oleh Ali Pasya, yaitu antara lain:
1.      Diberlakukannya sistem sentralistik sebagai akibat dari pengaruh pendudukan perancis. Disamping itu ia adalah seorang otokrat yang memusatkan kekuasaan ditanggannya sendiri, termasuk pendidikan.
2.      Sehingga kualitas lulusan ia buat untuk mampu memenuhi kebutuhan pemerintahannya.
3.      Karena tujuan utama pendidikan bersifat Pragmatis, maka modernisasi terfokus pada lembaga tingkat tinggi yang khusus melatih profesionalitas pegawai.
Muhammad Pasya secara sadar membuat keputusan untuk mengabaikan sekolah yang sudah ada dan bukan untuk mencoba menciptakan sistem modern bagi semuanya. Inilah sebuah fakta yang terjadi. Dua sistem pendidikan baik tradisional maupun modern yang mirip maupun terpisah muncul di mesir. Masing-masing berorientasi pada nilai yang berlainan. Hal ini berakibat adanya kesenjangan masyarakat dan terkontaknya kaum intelektual negeri itu sebagai hasil didikan dari sekolah agama atau sekolah modern. Jika dicermati, hal ini juga terjadi di indonesia, lulusan Universits atau IAIN.
Terlepas dari kekurangan yang ada dan prinsip-prinsip yang mendasari sistem pendidikan yang dibangun oleh muhammad pasya adalah karakteristik sekolah yang mampu berkembang dalam waktu yang relatif singkat, dan memaksa sistem pendidikan mesir beralih ke bentuk yang dianggap unik hingga sekarang.[3]

B.       Sistem Pendidikan di Mesir
Negara Mesir sebagian besar wilayahnya berada di kawasan Afrika bagian timur laut, mencakup Semenanjung Sinai dan kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem semi presidensial multipartai. Empat tahun silam, tepatnya pada awal-awal bulan di tahun 2011, ratusan ribu pemuda Mesir turun ke jalan untuk menuntut reformasi dan demokrasi untuk sistem pemerintahan di sana serta menuntut pemimpin tertinggi Hosni Mubarak turun dari tampuk kekuasaan. Mereka frustasi dengan sistem pendidikan tinggi yang sangat kekurangan dana dan 40 persen dari lulusan perguruan tinggi tidak terserap oleh pasar tenaga kerja, sehingga pemuda Mesir dan universitas menuntut perubahan.
Dari situlah kemudian lambat laun muncul reformasi pendidikan meskipun bisa dibilang sangat lambat dan dalam implementasi kebijakan masih belum merata disebabkan oleh kerusuhan politik, sosial dan ekonomi yang tidak berkesudahan. Persoalan dunia pendidikan seperti sudah menjadi catatan panjang yang tiada henti-hentinya di negara tersebut. Di pihak lain, persoalan ini sempat menyebabkan banyaknya mahasiswa di Mesir berusaha untuk mendapatkan perguruan tinggi di luar negeri dan beberapa mahasiswa dari luar negeri mulai turun minatnya untuk melanjutkan studi di Mesir akibat sistem pemerintahannya belum membaik walaupun sebenarnya negara tersebut sudah dari dulu kala sangat terkenal bagi mahasiswa internasional untuk studi di sana. Namun, ketika pimpinan diktator Mesir, Mubarak turun dari tampuk kepemimpinan, kondisi pendidikan berangsur mengalami perubahan.[4]
1.      Jenjang Pendidikan
Sistem pendidikan Mesir sangat sentralistik, dan dibagi menjadi tiga tahap: 
a.       Pendidikan Dasar
Pendidikan di Mesir wajib dilakukan selama 9 tahun akademik antara usia 6 dan 14. Selain itu, semua tingkat pendidikan bebas dalam menjalankan pemerintahan sekolah. Menurut Bank Dunia, terdapat perbedaan besar dalam pencapaian pendidikan yang kaya dan yang miskin, yang biasa dikenal sebagai "kesenjangan kekayaan." Meskipun rata-rata tahun sekolah diisi oleh orang kaya dan miskin hanya satu atau dua tahun,  tetapi kesenjangan kekayaan mencapai setinggi sembilan atau sepuluh tahun. 
Pada tahun 1999-2000 angka partisipasi total pra-siswa SD adalah 16 persen dan meningkat menjadi 24 persen pada tahun 2009. Terlepas dari swasta atau negara dijalankan, semua lembaga prasekolah berada di bawah Departemen Pendidikan. Adapun tugas Departemen yaitu untuk memilih dan mendistribusikan buku pelajaran. Menurut Departemen pendidikan, pedoman ukuran maksimum prasekolah tidak boleh melebihi  dari 45 siswa. Departemen Pendidikan juga mendapat dukungan dari lembaga internasional seperti Bank Dunia untuk meningkatkan sistem pendidikan anak usia dini dengan meningkatkan akses ke sekolah-sekolah, peningkatan kualitas pendidikan dan membangun kapasitas para guru.  Lapis kedua wajib pendidikan dasar adalah tahap persiapan menengah pertama atau tiga tahun yang lama. Pentingnya menyelesaikan tingkat pendidikan ini adalah untuk menjaga siswa terhadap buta huruf sebagai awal drop out pada tahap ini mudah surut ke buta huruf dan akhirnya kemiskinan.[5]
b.      Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri dari tiga lintasan: umum, kejuruan/ teknis dan dual system.  Pendidikan kejuruan yang mewakili sekolah Kohl i Mubarak. Tahap sekunder umum mencakup 3 tahun pendidikan, sedangkan menengah kejuruan lagu bisa selama 3-5 tahun dan 3 tahun untuk sistem ganda masukkan pendidikan ke kejuruan tingkat menengah, para siswa harus lulus ujian nasional yang diberikan pada akhir tahap sekunder. Pada tahun 2004, 77,3 persen siswa yang menyelesaikan tahap persiapan diperkirakan akan didaftarkan dalam tingkat sekunder pendidikan ini, mahasiswa memiliki penilaian formatif dan sumatif selama tahun pertama dan rata-rata akhir tahun ujian standar nasional untuk tahun kedua dan tiga kualifikasi para siswa untuk mengambil Sertifikat Pendidikan Menengah Umum-Thanawiya Amma, yang merupakan salah satu persyaratan untuk masuk ke universitas.[6] 
c.       Pendidikan Tinggi
Sistem Pendidikan Tinggi Mesir memiliki sistem pendidikan tinggi yang sangat luas. Sekitar 30% dari semua orang Mesir dalam kelompok usia yang relevan pergi ke universitas Menurut The Economist, standar pendidikan di universitas publik Mesir "bukan main". Departemen Pendidikan Tinggi mengawasi tingkat pendidikan tersier. Dalam sistem pendidikan saat ini, ada 17 universitas umum, 51 publik lembaga non-universitas, 16 perguruan tinggi swasta dan 89 perguruan tinggi swasta. Dari 51 lembaga non-universitas, 47 tahun dua-tengah lembaga teknis (MTIs) dan empat adalah 4-5 tahun lembaga teknis yang lebih tinggi]. Kohort pendidikan tinggi diperkirakan akan meningkat mendekati 6 persen (60,000) siswa per tahun khususnya tahun  2009.[7]  
2.      Jenis-jenis Pendidikan di Mesir
a.       Sistem pendidikan Formal
Sistem pendidikan Mesir mempunyai dua struktur parallel:Struktur sekuler dan struktur keagamaan Al Azhar.  Struktur sekuler diatur oleh kementerian Pendidikan.  Struktur Al Azhar dilaksanakan oleh kementerian urusan al azhar, ini sering juga disebut Kementerian agama di negara-negara lain.  Selain dari kedua struktur ini, ada pula jenis sekolah yang diikuti oleh sejumlah kecil anak-anak.  Misalnya, anak-anak cacat masuk ke sekolah-sekolah khusus; bagi yang ingin menjadi militer masuk ke sekolah militer, dan ada pula generasi muda yang meninggalkan sekolahnya dan mendaftar pada program-program nonformal yang diselenggarakan oleh berbagai badan atau lembaga.[8]
1)      Sistem Sekolah Sekuler
Pendidikan wajib di Mesir berlaku sampai Grade 8 dan ini dikenal sebagai pendidikan dasar.  Ada pendidikan taman kanak-kanak dan play group yang mendahului pendidikan dasar, tetapi jumlahnya sangat kecil dan kebanyakan berada di kota-kota.  Pendidikan dasar ini dibagi menjadi dua jenjang.  Jenjang pertama yang dikenal dengan Sekolah Dasar mulai dari Grade 1 sampai Grade 5, dan jenjang kedua, yang dikenal dengan sekolah persiapan, mulai dari grade 6 sampai Grade 8.  Sekolah persiapan ini baru menjadi pendidikan wajib dalam tahun 1984, sehingga nama “sekolah persiapan” tidak tepat lagi.[9]
Setelah mengikuti pendidikan dasar selama delapan tahun, murid-murid punya empat pilihan:Tidak bersekolah lagi, memasuki sekolah menengah umum, memasuki sekolah teknik menengah tiga tahun, atau memasuki sekolah teknik lima tahun.  Pada sekolah menengah umum, tahun pertama (Grade 9) adalah kelas bersama.  Pada grade 10 murid harus memilih antara bidang sains dan nonsains (IPA vs Non-IPA) untuk Grade 10 dan 11.
Pendidikan tinggi di universitas dan institusi spesialisasi lainnya mengikuti pendidikan akademik umum. Pendidikan pada sebagian lembaga perguruan tinggi berlangsung selama dua, empat atau lima tahun tergantung pada bidang dan program yang dipilih.  Semenjak tahun 199, Sebagian tamatan sekolah teknik dibolehkan melanjutkan ke pendidikan tinggi. Pertambahan penduduk yang begitu cepat di Republik Arab Mesir, berdampak meningkatnya tuntutan atas pendidikan, dan seterusnya, meningkat pula jumlah murid.  Peningkatan jumlah murid ini sebagai pengaruh dari kenyataan bahwa semenjak revolusi tahun 1952, Mesir selalu berjuang memperluas pendidikan sebagai salah satu prasyarat untuk pembangunan sosial dan ekonomi.[10]
2)       Sistem Sekolah Al-Azhar
Sistem sekolah Al Azhar hampir sama dengan sistem sekolah sekuler pada tingkat pendidikan dasar.  Perbedaannya  ialah bahwa pendidikan agama islam lebih mendapat tekanan.  Tetapi untuk mata pelajaran kurikulumnya seperti pada sekolah sistem sekuler.  Grade  10 dan 11 sama untuk semua murid.  Pada akhir grade 11, murid boleh memilih apakah ingin masuk ke sekolah umum dua tahun lagi, atau masuk ke sekolah agama selama dua tahun.  Pada level universitas, fakultas-fakultasnya sama dengan yang ada pada pendidikan  sekuler tetapi kurikulumnya lebih menekankan pada keagamaan.  Selanjutnya, seluruh pendidikan guru untuk pendidikan keagamaan hanya diselenggarakan dalam lingkungan sistem Al Azhar. Sekolah-sekolah Al Azhar lebih sedikit muridnya dibandingkan dengan jumlah murid sekolah sistem sekuler.  Namun pada kenyataannya lebih besar jumlah tamatan dari jalur Al Azhar yang masuk ke pendidikan tinggi dibandingkan dengan tamatan sekolah sistem sekuler.  Perlu dicatat juga bahwa tidak ada pendidikan teknik pada sistem Al Azhar. [11]
3)      sekolah sistem sekuler
 Perlu dicatat juga bahwa tidak ada pendidikan teknik pada sistem Al Azhar. Pendidikan Vokasional dan Teknik Upaya untuk memperluas pendidikan kejuruan (vokasional) dan pendidikan teknik dimulai tahun 1950-an.  Jumlah sekolah vokasional dan teknik meningkat dari 134 (dengan 31.800 siswa) dalam tahun 1952 menjadi 460 buah (dengan siswa 115.600) dalam tahun 1960.[12]  
b.      Pendidikan non formal
Didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan pendidikan terencana di luar sistem pendidikan formal.  Pendidikan ini dmaksudkan untuk melayani kebutuhan pendidikan bagi kelompok-kelompok orang tertentu.  Apakah itu anak-anak, generasi muda atau orang dewasa;apakah mereka laki-laki atau perempuan, petani, pedagang, atau pengrajin;apakah mereka dari orang kaya atau miskin.  Di mesir, pendidikan nonformal terutama dikaitkan dengan penghapusan iliterasi. 
Dengan demikian, kebanyakan program lebih dikonsentrasikan pada pendidikan nonformal dalam aspek itu.   Semenjak tahun 1967, Kementerian pemburuhan menyelenggarakan program penataran untuk mendidik orang-orang yang telah menamatkan pendidikan tingkat dasar, dan orang-orang yang putus sekolah formal yang berusia antara 12 dan 18 tahun.  Mereka dilatih dalam keterampilan vokasional yang cocok untuk lingkungan dan kemampuannya.  Pendidikan ini biasanya diselenggarakan selama sembilan bulan:tujuh bulan di pusat-pusat latihan vokasional, dan dua bulan di tempat-tempat unit produksi.[13] 
Para peserta latihan kemudian ditempatkan bekerja pada sektor pemerintah atau sektor swasta.   Di bawah pengawasan Kementerian Perindustrian, ada 33  buah pusat pelatihan di berbagai governorat.  Pusat-pusat pelatihan ini menyelenggarakan program-program kilat bagi pekerja yang masih ”semiskilled” melalui pemagangan di industri-industri, dan juga meningkatkan keterampilan para teknisi.  Program bagi orang yang semiskilled ini diikuti peserta yang berusia sekitar 17 tahun dengan lama program enam bulan.  Program pemagangan dapat pula diikuti oleh murid-murid  yang telah tamat pendidikan dasar, atau mereka yang tidak akan melanjutkan. pendidikannya ke sekolah  teknik.  Program pemagangan ini berlangsung selama tiga tahun. Untuk meningkatkan keterampilan karyawan, perusahaan memilih karyawan yang telah punya pengalaman kerja minimal lima tahun untuk mengikuti pelatihan teknis malam hari selama  tiga bulan.[14]
3.      Jenis-jenis Sekolah di Mesir
Secara umum, ada dua jenis sekolah pemerintah yaitu Sekolah Arab dan Eksperimental Language Schools.
a.       Sekolah Arab, Pemerintah menyediakan kurikulum nasional dalam Bahasa Arab. Sebuah kurikulum pemerintah bahasa Inggris diajarkan  mulai pada tahun keempat Primer dan Perancis ditambahkan sebagai bahasa asing kedua di Pendidikan Menengah. 
b.      Eksperimental Language Schools, mengajar sebagian besar kurikulum pemerintah (Sains, Matematika dan Komputer) dalam bahasa Inggris, dan menambahkan Perancis sebagai bahasa asing kedua di Persiapan Pendidikan. Advanced kurikulum bahasa Inggris disediakan dalam semua tahap pendidikan. Pelajaran sosial diajarkan dalam bahasa Arab. Siswa diterima ke dalam kelas pertama pada umur tujuh; satu tahun lebih tua dari sekolah-sekolah Arab.[15]
Secara umum, terdapat empat jenis sekolah swasta: 
a.       Sekolah Ordinary, kurikulum mereka sangat mirip dengan sekolah-sekolah pemerintah, tetapi sekolah-sekolah swasta lebih memperhatikan siswa kebutuhan pribadi dan fasilitas sekolah.  
b.      Sekolah Bahasa, sebagian besar mengajarkan kurikulum pemerintah dalam bahasa Inggris, dan menambahkan Perancis atau Jerman sebagai bahasa asing kedua Mereka diharapkan menjadi lebih baik daripada sekolah-sekolah lain, karena fasilitas yang tersedia, namun biaya mereka jauh lebih tinggi. Beberapa sekolah tersebut menggunakan bahasa Perancis atau Jerman sebagai bahasa pengantar utama, tetapi mungkin sulit bagi siswa untuk belajar di universitas pemerintah dalam bahasa Arab atau Inggris sesudahnya. 
c.        Sekolah Agama, adalah sekolah yang berorientasi religius sebagai sekolah Azhar. 
d.      Sekolah Internasional, adalah sekolah swasta yang mengikuti kurikulum negara lain, seperti Inggris, Amerika, atau sistem Perancis, dan gelar yang diterima dari mereka mendapatkan sertifikasi resmi dari Departemen Pendidikan, untuk dapat memenuhi syarat untuk mendaftar ke universitas-universitas Mesir, seperti  sekolah menawarkan bahkan lebih baik daripada fasilitas & kegiatan reguler sekolah swasta dengan biaya yang lebih tinggi, tapi dikritik akan menyediakan tingkat pendidikan jauh lebih mudah dibandingkan dengan kurikulum umum, dan beberapa universitas Mesir memerlukan nilai lebih tinggi daripada siswa sekolah reguler sebagai minimum untuk pendaftaran, atau ekstra ijazah sekolah tinggi seperti SAT. Banyak sekolah swasta yang dibangun oleh misionaris, saat ini berafiliasi dengan gereja-gereja dan memberikan pendidikan yang berkualitas. Banyak sekolah swasta yang menawarkan program pendidikan tambahan, bersama dengan kurikulum nasional, seperti Amerika High School Diploma, sistem IGCSE Inggris, Perancis baccalauréat, Abitur Jerman dan International Baccalaureate.[16]

C.      Pendidikan Islam di Mesir
Kuttab, masjid, dan madrasah merupakan lembaga pendidikan utama di Mesir dan kawasan Timur Tengah pada umumnya. Pada periode berikutnya, institusi tersebut berkembang menjadi sekolahsekolah modern seperti yang dapat kita saksikan dewasa ini. Kuttab, pada dasarnya berarti anak yang belajar kitab, tetapi dipahami secara populer dengan arti maktab sebagai tempat belajar kitab dan Al-Qur’an. Kata kuttab dan maktab sama-sama dipergunakan untuk menentukan tempat pendidikan pertama. Goldziher menerjemahkan kata kuttab dengan maktab dengan elementry school yang bertujuan untuk memberikan pendidikan tingkat pertama kepada anak didik.
Pada abad ke-18, kuttab di Mesir pada umumnya berada di bawah pengawasan Badan Waqaf. Pendidikan juga dilaksanakan di masjid-masjid sejak ‘Amr ibn Ash mendirikan masjid pertama di Fusthath. Missi masjid sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan Islam masih berjalan sampai sekarang. Sungguh pun demikian, tidaklah semua masjid berkembang menjadi institusi pendidikan yang terorganisir, yang sempat berkembang ke arah ini, yaitu masjid AlAzhar. Menurut Al-Maqrizi, di masjid ini terdapat delapan kelompok studi yang membahas berbagai cabang ilmu pengetahuan agama dan umum. Kemudian madrasah merupakan kelanjutan dari pendidikan yang awalnya dilaksanakan di masjid. Di Mesir, pertumbuhan madrasah erat hubungannya dengan pertarungan pemikiran untuk menghapus madzhab Syi’ah yang mulai berkembang sejak masjid Al-Azhar didirikan karena para ulama melihat tidak layak mengadakan perdebatan sengit mengenai sesuatu di dalam masjid sehingga didirikanlah Madrasah Al-Hafiziyah dan Madrasah Asy-Syafi’iyah, keduanya merupakan madrasah pertama di Mesir.[17]
Melihat kenyataan pendidikan di Mesir masih bersifat tradisional, maka pada tahun 1833, Muhammad Ali memerintahkan untuk membangun sepuluh buah sekolah dasar di Mesir, sebagai jenjang pertama untuk persiapan calon pelajar bagi sekolah-sekolah kejuruan sehingga pada masa Muhammad Ali, mulai berjalan dua sistem pendidikan, yaitu pendidikan tradisional dan pendidikan modern yang sekuler, yang diselenggarakan secara terpisah. Akibatnya, lulusan sekolah ini pun terbagi dua; alumni sekolah agama dan alumni sekolah modern.
Sistem pendidikan, baru dapat dilihat pengaruhnya setelah usaha yang dilakukan oleh Khedive Ismail Pasya yang menjadikan Mesir bahagian dari Eropa. Beliau mengaktifkan kembali Dewan AlMadaris, menambah jumlah sekolah dasar dan sekolah menengah dan merencanakan policy pendidikan baru serta mengeluarkan UndangUndang Pendidikan Nasional yang dikenal dengan Undang-Undang 10 Rajab, Tahun 1284 Hijriyah, Nopember 1869.
Dengan berdirinya sekolah-sekolah dasar dan sekolah menengah, mulai dirasakan perlunya guru-guru yang berkualitas, maka oleh Ali Mubarak, dibuka sebuah pusat pelatihan untuk mendidik guru-guru yang diberi nama Dar-Al-Ulum. Lembaga ini ditempati untuk mendidik guru-guru dalam bidang fisika, geometri, ilmu bumi, sejarah dan tulisan indah. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mendidik guru-guru untuk bidang studi yang diajarkan di Al-Azhar, seperti Al-Qur’an, tafsir, hadits, fiqh dan bahasa Arab. Dengan demikian, Dar Al-Ulum berusaha menggabungkan bidang studi agama dengan bidang studi umum (modern). Suatu kebetulan pula bahwa pada masa perkembangan ini bertepatan dengan kedatangan Jamal al-Din al-Afgani ke Mesir dan permulaan usaha pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Abduh. Melihat bahwa pendidikan pada masa itu terbagi menjadi tiga; pendidikan rakyat (yang diwakili oleh kuttab), pendidikan untuk keluarga penguasa, (diwakili oleh sekolah modern yang dibangun sejak masa Muhammad Ali) dan pendidikan ulama (diwakili oleh pendidikan akademis keagamaan seperti Al-Azhar). Pada masa itu, Muhammad Abduh merasakan bahwa pendidikan rakyat sangat diabaikan. Oleh karena itu, itu mengembangkan pendidikan rakyat, beliau mendirikan al-Jami’ah al-Khairiyyah pada tahun 1892.[18]
Periode Abduh ini merupakan periode yang menentukan dalam sejarah Mesir. Ide Barat mulai masuk disamping ulama tradisional. Terdapat kaum intelektual yang ingin terlepas sama sekali dari masa lampau. Mereka mengembangkan nasionalisme. Rasa nasionalisme mereka mendapat tempat yang penting sejak 1919, yang ditandai dengan meluasnya pendidikan di kalangan rakyat setelah tahun 1923 yang memberikan dukungan terhadap nasionalisme. Pada periode ini terdapat dualisme pendidikan. Satu pihak menginginkan pendidikan yang bertujuan untuk membentuk kelompok elit dalam masyarakat yang selanjutnya diharapkan dapat memimpin negara, sedangkan pandangan kedua menginginkan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan bangsa.
Pada tahun 1935, pemerintah membuat gagasan untuk melaksanakan secepat mungkin rencana perluasan pendidikan yang telah disepakati. Kemudian pada tahun itu pula, diputuskan untuk mengubah sistem belajar di kuttab menjadi sistem sekolah sehari penuh (full day system) di seluruh kota-kota propinsi. Untuk usaha ini, pada tahun 1937, pemerintah telah menyerahkan kepada seluruh kantor di propinsi untuk mengatur kuttab-kuttab yang ada di daerah masing-masing. Kemudian pada tahun 1983, pemerintah menghilangkan jurang antara kuttab dan sekolah dengan memindahkan pelajaran bahasa asing dari tingkat satu ke tingkat dua. Pada tahun 1944 Departemen Pendidikan memutuskan untuk menghapuskan biaya sekolah pada sekolahsekolah dasar. Hal ini dimaksudkan untuk mengikis perbedaan tingkat sosial dan memasyarakatkan pendidikan. Pada tahun 1949, anak didik dibebaskan dari biaya pembelian buku.[19]















BAB III
KESIMPULAN

1.      Jasa terpenting yang disumbangkan mesir bagi kemajuan umat islam adalah hasil kegiatan bidang pengetahuan. Sejak masa pemerintahan dinasti fatimiyah, mesir khususnya kairo telah menjadi pusat intelektual muslim dan kegiatan ilmiah lainnya. Kegiatan pendidikan biasanya banyak dilakukan dilakukan di masjid-masjid maupun tempat-tempat keramaian. Tumbuhnya mesir sebagai pusat ilmu keislaman di dukung oleh para penguasanya yang sepanjang sejarah menaruh minat besar pada bidang pengetahuan.
2.      Mesir memiliki sistem pendidikan secara keseluruhan terbesar di Timur Tengah dan telah berkembang dengan pesat sejak awal 1990-an. Dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Mesir telah diberikan prioritas yang lebih besar dalam memperbaiki sistem pendidikan. Menurut Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Mesir menempati peringkat 116 di IPM. Dengan bantuan Bank Dunia dan organisasi-organisasi multilateral lainnya Mesir bertujuan untuk meningkatkan akses pada perawatan anak usia dini dan pendidikan serta masuknya ICT di semua tingkat pendidikan, terutama pada tingkat tersier.
3.      Kuttab, masjid, dan madrasah merupakan lembaga pendidikan utama di Mesir dan kawasan Timur Tengah pada umumnya. Pada periode berikutnya, institusi tersebut berkembang menjadi sekolahsekolah modern seperti yang dapat kita saksikan dewasa ini. Kuttab, pada dasarnya berarti anak yang belajar kitab, tetapi dipahami secara populer dengan arti maktab sebagai tempat belajar kitab dan Al-Qur’an. Kata kuttab dan maktab sama-sama dipergunakan untuk menentukan tempat pendidikan pertama. Goldziher menerjemahkan kata kuttab dengan maktab dengan elementry school yang bertujuan untuk memberikan pendidikan tingkat pertama kepada anak didik.



Text Box: 16
 

DAFTAR PUSTAKA

Atrisna. Perbandingan Pendidikan Mesir-Indonesia, ttps://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/qble1333075913.pdf.
Ihsan, Muhammad. Pendidikan Islam dan Modernitas Di Timur Tengah: Studi Kasus Mesir. Jurnal Hunafa Vol. 4  No. 2 Juni 2007.
Saleh, M. Nurul Ikhsan. Perbandingan Sistem Pendidikan di Tiga Negara; Mesir, Iran dan Turki..  Jurnal Pendidikan Islam  Volume IV  Nomor 1 Juni 2015/1436.
Maunah,  Binti.  Perbandingan Pendidikan Islam. Yogyakarta : Teras, 2011.




[1] Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam (Yogyakarta : Teras, 2011), 87.


[2] Ibid.

[3] Ibid., 88-89.
[4] M. Nurul Ikhsan Saleh, Perbandingan Sistem Pendidikan di Tiga Negara; Mesir, Iran dan Turki, Jurnal Pendidikan Islam  Volume IV  Nomor 1 Juni 2015/1436, 53.
[5]Atrisna, Perbandingan Pendidikan Mesir-Indonesia, ttps://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/qble1333075913.pdf, 2.
[6] Ibid., 2.
[7] Ibid., 2-3.
[8] Ibid., 3.
[9] Ibid., 3-4.
[10] Ibid.
[11] Ibid., 5.
[12] Ibid., 6.
[13] Ibid., 6-7.
[14] Ibid., 7.
[15] Ibid.
[16] Ibid., 7-8.
[17] Muhammad Ihsan, Pendidikan Islam dan Modernitas Di Timur Tengah: Studi Kasus Mesir, Jurnal Hunafa Vol. 4  No. 2 Juni 2007, 132.
[18] Ibid., 132-133.
[19]Ibid., 133-134.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Popular Posts

Blog Archive

PAI.H

PAI.H
Kita lebih dari sekedar teman, we are family