Blog masa kini yang berisi kontent inspiratif

MAKALAH 12 - Psikologi Dakwah - INTERAKSI DAN KOMUNIKASI DALAM DAKWAH DAN ADJUSMENT (HUBUNGAN) PSIKOLOGI ANTARA DA’I DAN MAD’U

INTERAKSI DAN KOMUNIKASI DALAM DAKWAH DAN ADJUSMENT (HUBUNGAN) PSIKOLOGI ANTARA DA’I DAN MAD’U
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Psikologi Dakwah”

Dipresentasikan pada: Hari Kamis, 7 Juni 2018
LOGO
Disusun oleh : 
1.  Aris Permata Dewi         (210315284)
2.  Dwi Lestari                       (210315260)

Kelas PAI.H- Kelompok 12

Dosen Pengampu :
Sunartip, M. SY.



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
(IAIN) PONOROGO
MEI 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada setiap muslim agar terjadi perubahan dalam dirinya menjadi lebih baik sesuai dengan perintah Allah. Dalam dakwah tentu ada komunikasi yang menyebabkan interaksi antara Dai dan Madu yang mana bertujuan untuk mempengaruhi satu sama lain. Dalam proses komunikasi harus ada hubungan psikologis yang baik antara Da’i dan Mad’u agar terjalin interaksi yang baik pula. Akan tetapi pada proses interaksi dan komunikasi tentu ada hambatan-hambatan yang menyebabkan adanya gagal komunikasi.
Dengan demikian, pemakalah akan membahas tentang interaksi dan komunikasi dalam dakwah dan hubungan psikologis antara da’i dan mad’u.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan interaksi dan komunikasi dalam dakwah dan adjusment (hubungan) psikologi antara da’i dan mad’u?
2.      Bagaimana aplikasi interaksi dan komunikasi dalam dakwah dan adjusment (hubungan) psikologi antara da’i dan mad’u
3.      Apa saja hambatan interaksi dan komunikasi dalam dakwah dan adjusment (hubungan) psikologi antara da’i dan mad’u?




1
 
 

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Interaksi dan Komunikasi dalam Dakwah dan Adjusment (Hubungan) Psikologi antara Da’i dan Mad’u
1.   Secara Bahasa
a.    Inggris
Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling berinteraksi. Apabila dua orang bertemu dan terjadi keadaan saling memperngaruhi di antara mereka, maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi interaksi sosial di antara kedua orang tersebut. [1]
Sedangkan kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “Communication”), secara epitimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus dan perkataan ini bersumber pada kata communis yang memiliki makna “berbagi” atau “menjadi milik bersama” yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain.[2]
b.      Arab
2
 
Komunikasi dalam bahasa Arab adalah tawashul. Tawashul berasal dari kata “washala” yang berarti  “sampai”. Dengan demikian, tawashul adalah proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh kedua belah pihak yang melakukan komunikasi. Istilah lain dalam bahasa Arab istilah komunikasi adalah ittishal yang lebih menekankan pada makna ketersambungan pesan.  Dalam hal ini jika pesan yang dikirimkan oleh komunikator sampai dan tersambung pada komunikan, maka itulah komunikasi dan tidak harus terjadi feedback atau umpan balik.[3]
Kata da’i berasal dari bahasa Arab bentuk mudzakar (laki-laki) yang berarti orang yang mengajak, kalau muanas (perempuan) disebut da’iyah.
c.     Indonesia
Interaksi adalah suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. [4] Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.[5]
Da’i adalah orang yang pekerjaannya berdakwah, pendakwah: melalui kegiatan dakwah para da’i menyebarluaskan ajaran Islam. Dengan kata lain, da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak  langsung, melalui lisan, tulisan, atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebarluaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut Islam.
Mad’u adalah objek dakwah bagi seorang da’i yang bersifat individual, kolektif, atau masyarakat umum. Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah merupakan salah satu unsur yang penting dalam sistem dakwah yang tidak kalah peranannya dibandingkan dengan unsur unsur dakwah yang lain oleh sebab itu masalah masyarakat ini seharusnya di pelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang sebenarnya. Maka dari itu sebagai bekal dakwah dari seorang da’i atau muballig hendaknya memperlengkapi dirinya dengan beberapa pengetahuan dan pengalaman yang erat hubungannya dengan masalah masyarakat.
Jadi pemakalah dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian interaksi secara bahasa adalah keadaan atau tindakan yang terjadi antara dua atau lebih manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak sehingga informasi tersebut dapat dipahami oleh kedua belah pihak tersebut.
2.     Secara Istilah
a.    Non-Islam
Interaksi sosial adalah salah satu bentuk hubungan manusia dengan lingkungannya. Hubungan manusia dengan manusia (interaksi sosial) ini berkisar pada usaha menyesuaikan diri. Baik bersifat autoplastis atau aloplastis dimana individu yang satu menyesuaikan diri dengan individu lain, atau indivdu lain menyesuaikan diri dengan individu pertama. [6]
Sedangkan menurut Colin Cherry komunikasi adalah suatu proses dimana pihak-pihak peserta saling menggunakan informasi, dengan tujuan untuk mencapai pengertian bersama yang lebih baik mengenai masalah yang penting bagi semua pihak yang bersangkutan. [7]


b.    Islam       
Dalam prespektif ilmu komunikasi, eksistensi Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia merupakan message yang Allah sampaikan kepada manusia lewat Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dan umat manusia. Bila dilihat dari sudut pandang komunikasi seperti yang dijelaskan Harold Lasswel dan ilmuan komunikasi lainnya. Harold Laswell mneyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: who, says what, in which channel, to whom, with what efffect. Maka proses turunnya wahyu (qur’an) tersebut merupakan proses komunikasi karena di dalamnya mengandung unsur-unsur komunikasi yaitu, komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Dalam hal ini komunikatornya adalah Allah pesannya berupa wahyu Al-Quran. [8]           Sebagaimana Al-Quran Surah Thaha ayat 44:

Ÿwqà)sù ¼çms9 Zwöqs% $YYÍh©9 ¼ã&©#yè©9 ㍩.xtFtƒ ÷rr& 4Óy´øƒs ÇÍÍÈ 
Maka berbicalah kamu bedua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”
Dari ayat ini dijelaskan bahwa ayat ini merekomendasikan untuk memberi peringatan dan melarang sesuatu yang munkar dengan cara yang simpatik melalui ungkapan kata-kata yang baik dan hendaknya hal itu dilakukan dengan menggunakan perkataan lemah lembut, lebih-lebih jika hal itu dilakukan terhadap penguasa atau orang-orang yang berpangkat. Bukankan Allah telah memperingatkan dalam FirmanNya : Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (firaun) dengan kata-kata yang lemah lembut.[9]
Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan sesuatu pesan melalui media tertentu kepada orang lain (komunikan) dengan harapan adanya suatu efek dari proses tersebut. Hadis komunikasi adalah perkataan, perbuatan maupun persetujuan Nabi SAW. yang berkaitan dengan proses yang menjelaskan “siapa” meengatakan ‘apa’ dengan ‘saluran’ apa ‘kepada siapa’ ‘dan dengan akibat apa’.  Misal hadits sebagai berikut.
حَدِيْثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: نُهِيَ أَنْ يُصَلِّيَ الرَّجُلُ مُـخْتَصًّا
“Hadits Abu Hurairah RA. Dimana ia berkata: seseorang dilarang untuk mengerjakan sholat dengan meletakkan tangan di pinggang.”[10]
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi dan komunikasi adalah hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian bersama. Sedangkan dalam Islam komunikasi adalah proses dimana turunnya wahyu al-quran kepada umat manusia lewat malaikat Jibril dan Nabi Muhammad SAW.

3.     Hubungan antara Da’i dan Mad’u
Dalam kegiatan dakwah selalu terjadi proses interaksi sosial, yaitu hubungan antara Da’i dan Mad’u. Interaksi sosial dalam proses dakwah ini ditujukan untuk mempengaruhi mad’u yang akan membawa perubahan sikap prilaku seperti mempererat tali perasaudaraan dengan silaturahmi dan meneladani kepribadian yang baik dari sang Da’i.
Dakwah merupakan suatu upaya untuk merealisasikan ajaran Islam ke dalam kehidupan manusia. Langkah pertama dalam sebuah dakwah yaitu hadirnya orang-orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh yang makruf dan mencegah yang munkar. Kelompok inilah yang disebut subjek dakwah (da’i). Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok, atau berbentuk lembaga.
Selain itu unsur kedua terwujudnya suatu kegiatan dakwah yaitu adanya orang yang menjadi sasaran dakwah. kelompok atau orang inilah yang disebut dengan mad’u. Antara da’i dan mad’u terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Seorang da’i dalam aktivitas dakwahnya harus terlebih dahulu memahami kondisi dan karakter mad’u. Begitu pula seorang mad’u harus memandang seorang da’i dari segi kredibilitas yang dimiliki oleh seorang da’i.
Dalam ilmu kedokteran dikenal istilah psikosomatik ( kejiwabadanan ). Dimaksudkan dengan istilah tersebut adalah untuk menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara jiwa dan badan. Jika jiwa berada dalam kondisi yang kurang normal seperti susah, cemas, gelisah dan sebagainya maka badan turut menderita.
Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman, dan tentram. Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara risignasi ( penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan ). Maka dari itu  Da’i sangat berperan dalam upaya tersebut.
Citra da’i yang dijadikan panutan adalah mereka yang memiliki ketokohan karena keulamaannya. Idealnya sikap seorang dai yang menjadi teladan itulah da’i yang memiliki kecakapan, kedewasaan, kejujuran, keberanian dan kepantasan. Namun Problematika yang sering muncul dalam pelaksanaan dakwah sekarang ini adanya mad’u yang memiliki tingkat pemahaman yang kurang terhadap karakteristik da’i yang harus dijadikan suri tauladan.
Secara fenomenal di era serba praktis dan ekonomis ini muncul realitas baru yang menjadi warna tersendiri dalam dunia dakwah, yaitu da’i ngetren, popular, dan memiliki penggemar layaknya seorang aktor dan aktris yang manggung di dunia selebritas. Hal itulah yang menjadi pendorong minat mad’u untuk mengikuti kegiatan dakwah. Semakin tinggi popularitas da’i akan akan semakin tinggi pula minat mad’u untuk mengikuti kegiatan tabligh.
Seorang da’i manakala ingin agar pesan dakwahnya dipahami maka dakwahnya itu harus disampaikan dengan pendekatan psikologis, yakni sesuai dengan tingkatan dan kebutuhan jiwa mad’u. Dakwah seperti itulah yang disebut dakwah persuasif. Sesuai dengan ungkapan Nabi yang artinya: “Berbicaralah kepada orang sesuai dengan kadar akal mereka.”
Kadar akal dapat dipahami sebagai tingkatan intelektual, biasa juga dipahami sebagai cara berpikir, cara merasa dan kecendrungan kejiwaan yang lainnya.[11]
Jadi pemakalah dapat menyimpulkan bahwa hubungan antara da’i dan mad’u adalah suatu proses interksi sosial untuk mewujudkan pengertian bersama mengenai suatu hal yang disampaikan da’i kepada mad’u agar terjadi perubahan tingkah laku mad’u menjadi lebih baik. Dalam proses interaksi tersebut seorang da’i harus mampu memahami latar belakang atau kebutuhan jasmani maupun rohani audience (mad’u) sehingga interaksi bisa berhasil.

B.     Aplikasi Interaksi dan Komunikasi dalam Dakwah dan Adjusment (Hubungan) antara Da’i dan Mad’u
Manusia adalah makhluk yang mampu menanggapi corak kepribadiannya melalui persepsi orang lain dapat diartikan bahwa personalitas (kepribadian) manusia itu sebenarnya adalah cara berperilaku yang dipantulkan sesuai dengan perilaku orang lain. Segala perilaku dapat dibayangkan di dalam perasaan, pikiran, dan perbuatan sebagaimana orang lain merasa, berpikir dan berbuat yang sama.
Di sini tampak bahwa perilaku manusia itu harus interpretasikan dalam pengertian interaksi sosial, peranan tanggapan, serta pengalaman yang dihubungkan dengan kegiatan hubungan antar pribadi dengan anggota kelompok masyarakat. Jadi, yang perlu diperhatikan dalam proses interaksi adalah faktor komunikasi, penghargaan akan adanya respons dari orang lain, bagaimana peranan tanggapan oleh dirinya maupun orang lain, serta simbol yang mendorongnya untuk melakukan respons. Melalui faktor terakhir inilah interaksi sosial dapat membentuk komunikasi sosial melalui bahasa.[12]
1.    Komunikasi sosial dengan menggunakan bahasa adalah merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling efektif dalam proses transmisi perasaan, sikap, kenyataan, kepercayaan dan cita-cita di kalangan manusia.
2.    Menurut Steward L. Tubbs, komunikasi dapat dikatakan efektif apabila paling tidak menimbulkan lima hal:
a.         Pengertian
Yaitu penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti apa yang dimaksud oleh komunikator.
b.         Kesenangan
Komunikasi disebut juga komunikasi fasis yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi menjadikan hubungan antar individu menjadi hangat, akrab, dan menyenangkan.
c.          Pengaruh pada sikap
Komunikasi untuk mempengaruhi sikap komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor dalam diri komunikator. Persuasif di sini dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendak sendiri.
d.         Hubungan makin baik
Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Abraham Maslow menyebutnya kebutuhan akan cinta atau belongingness. Kebutuhan sosial ini dapat terpenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif.
e.         Tindakan
Menimbulkan tindakan nyata merupakan indikator efektivitas yang paling penting. Karena menimbulkan tindakan, seseorang harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk, dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan baik. Tindaka merupakan hasil kumulatif seluruh proses komunikasi.[13]
Dalam ajaran Islam, komunikasi mandapat tekanan yang cukup kuat bagi manusia sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk Tuhan. Komunikasi tidak harus dilakukan terhadap sesama manusia atau lingkungan hidupnya, maelainkan juga komunikasi kepada Tuhan. Allah berfirman dalam Al-Quran Q. S. Ali Imron :112.

ôMt/ÎŽàÑ ãNÍköŽn=tã èp©9Ïe%!$# tûøïr& $tB (#þqàÿÉ)èO žwÎ) 9@ö6pt¿2 z`ÏiB «!$# 9@ö6ymur z`ÏiB Ĩ$¨Y9$# râä!$t/ur 5=ŸÒtóÎ/ z`ÏiB «!$# ôMt/ÎŽàÑur ãNÍköŽn=tã èpuZs3ó¡yJø9$# 4 šÏ9ºsŒ öNßg¯Rr'Î/ (#qçR%x. tbrãàÿõ3tƒ ÏM»tƒ$t«Î/ «!$# tbqè=çGø)tƒur uä!$uŠÎ;/RF{$# ÎŽötóÎ/ 9d,ym 4 y7Ï9ºsŒ $yJÎ/ (#q|Átã (#qçR%x.¨r tbrßtG÷ètƒ ÇÊÊËÈ  
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh pada nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS. Ali Imron :112. 
Dalam interaksi antara Da’i dan Mad’u dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah (materi dakwah) melalui alat atau sarana komunikasi yang ada. Komunikasi dalam proses dakwah tidak hanya ditujukan untuk memberi pengertian, mempengaruhi sikap, membina hubungan sosial yang baik, tapi tujuan terpenting dalam komunikasi adalah mendorong Mad’u  untuk bertindak melaksanakan ajaran-ajaran agama dengan terlebih dahulu memberikan pengertian, mempengaruhi sikap, dan membina hubungan baik.[14]
Mengenai proses komunikasi (penyampaian dan penerimaan) pesan dakwah dapat dijelaskan melalui tahapan-tahapan, yaitu:
1. Penerimaan stimulus informasi.
2. Pengolahan informasi.
3. Penyampaian informasi.
4. Menghasilkan kembali suatu informasi.
Proses bagaimana Mad’u menerima informasi, mengolahnya, menyimpan, dan menghasilakn informasi dalam psikologi komunikasi disebut sebagai sistem komunikasi intra personal. Proses ini meliputi sensasi, persepsi, memori dan berpikir.
1)      Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” artinya pengindraan yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Dalam psikologi komunikasi dijelaskan bahwa sensasi adalah proses menangkap stimuli (rangsang).
2)    Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa dan hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
3)    Memori
Salah satu kelebihan manusia adalah kemampuannya menyimpan informasi yang sangat banyak dalam waktu yang lama dan dapat mengingat kembali. Jadi apa yang ditangkap pancaindra (sensasi) kemudian diubah menjadi informasi (persepsi) selanjutnya di simpan di dalam memori (ingatan).
4)    Berpikir
Berpikir adalah suatu kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai pengganti  objek dan peristiwa. Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak. [15]
Menurut Soerjono Soekanto ada empat bentuk interaksi sosial, yaitu kerja sama (cooperatin), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict), dan akomodasi atau penyesuaian diri (accomodation), untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1.       Kerjasama (cooperation)
Kerjasama adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama adalah suatu usaha bersama orang per orang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang bersama.
Timbulnya kerjasama karena kesadaran adanya kepentingan bersama. Kerjasama menjadi kuat apabila ada musuh bersama atau ancaman bersama. Kerjasama juga dapat bersifat agresif apabila kelompok mengalami kekecewaan dan perasaantidak puas.
2. Persaingan (cooperation)
Persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada. Bentuk persaingan antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan, serta persaingan ras.
3.  Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertentangan atau persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan cara menantang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan adalah perbedaan antara individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial. Bentuk-bentuk pertentangan antara lain pertentangan pribadi, pertentangan rasial, pertentangan antar kelas sosial, pertentangan politik dan pertentangan yang bersifat internasional.


4. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi merupakan adanya perbedaan sehingga timbul adaptasi dengan kelompok lain yang menimbulkan kerjasama yang baik.
Jadi dapat disimpulkan Dalam interaksi antara Da’i dan Mad’u dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah (materi dakwah) melalui alat atau sarana komunikasi yang ada. Komunikasi dalam proses dakwah tidak hanya ditujukan untuk memberi pengertian, mempengaruhi sikap, membina hubungan sosial yang baik.

C.   Hambatan Interaksi dan Komunikasi dalam Dakwah dan Adjusment    (Hubungan) Psikologis antara Da’i dan Mad’u
Beberapa ahli psikologi telah mengadakan penyelidikan tentang hambatan-hambatan dalam proses komunikasi yang meliputi unsur-unsur komunikasi. Millard J. Bienvenue menemukannya hambatan komunikasi terdapat dalam hal-hal sebagai berikut:
1.      Hal-hal yang mencakup semantik, yaitu pengertian kata-kata yang sering kali mengandung arti berbeda dari yang dimaksudkan oleh penyampai pesan. Bila kedua belah pihak  baik si penyampai pesan maupun si penerima pesan tidak memahami terminologi yang sama, maka komunikasi sulit diperoleh secara efektif. Dalam keadaan demikian, maka terjadilah communication break down.
2.      Hal-hal yang mencakup pengalaman, yakni pengalaman yang telah lalu sering kali menjadi menghambat terhadap komunikasi yang efektif. Dalam keadaan demikian seseorang sering menafsirkan berbeda terhadap sesuatu keterangan akibat pengalaman yang berbeda.
3.      Self-image yang bertahan atau tertutup pada perubahan. Dalam menerima keterangan seseorang kadang-kadang cenderung untuk mempertahankan pendirian atau pendapatnya daripada menerima pendapat orang lain bahkan keterangan tersebut dirasakan sebagai ancaman, terutama bila seseorang berada dalam lingkungan yang tidak aman, kecurigaan terhadap orang lain pun timbul.[16]
Dalam usaha dakwah sebenarnya yang lebih banyak berkepentingan adalah Da’i dengan maksud supaya anjuran, nasehat, fatwa, ajakan dan sebagainya dapat dimengerti, dihayati, kemudian diamalkan oleh penerima dakwah. Akan tetapi terkadang Da’i mengalami kegagalan ketika melakukan dakwah, yaitu terjadi komunikasi gagal. Adapun  faktor-faktor yang menjadi penghambat komunikasi sebagai berikut.
a.    Faktor penghambat itu berasal dari Da’i dimana pribadinya  mungkin kurang dapat diterima, seperti watak yang terlalu keras dan kaku, sikap angkuh dan sombong, sifat yang tidak terpuji, serta tingkah lakunya yang mungkin kurang mencerminkan sebagai seorang Da’i.
b.    Faktor penghambat itu berasal dari materi yang disampaikan kurang tepat sasarannya, tidak sesuai dengan kebutuhan yang menerima atau tidak sesuai dengan kadar kemampuannya.
c.     Faktor tehnis penyampaian dakwah yang tidak sesuai dengan keadaan yang menerima.
d.    Faktor alat yang dipergunakan tidak banyak menunjang keberhasilan   dakwah.
e.    Faktor tujuan yang tidak jelas dan mungkin belum dihayati sehingga akibatnya proses dakwah berjalan tanpa arah.
f.      Faktor yang kurang dipahami dan dihayati sebelumnya, sehingga proses dakwah itu bukan merupakan refleksi dari dasar dakwah termasuk juga materi yang disampaikan tidak berpijak pada dasar-dasar yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.[17]
Dalam mengadakan komunikasi dengan orang lain, memang banyak sekali hal-hal yang harus kita peerhitungkan, baik merupakan kemungkinan-kemungkinan yang positif maupun yang negati, dengan demikian dapat memberikan kesadaran bahwa kelebihan dan kekurangan pasti ada. Allah berfirman dalam Surat Al-A’raf : 178, sebagai berikut:
`tB Ïöku ª!$# uqßgsù ÏtGôgßJø9$# ( `tBur ö@Î=ôÒムy7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbrçŽÅ£»sƒø:$# ÇÊÐÑÈ  
Siapa yang ditunjuki oleh Allah maka dia telah mendapat petunjuk, dan siapa yan disesatkan oleh Allah maka mereka itulah orang yang rugi.” (QS. Al-A’raf: 178.
Dakwah sebagaimana juga komunikasi mempunyai tujuan yaitu adanya perubahan-perubahan sosial yang semakin baik dan semakin sesuai dengan ajaran-ajaran Tuhan, baik selaku pribadi maupun kelompok. Perubahan tersebut menyangkut partisipasi, sikap-sikap, pendapat dan tingkah laku mereka.[18]
Hambatan internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatankomunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidakakan dapat melakukan komunikasi dengan baik.Hambatan eksternal, adalah hambatan yang berasal dari luar individuyang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkankomunikasi tidak berjalan lancar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hambatan yang terjadi dalam interaksi dan komunikasi dalam dakwah berasal dari dua faktor antara lain faktor internal dan eksternal antara da’i dan mad’u itu sendiri.



























BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
1. Pengertian Interaksi dan Komunikasi dalam Dakwah dan Adjusment (Hubungan) Psikologi antara Da’i dan Mad’u adalah hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian bersama. Sedangkan dalam Islam komunikasi adalah proses dimana turunnya wahyu al-quran kepada umat manusia lewat malaikat Jibril dan Nabi Muhammad SAW.

2. Aplikasi Interaksi dan Komunikasi dalam Dakwah dan Adjusment (Hubungan) antara Da’i dan Mad’u adalah Dalam interaksi antara Da’i dan Mad’u dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah (materi dakwah) melalui alat atau sarana komunikasi yang ada. Komunikasi dalam proses dakwah tidak hanya ditujukan untuk memberi pengertian, mempengaruhi sikap, membina hubungan sosial yang baik, tapi tujuan terpenting dalam komunikasi adalah mendorong Mad’u  untuk bertindak melaksanakan ajaran-ajaran agama dengan terlebih dahulu memberikan pengertian, mempengaruhi sikap, dan membina hubungan baik.

3. Hambatan Interaksi dan Komunikasi dalam Dakwah dan Adjusment (Hubungan) Psikologis antara Da’i dan Mad’u adalah hambatan yang terjadi dalam interaksi dan komunikasi dalam dakwah berasal dari dua faktor antara lain faktor internal dan eksternal antara da’i dan mad’u itu sendiri.



18
 
 

DAFTAR PUSTAKA


Anshari, M. Hafi. Pemahaman dan Pengalaman Dakwah (Pedoman untuk Mujahid Dakwah). Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.


Faizah dan Lala Muchsin Efendi. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media Group, 2015, cet. Ke-2.






Imam Mudjiono, Konsep Komunikasi dalam Al-Quran, https://imamu.staff.uii.ac.id/konsep-komunikasi-dalam-al-qur%E2%80%90a/ (Diakses pada hari Selasa, 29 Mei 2018)


Interaksi, https://id.m.wikipedia.org/wiki/interaksi (Diakses pada hari Jumat, 25 Mei 2018)




Pakar komunikasi, Komunikasi Islamhttps://www.google.co.id/amp/s/pakarkomunikasi.com/komunikasi--islam/amp (Diakses pada hari Kamis, 24 Mei 2018)


Pengertian Interaksi Sosial, https://www.temukanpengertian.com/2013/09/pengertian-interaksi.html?m=1 (Diakses pada hari kamis, 24 Mei 2018).




20
 
Roni Bachtiartanjung, Pengertian Komunikasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://www.blogpendidik.info/2016/09/pengertian-komunikasi-menurut-kamus.html?m=1 (Diakses pada hari Jumat, 25 Mei 2018).


[1] Pengertian Interaksi Sosial, https://www.temukanpengertian.com/2013/09/pengertian-interaksi.html?m=1 (Diakses pada hari kamis, 24 Mei 2018).
[3] Pakar komunikasi, Komunikasi Islamhttps://www.google.co.id/amp/s/pakarkomunikasi.com/komunikasi--islam/amp (Diakses pada hari Kamis, 24 Mei 2018)
[4] Interaksi, https://id.m.wikipedia.org/wiki/interaksi (Diakses pada hari Jumat, 25 Mei 2018)
[5] Roni Bachtiartanjung, Pengertian Komunikasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://www.blogpendidik.info/2016/09/pengertian-komunikasi-menurut-kamus.html?m=1 (Diakses pada hari Jumat, 25 Mei 2018).
[6] Faizah dan Lala Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), cet. Ke-2, 129-130.
[7] M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah (Pedoman untuk Mujahid Dakwah), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), 14.
[9] Imam Mudjiono, Konsep Komunikasi dalam Al-Quran, https://imamu.staff.uii.ac.id/konsep-komunikasi-dalam-al-qur%E2%80%90a/ (Diakses pada hari Selasa, 29 Mei 2018)
[11] http://putriap13.blogspot.co.id/2016/01/psikologi-dakwah-hubungan-antara-dai.html
[12] Faizah dan Efendi, Psikologi Dakwah, 145.
[13] Ibid., 147.
[14] Ibid., 150.
[15] Ibid., 151-155.
[16] Ibid., 148-149.
[17] Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, 18-19.
[18] Ibid., 20-21.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Popular Posts

Blog Archive

PAI.H

PAI.H
Kita lebih dari sekedar teman, we are family