Blog masa kini yang berisi kontent inspiratif

MAKALAH 7 - Psikologi Dakwah - MOTIVASI DALAM DAKWAH

MOTIVASI DALAM DAKWAH
Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Psikologi Dakwah”
Dipresentasikan pada: Kamis, 12 April 2018

Disusun oleh :
1.     Afidhatul Imaniah                          (210315261)
2.     Puji Astuti                                         (210315280)
3.     Yenni Maghfirah Nur Rohmah    (210315269)
KELAS PAI.H-KELOMPOK 7
Dosen Pengampu
Sunartip, M.Sy.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
APRIL 2018

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Dalam berdakwah, ada hal yang penting yang juga menjadi faktor berhasil tidaknya dakwah, yaitu motivasi. Motivasi menjadi hal yang penting dan pokok persoalan segala sesuatu. Dalam motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menompang tingkah laku manusia. Dengan kata lain motivasi mengarahkan tingkah laku individu ke arah suatu tujuan untuk menjaga dan menompang tingkah laku tersebut, sedangkan lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan individu.[1]
Untuk itu agar kita lebih memahami motivasi dalam dakwah, makalah ini akan membahas mengenai seluk beluk berdakwah, sehingga bisa menambah pengetahuan serta bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai apa hal yang mendorong kegiatan dakwah.
Bila motivasi yang dimiliki da’i jelas dan terarah, maka dakwah yang disampaikannya juga akan diterima oleh mad’u. Karena tindakan motivasi pun akan berhasil jika tujuannya jelas dan sesuai kebutuhan orang yang dimotivasi.[2]

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan motivasi?
2.    Apa saja jenis klasifikasi motivasi?
3.    Apa saja teknik motivasi dalam Islam?
1
 




BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Motivasi
Motivasi menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.[3] Motivasi dapat diartikan sebagai kondisi aktif dalam diri individu yang terjadi pada saat motif berhubungan dengan pengharapan bahwa tindakan merupakan alat untuk meraih tujuan motifnya.[4] Adapun motivasi menurut beberapa ahli, yaitu:
1.      Menurut Winkel, motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu, sedang motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang individu untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.[5]
2.      Menurut Vroom, motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendakinya.
3.     
2
Kemudian John P. Campbell dan kawan-kawannya menambahkan rincian dalam definisi tersebut dengan mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku. Istilah itu mencakup sejumlah konsep seperti dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan (incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal setting), harapan (expectancy), dan sebagainya.[6]
4.      Menurut Oemar Hamalik, motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.[7]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah keadaan dalam diri individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Tiap aktivitas yang dilakukannya itu didorong oleh energi dari dalam diri individu itu. Motivasi tampak pada tingkah laku yang menjadikan seseorang giat dalam suatu tindakan untuk mencapai suatu keinginan yang dikehendaki. Hal ini berkaitan dengan motivasi dalam dakwah yaitu motif yang melatar belakangi seorang da’i dalam melakukan dakwahnya, dengan tujuan atau maksud untuk mengajak manusia dengan cara bijaksana dan jalan yang benar sesuai perintah Allah SWT. untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

B.     Klasifikasi Motivasi
1.      Jenis Motif Secara Umum
Dr. W.A. Gerungan. Dipl. Psych. menyatakan bahwa motif dapat diklasifikasikan dalam hal-hal berikut ini:
a.       Motif Tunggal dan Motif Bergabung
Motif tunggal berarti hanya satu macam motif sedangkan, motif bergabung berarti terdiri dari lebih dari satu macam motif.[8]
b.      Motif Biogenis dan Motif Sosiogenis
Motif biogenis yaitu motif yang berkembang pada diri orang  dan berasal dari organismenya sebagai mahluk biologis, dan motif-motif yang berasal dari lingkungan kebudayaan. Motif ini asli dari seseorang dan kurang terikat pada norma atau lingkungan masyarakat. Sedangkan motif sosiogenis adalah motif-motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan. Tetapi perlu diketahui bahwa motif sosiogenis ini juga erat kaitannya dengan motif biogenis.[9]
c.       Motif Teogenis
Motif teogenis adalah motif-motif yang berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan seperti yang terwujud dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha merealisasikan norma-norma agamanya. Manusia memerlukan interaksi dengan Tuhannya untuk dapat menyadari akan tugasnya sebagai manusia yang berkeTuhanan di dalam masyarakat.[10]
Selain itu, Drs. H. M. Arifin, M. Ed. beliau menyederhanakan dan mengklasifikasikan motif sebagai berikut:
a.       Motif yang mendorong aktifitas pribadi atau self actualism, yang di dalamnya mengandung dorongan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah.
b.      Motif kepada keamanan atau security motive termasuk dalam motif ini adalah motif fisiologis dan motif kepada kepercayaan dan konformitas.
c.       Motif untuk mengadakan respons.
d.      Motif yang bersifat individual, seperti aktualisasi diri dan lain-lain.
e.       Motif yang mendorong untuk mencari pengalaman yang baru.[11]
f.        Motif darurat (emergency motive). Motif darurat yang mencakup: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha dan memburu. Dorongan ini timbul karena perangsang dari luar.[12]
g.       Motif objektif (objective motive) yaitu motif untuk mengadakan hubungan interaksi dengan keadaan sekitarnya, misalnya motif eksplorasi, motif manipulasi dan menaruh minat.[13]
2.      Motivasi dalam Islam (menurut Al-Qur’an dan Hadits)
a.       Motif Fisiologis
Motif fisiologis adalah dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan makan, minum, bernafas, bergerak dan lain-lain.[14] Al-Qur’an telah mengemukakan bahwa dorongan fisiologis dapat dikategorikan dalam hal-hal berikut:
1)     Dorongan-dorongan Untuk Menjaga Diri
Dalam berbagai ayat Al-Qur’an Allah mengemukakan dorongan fisiologis yang terpenting untuk menjaga diri dan kelangsungan hidup individu. Sebagaimana dalam Q.S. An-Nahl ayat 80:
ª!$#ur Ÿ@yèy_ /ä3s9 .`ÏiB öNà6Ï?qãç/ $YZs3y Ÿ@yèy_ur /ä3s9 `ÏiB ÏŠqè=ã_ ÉO»yè÷RF{$# $Y?qãç/ $ygtRqÿÏtGó¡n@ tPöqtƒ öNä3ÏY÷èsß tPöqtƒur öNà6ÏGtB$s%Î)   ô`ÏBur $ygÏù#uqô¹r& $ydÍ$t/÷rr&ur !$ydÍ$yèô©r&ur $ZW»rOr& $·è»tGtBur 4n<Î) &ûüÏm ÇÑÉÈ
Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu)”. (Q.S. An-Nahl ayat 80).

Dalam ayat di atas, Allah mengisyaratkan sebagian dorongan untuk menjaga diri dari panas, dingin, lelah, dan rasa sakit.
2)     Dorongan Mempertahankan Kelestarian Hidup Jenis
Dorongan ini meliputi dorongan seks dan dorongan keibuan. Lewat dorongan seksual akan tercipta keluarga, dari keluarga tercipta masyarakat dan yang lebih besar adalah terwujud sebuah negara.
b.      Motif Psikis
Motif psikis artinya dorongan-dorongan yang tidak bisa dirujukkan secara langsung kepada kondisi-kondisi fisiologis. Dorongan ini timbul akibat terjadinya interaksi antara dorongan-dorongan itu dengan berbagai pengalaman individu dan faktor pertumbuhan sosialnya. Beberapa motif psikis yang dapat dikaji antara lain:
1)     Motif Memiliki
Dorongan memiliki termasuk dorongan psikis yang dipelajari manusia dalam proses sosialisasi. Harta dan perhiasan merupakan perhiasan dunia (Q.S. Al Kahf: 46) dan kehidupan dunia merupakan permainan (Q.S. Al Hadid: 20). Dorongan memiliki alat setan untuk menggelincirkan manusia ke jalan yang sesat. Dan tidaklah heran dengan nash Al-Qur’an ini sendiri, dalam kehidupan duniawi ini terwujud “aliran hedonisme”.[15]


2)     Motif Memusuhi
Sering kita jumpai atau bahkan kita sendiri yang menjalankan, dimana tingkah laku kita “our behavior” atau “other behavior” (perilaku orang lain) memusuhi orang lain dengan tujuan menyakitinya baik secara lisan atau fisik.
3)     Motif Berkompetisi
Motif berkompetisi diartikan sebagai dorongan individu melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan dengan cara bersaing untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari orang lain.[16] Dalam artian berkompetisi dalam hal kebaikan.
9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkŽÏj9uqãB ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuŽöyø9$# 4 tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù'tƒ ãNä3Î/ ª!$# $·èŠÏJy_ 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇÊÍÑÈ
Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Q.S. Al Baqarah: 148).

4)     Motif Beragama
Dorongan beragama merupakan perpaduan dorongan alamiah dan perkembangannya lebih dominan pengaruh lingkungan. Akan tetapi secara fitrah memang Allah telah menetapkan:[17]
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Ar Ruum: 30).[18]

Jadi, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi motivasi terbagi menjadi dua yaitu secara umum dan menurut Islam. Meskipun keduanya secara istilah memiliki perbedaan, namun sesungguhnya memiliki maksud yang sama.

C.      Beberapa Teknik Motivasi Dalam Islam
Adapun beberapa teknik motivasi dalam Islam, yaitu sebagai berikut:
1.      Pembangkitan Motivasi dengan Janji dan Ancaman
Dalam membangkitkan dorongan untuk menerima Islam, Al-Qur’an tidak hanya menakut-nakuti manusia dengan azab neraka jahanam, tetapi disaat yang sama Al-Qur’an memberikan sebuah imbalam kenikmatan, kebahagiaan di sekitar zaman. Sebab penggunaan rasa takut saja tidak akan membawa hasil, justru umat akan trauma untuk mendekat pada Islam. Di lain pihak, dominannya rasa harap akan karunia Allah akan menjadikan umat meremehkan, menjadikan lalai, dan menghilangkan dinamisme kehidupan. Al-Qur’an berusaha menyeimbangkan antara pemakaian rasa takut dan rasa harap.[19]
2.      Pembangkitan Motivasi dengan Cerita
Cerita adalah salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri, cerita bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak membaca.[20] Dari cerita inilah kita dapat mengetahui dimana, bagaimana, dan apa yang dialami pelaku cerita dari awal sampai akhir serta dapat mengambil pelajaran dari cerita yang disampaikan. Cerita bisa menjadi sarana membangkitkan naluri keingintahuan manusia, misalnya dengan tamsil, cerita para nabi dan sahabat atau kisah-kisah yang telah lampau. 
3.      Pembangkitan Motivasi dengan Peristiwa-peristiwa Penting
Lazimnya, setiap manusia terpengaruh peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupannya, sebab dengan peristiwa tersebut ia dapat mengambil pelajaran dan hikmahnya. Al-Qur’an pun memanfaatkan peristiwa penting sebagai sasaran pengajaran pada kaum muslimin. Misalnya, peristiwa “Perang Hunain”. Ketika itu, jumlah kaum muslimin sangat banyak dan kuat, mereka yakin mampu mengalahkan orang kafir dan lupa akan kekuasaan Allah. Disini Allah berusaha menunjukkan bahwa banyaknya orang atau kuantitas tidak akan menentukan kemenangan.[21]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknik motivasi dalam Islam erat kaitanya dengan isi kandungan Al-Qur’an, tidak hanya itu namun teknik motivasi ini juga telah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sehingga teknik motivasi ini relevan untuk digunakan di masa sekarang dan masa yang akan datang.

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1.      Motivasi adalah keadaan dalam diri individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Tiap aktivitas yang dilakukannya itu didorong oleh energi dari dalam diri individu itu.
2.      Klasifikasi motivasi, yaitu:
a.       Jenis motif secara umum
1)     Motif tunggal dan motif bergabung
2)     Motif biogenis dan motif sosiogenis
3)     Motif teogenis
b.      Motivasi dalam Islam (menurut Al-Qur’an dan Hadits)
1)     Motif fisiologis
a)     Dorongan-dorongan untuk menjaga diri
b)     Dorongan mempertahankan kelestarian hidup jenis
2)     Motif psikis
a)     Motif memiliki                        c) Motif berkompetisi
b)     Motif memusuhi                    d) Motif beragama
3.      Teknik motivasi dalam Islam, meliputi:
a.       Pembangkitan motivasi dengan janji dan ancaman
b.      Pembangkitan motivasi dengan cerita
c.       Pembangkitan motivasi dengan peristiwa-peristiwa penting

B.     Saran
10
Pemakalah menyadari bahwa dalam makalah ini masih belumlah sempurna. Untuk itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Bapak Dosen dan pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Astria, Lucia. “Fenomena Calon Legislatif (Caleg) Depresi Karena Kalah dalam Pemilu”, Jurnal Politika 5, no. 2 (Oktober 2014).
Faizah, Effendi. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Jumantoro, Totok. Psikologi Dakwah Dengan Aspek-aspek Kejiwaan yang Qur’ani. Jakarta: Amzah, 2001.
Majid, Abdul Aziz Abdul. Mendidik Dengan Cerita. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Muna, Nunung Faizul. “Hubungan antara Kemandirian dengan Motif Berkompetisi pada Kelas VII Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.”Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 2009.
Nawawi. “Motivasi Terhadap Tingkah Laku dalam Proses Dakwah,” Jurnal Komunika 1, no. 2 (Juli-Desember 2007).
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Umum. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995.
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Wahab, Rohmalia. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016.



[1] Effendi Faizah, Psikologi Dakwah (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 125.
[2] Ibid., 126.
[3] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 973.
[4] Nawawi, “Motivasi Terhadap Tingkah Laku dalam Proses Dakwah,” Jurnal Komunika 1, no. 2 (Juli-Desember 2007), hlm. 236.
[5] Rohmalia Wahab, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 127.
[6] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 72.
[7] Wahab, Psikologi Belajar, 128.
[8] Lucia Astria, “Fenomena Calon Legislatif (Caleg) Depresi Karena Kalah dalam Pemilu”, Jurnal Politika 5, no. 2 (Oktober 2014), hlm. 4.
[9] Totok Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-aspek Kejiwaan yang Qur’ani (Jakarta: Amzah, 2001), 97.
[10] Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Umum (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 46.
[11] Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-aspek Kejiwaan yang Qur’ani, 100.
[12] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), 73.
[13] Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 139.
[14] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 63.
[15] Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-aspek Kejiwaan yang Qur’ani, 103-104.
[16] Nunung Faizul Muna, “Hubungan antara Kemandirian dengan Motif Berkompetisi pada Kelas VII Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional,” (Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 2009), hlm. 3.
[17] Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-aspek Kejiwaan yang Qur’ani, 106.
[18] Ibid.
[19] Ibid., 109-110.
[20] Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 8.
[21] Jumantoro, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-aspek Kejiwaan yang Qur’ani, 111.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Popular Posts

Blog Archive

PAI.H

PAI.H
Kita lebih dari sekedar teman, we are family