MEDIA
DAKWAH
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Psikologi Dakwah”
(Dipresentasikan: Selasa, 26 Juni 2018)

Disusun
oleh : Kelompok 13
1.
Anis
Faridatul Khoiriyah (210315288)
2.
Yuni
Lailatus Sya’diyah (210315274)
Kelas
PAI.H
Dosen
Pengampu :
Sunartip,
M. Sy
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
PONOROGO
JUNI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dakwah pada
dasarnya menyampaikan pesan-pesan Islam kepada masyarakat luas. Dalam hal ini
dakwah bisa dilaksanakan dengan menggunakan berbagai media yang ada, termasuk
dakwah harus menggunakan media-media mutakhir untuk bisa dimanfaatkan sebagai
media dakwah.
Dalam
pembahasan selanjutnya akan membahas pengertian media, media tatap muka, media
cetak dan elektonik, dan media sosial.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian media dakwah ?
2. Bagaimana
media tatap muka sebagai media dakwah ?
3. Bagaimana media cetak dan elektonik sebagai
media dakwah ?
4. Bagaimana
media sosial sebagai media dakwah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Media Dakwah
Media
secaraetomologiberasaldaribahasalatin “Medius” yang berartitengah,
perantara, ataumengantar. Dalambahasaarab, media
diartikanperantaraataupengantarpesandaripengirimkepadapenerimapesan.Adapunsecaraetimologis,
saranaadalahsegalasesuatu yang
dipakaidalammencapaimaksuddantujuan.Mediasecaraterminologiadalahalatatausarana
yang digunakanuntukmenyampaikanpesankomunikatorkepadakhalayakumum.
MenurutDr.
HamzahYa’qub, Media Dakwahadalahalatobjektif yang menjadisaluran
yangmenghubungkan ide denganumat. Suatuelemen yang vital
danmerupakanuratnadi dalam tingkatkesuksesandakwah. Adapunmenurut
Dr.WardiBachtiar, media dakwahadalahperalatan yang
digunakanuntukmenyampaikanmateridakwah.[1]
Dari beberapapendapat
di atasmakadapatdiambilkesimpulanbahwa Media Dakwahadalahsegalasesuatu yang di
pergunakanataumenjadipenunjangdalamberlangsungnyapesandarikomunikator
(Da’i) kepadakhalayakumum.Ataubisa di katakana bahwasegalasesuatu yang
dapatmenjadipenunjang/alatdalam proses dakwah yang
berfungsimengefektifkanpenyampaian ide (pesan) darikomunikator
(da’i) kepadakomunikan (pendengar/khalayak).
B.
Media Tatap
Muka
1. Pesantren
Secara bahasa pesantren berasal dari kata Santri yang
mendapat awalan pe-dan akhiran-an yang berarti tempat tinggal
para santri. Kata santri sendiri, shastri, yaitu orang yang
tahubuku-bukusuci agama atau orang yang telah sarjana ahlikitab suci. Istilah
pesantren di Indonesia lebih populer dengan sebutan pondok pesantren. Lain
halnya dengan pesantren, pondok (kamar, gubuk,rumah, kecil) dipakai dalam
bahasa Indonesia dengan menekankan kesadaran bangunan.[2]
Sedangkan dalam bahasa Arab berasal dari kata Funduq, yang
berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana. Dengan demikian,
pesantren adalah sebuah tempat dimana para santri meninginap dan
menuntut ilmu (mathlab). Pesantren adalah salah satu lembaga Iqomatuddin. Diantara
lembagalembaga iqomqtuddin lainya yang memiliki dua fungsi utama, yaitu:
fungsi kegiatan tafaquhfi Ad-Din (pengajaran, pemahaman dan
pendalaman agama Islam) dan fungsi Injar (menyampaikan dan mendakwahkan
ajaran Islam kepada masyarakat).[3]
Tujuan pendidikan di pesantren tidaklah semata-mata untuk memperkaya pikiran para
santri dengan penjelasan-penjelasan, akan tetapi pendidikan dilakukan adalah
rangka meningkatkan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai
nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang
jujur dan bermoral, dan menyiapkan para murid untuk hidup sederhana dan bersih
hati.[4]
Kyai adalah merupakan elemen yang paling asensial dari
suatu pesantren. Keberadaan seorang Kyai dalam lingkungan suatu pesantren
laksana jantung bagi kehidupan manusia
Intensitas Kyai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan karena Kyailah
perintis, pendiri, pengelole, pengasuh, pemimpin, bahkan juga pemilik tunggal
sebuah pesantren. Bahkan dalam kehidupan suatu pesentren, Kyai mengatur irama
perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu pesantren dengan keahlian,
kedalaman ilmu, karismatik, dan keterampilan. Sehingga segala sesuatu terletak
pada kebijaksanaan dan keputusan Kyai. Kyai dapat juga dikatakan tokoh
non-formal yang ucapan-ucapan dankeseluruhan perilakunya akan dicontoh oleh
komunitas di sekitarnya serta menjadi teladan yang baik (uswah hasanah) tidak
saja bagi para santrinya, tetapi juga bagi seluruh komunitas di sekitar
pesantren.[5]
Jadi, dapat disimpulkan media dakwah yang
digunakan di pesantren melalui lingkungan, penerapan nilai-nilai, pembiasaan
dan suri tauladan (mencontoh tindak-tanduk kiyai dan gurunya).
2. Pengajian
Dalam
pengertian yang sederhana, pengajian seringkali diartikan sebagai suatu
kegiatan terstruktur yang secara khusus menyampaikan ajaran Islam dalam rangka
meningkatkan pemahaman, peng-hayatan dan pengamalan para jamaahnya terhadap
ajaran Islam, baik melalui ceramah, tanya jawab atau simulasi. Pengertian lain
mengenai pengajian ini adalah bahwa suatu kegiatan dapat disebut sebagai
pengajian, bila ia memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) dilaksanakan secara
berkala dan teratur, (b) materi yang disampaikannya adalah ajaran Islam, (c)
menggunakan metode ceramah, tanya jawab atau simulasi, (d) pada umumnya
diselenggarakan di majelis-majelis taklim, (e) terdapat figur-figur ustadz yang
menjadi pembinanya, dan (f) memiliki tujuan untuk meningkatkan pema-haman,
penghayatan dan pengamalan ajaran Islam di kalangan jamaahnya.[6]
3. Kelas
Penggunaan
media dalam kelas sangat dibutuhkan, karena media dapat memperjelas penyajian
pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan
hasil belajar, dan agar tidak terlalu bersifat verbalistik. Media dapat juga
meningkatkan dan mengarahkan perhatian audiens sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar. Di samping itu, media dapat mengatasi keterbatasan indera,
ruang dan waktu. Ukuran objek yang terlalu besar atau kecil dapat digantikan
dengan visualisasi gambar film atau model. Gerak yang terlalu lambat atau
cepat, atau kejadian di masa lalu juga bisa dihadirkan lewat video, objek yang
terlalu kompleks serta konsep yang terlalu luas, dapat dengan mudah disajikan
melalui media. Selain itu, media juga dapat memberikan kesamaan persepsi dan
pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungannya, walaupun
kondisi siswa heterogen.[7]
4. Kuliah (Kampus)
Dakwah di lingkungan kampus merupakan upaya dalam memberikan
penguatan atas materi kuliah agama dan etika Islam. Oleh karena itu, dakwah di
kampus menjadi satu fenomena menarik untuk dipelajari. Menurut Noor, dakwah
kampus dengan mengikuti perkembangan teknologi kini ternyata mampu
mengoptimalkan syiar dakwah yang lebih efektif kepada teman-teman kampusnya
yang menyukai online setiap harinya.[8]
Dalam hal ini, ia mengatakan bahwa mereka sebagai kader
dakwah digital. Lebih jauh Noor menjelaskan media dakwah kampus terbagi menjadi
dua, yaitu media nyata dan media maya. Media nyata memiliki banyak jenis, ada
media kertas propaganda, media buletin, media majalah, dan lainnya. Adapun
media maya berupa facebook, friendster, flixter, atau website. Dengan
media maya kita terbebas dari kekangan jarak dan waktu sehingga kita dapat
menyebarkan dakwah secara lebih masif kepada objek dakwah kita yaitu para
mahasiswa yang tidak sempat tersentuh oleh media nyata.[9]
Jadi, dapat disimpulkan media tatap muka merupakan media
yang paling efektif dalam mnyampaikan pesan komunikasi. Dakwah yang bersifat orang per orang (tatap
muka),tidak perlu dibantu sarana dan pesan verbal dan non verbal dapat
tersampaikan.
C.
Media Cetak
dan Media Elektronik
Media cetak bisa menjadi ruang dakwah yang
sangat potensial. Dakwah melalui media cetak menjadi alternative dakwah yang
cukup efektif. Tulisan bernuansa dakwah yang dimuat di media cetak akan dibaca
oleh ratusan, ribuan bahkan jutaan orang diberbagai tempat dan waktu. Difusi
Islam di media cetak merupakan salah satu alternative untuk mengakomodir mad’u
yang idak sempat untuk datang kepengajian secara langsung. Mereka biasa mencari
informasi melalui bacaan-bacaan.Sekurang-kurangnya ada tiga jenis media cetak,
yaitu surat kabar, majalah dan buku.[10]
Oleh karena itu, di samping dakwah bi al
lisan, kegiatan dakwah harus dikembangkan melalui media cetak (dakwah bi
al qalam). Melalui tulisan yang dikemas secara popular, dan dikirim lalu
dimuat di media cetak, pesan dakwah dapat tersebar dan diterima banyak kalangan
yang waktu pengaksesannya tergantung pada keluangan mad’u. di samping itu,
melalui tulisan yang dimuat di media cetak, tulisan dakwah dapat memberi “warna
dakwah” terhadap pesan dakwah yang berkembang dewasa ini.[11]
Media elektronikmerupakan media yang
efektifdalammenyampaikanpesan-pesan,
dalamhalinipesankeagamaankepadakhalayakpenerimadakwah.Pada era sekarangini,
media elektronikdalamhalinisepertistasiuntelevisisangatefektifsebagai media
untukmenyampaikanpesan-pesankepadakhalayakramai.Olehkarenaitu,
dakwahjugabisadisampaikanmelalui media elektronikini, agar
pesan-pesandakwahbisaditerimasecaraefektif.[12]
Ciriutama media massaelektronikaialahkeserempakan(simultanitas).
Sebuah media elektronikadisebut media
massaapabilakhalayaksecaraserempakbersama-samamenyerappesan yang sama yang
dikomunikasikanolehsebuahstasiunpenyiaranpadasaat yang sama.[13]
a) Radio
Dakwahmelalui radio cukupefektif.Dalamhalini,
da’Isebagaikomunikatordalammelakukanaktifitasdakwahnyamenyampaikanpesan-pesanajaran
agama (massage), harusmemperhatikanhal-hal yang
berkaitandengankarakteristik radio yang dipergunakansebagai media
untukmenyampaikanpesannya.Karakteristik radio siaran, antara lain:
1) Sifatsiaran radio hanyauntukdidengar(audialhearable).
2) Bahasa yang dipergunakanharuslahbahasatutur.
3) Pendengar radio dalamkeadaansantai, bisasambilmengemudimobil,
sambiltiduran, sambilbekerja di kantordansebagainya.
4) Siaran radio mampumengembangkandayareka.
Sebagai media komunikasi, radio
siarandapatdikatakanefektifdalammeyampaikanpesan-pesankomunikasikepadapendengar.
Hal inikarena:
1)
Bersifatlangsung.
2)
Siaran radio tidakmengenaljarakdanrintangan.
3)
Radio
siaranmempunyaidayatarik yang kuat.
4)
Biaya yang
relatifmurah.
5)
Mampumenjangkautempat-tempatterpencil.
6)
Tidakterhambatolehkemampuanbacadantulis.[15]
b)
Televisi
Media televisimerupakan media yang bersifat audiovisual, artinyabisadidengarsekaligusdilihat.Televisikebanyakanmasyarakat
Indonesia dijadikan arena hiburandansumberinformasiutama.Di
beberapadaerahterutama di Indonesia
masyarakatbanyakmenghabiskanwaktunyauntukmelihattelevisi.Apabiladakwah Islam
dapakmemanfaatkan media inidenganefektif,
makasecaraotomatisjangkauandakwahakanlebihluasdankesankeagamaan yang
ditimbulkanakanlebihmendalam.
Sesungguhnyatelevisiiniadalahmerupakanpenggabungananatar radio dan film,
sebab media inidapatmeneruskanperistiwadalambentukgambarhidupdengansuarabahkandenganwarna,
ketikaperistiwaituberlangsung, olehkarenaitukekurangandalam film
mengenaiaktualitasnyadapatditutupi.[16]
Pendek kata keunikan-keunikanpada radio dan film,
mengumpulseluruhnyadalamtelevisidansebaliknyakekurangan-kekuranganpada radio
dan film, padatelevisisudahtidakdijumpai.Kecualikelebihan- kelebihan yang
terdapatdalamsuratkabar, ataubarangcetakannya,
kitatidakdapatjumpaidalamtelevisiini.
Saatinitidakadasatudetik pun yang lewattayangantelevisi,
baiknasionaldaninternasionaldenganberbagaialat-alatkomunikasi yang canggih,
dantidakadasatuwilayah pun yang dikaverdengan media ini.
Samapai-sampaialatinitelahmengubahdunia yang luasinimenjadidusunbesar(global
village). Namunumat Islam
terutamadinegarabelummaksimaluntukmemanfaatkanwasilahinikarenaterbenturolehhigh
cost yang harusdiinventariskan.[17]
Jadi, dapat
disimpulkan media cetak dan elektronik Perkembangan dakwah dewasa ini semakin terbuka dan terpengaruh
arus kemajuan media massa. Media cetak dan elektronik merupakan lahan dakwah yang potensial. Oleh karena itu, kegiatan
dakwah dapat dikembangkan melalui media cetak sehingga pesan dakwah dapat
tersebar dan diterima masyarakat dalam waktuyang pengaksesannya tergantung pada
keluangan mad’u.
D.
Media Sosial
Dalam sehari-hari internet berada dalam genggaman tangan,
melalui mobile devices, yang didominasi oleh akses terhadap media
sosial, sangat mudah dibawa ke mana-mana. Hal ini menunjukkan bahwa akses
pertukaran informasi dapat dijangkau dengan cepat dan mudah. Interaksi sosial
masyarakat sebagian kecil telah bergeser pada dunia maya. Dengan memanfaatkan
internet, dakwah bisa lebih fleksibel, memiliki daya jangkau luas, serta
berbiaya murah. Dengannya, dakwah tidak hanya disampaikan melalui mimbar-mimbar
di dalam masjid ataupun madrasah, namun dapat diakses kapanpun dalam gengaman
tangan. Seorang da’i tidak harus menempuh jarak jauh untuk menyampaikan pesan
dakwah, cukup menggunakan device teknologi komunikasi.[18]
Media sosial (medsos) telah menjadi fenomena yangsemakin
mengglobal dan mengakar. Keberadaannya nyaris tidakbisa dipisahkan dari
kehidupan manusia. Sebagai bentuk aplikasidalam komunikasi secara virtual,
media sosial merupakan hasildari kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Media sosial merupakan sebuah media online, di manapara
penggunanya melalui aplikasi berbasis internet dapat berbagi,berpatisipasi, dan
menciptakan konten berupa blog, wiki, forum, jejaring sosial, dan ruang dunia
virtual yang disokong olehteknologi multimedia yang kian canggih. Pada saat
ini, jejaringsosial, blog, dan wiki merupakan media sosial yang paling
banyakdigunakan dan tumbuh pesat di antara yang lainnya.[19]
Terkait dengan aktivitas dakwah, da’i juga dapat
dimanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah. Pemahaman terhadap
karakteristik pengguna media dan kepentingan mereka (baik yang disadari atau
tidak) dapat dikembangkan prinsip berdakwah via media sosial. Hal tersebut
karena media sosial dapat menjadikan setiap orang untuk mejadi komunikator
massa. Setiap individu bisa menjadi narasumber maupun menjadi da’i tanpa harus
melalui media televisi, radio maupun media cetak.[20]
Karakteristik media sosial yang terbuka dan
masif menjadikan media ini bisa digunakan untuk sarana kebaikan dan bisa pula
untuk sarana kejahatan. Media sosial dapat menyajikan informasi yang benar dan
dapat pula yang tidak benar. Hal ini dikarenakan informasi yang disajikan
kadang dimaksudkan untuk kebaikan bersama namun ada pula yang dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan pribadi melalui fasilitas media sosial.
Keadaan tersebut menjadikan pengguna media
sosial akan memilih sendiri sajian bacaan di media sosial. Mereka akan
cenderung memilih mengikuti informasi yang cocok, meski kadang belum tentu baik
dan benar. Memahami karakteristik pengguna media sosial menjadi penting dalam
mengembangkan dakwah via media sosial ini.[21]
Jadi, media sosial dapat dijadikan sebagai
sarana dakwah dalam kemajuan teknologi saat ini, melalui blog, jejaring sosial,
wiki dan lain-lain. Serta, Da’i dapat membawa pada interaksi yang efektif
dengan memahami kepentingan mereka dalam beraktivitas di media sosial dapat
memberikan arah pendekatan dakwah dan sekaligus materi dakwah yang hendak
disampaikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Media
Dakwahadalahsegalasesuatu yang di
pergunakanataumenjadipenunjangdalamberlangsungnyapesandarikomunikator
(Da’i) kepadakhalayakumum.
2. Media tatap muka merupakan media yang paling efektif dalam
mnyampaikan pesan komunikasi. Dakwah
yang bersifat orang per orang (tatap muka), tidak perlu dibantu sarana dan
pesan verbal dan non verbal dapat tersampaikan.
3. media cetak
dan elektronik Perkembangan
dakwah dewasa ini semakin terbuka dan terpengaruh arus kemajuan media massa.
Media cetak
dan elektronik merupakan lahan dakwah
yang potensial. Oleh karena itu, kegiatan dakwah dapat dikembangkan melalui
media cetak sehingga pesan dakwah dapat tersebar dan diterima masyarakat dalam
waktu yang pengaksesannya tergantung pada keluangan mad’u.
4. Media sosial dapat dijadikan sebagai sarana
dakwah dalam kemajuan teknologi saat ini, melalui blog, jejaring sosial, wiki
dan lain-lain. Serta, Da’i dapat membawa pada interaksi yang efektif dengan
memahami kepentingan mereka dalam beraktivitas di media sosial dapat memberikan
arah pendekatan dakwah dan sekaligus materi dakwah yang hendak disampaikan.
B.
Saran
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan, maka
kami mengharapkan kritik dan masukan dari pembaca. Dan semoga pemaparan singkat
mengenai media dakwah dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin
Ass,Djamalul.KomunikasidanBahasaDakwah.Jakarta:
GemaInsani Press, 1986.
Amin,SamsulMunir.RekontruksiPemikiranDakwah
Islam.Jakarta:
BumiAksara, 2008.
Aziz,
Moh. Ali. IlmuDakwah. Jakarta:
Kencana, 2004.
Basri,A. Said Hasan.Peran Media dalam Layanan Bimbingan
Konseling Islam. Jurnal Dakwah Vol. XI No. 1 Januari-Juni 2010.
Halwati,Umi.Difusi Islam Melalui Media
Cetak.Jurnal Dakwah Dakwah
& Komunikasi Vol.6 No.2 Juli -
Desember 2012.
Illaihi,Wahyu. KomunikasiDakwah. Bandung:
RemajaRosdakarya, 2010.
Khoiruzzaman,Wahyu.Urgensi Dakwah Media
Cyber Berbasis Peace Journalism.Jurnal Ilmu DakwahVol.
36(2) 2016 EISSN 2581-236X.
Kholili,
H.M. Pondok Pesantren dan Pengembangan Potensi Dakwah. Jurnal Dakwah
Vol. XIII No. 2 Tahun 2012.
Musthofa.Prinsip
Dakwah Via Media Sosial.Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama Vol. 16 No. 1 2016.
Purwanto
dkk, Yedi.Peran Teknologi Informasi Dalam Perkembangan Dakwah
Mahasiswa.Jurnal SosioteknologiVol. 16, No
1, April 2017.
Rakhmawati,
Istina.Perkembangan Media sebagai Sarana
Dakwah. At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Vol. 4, No. 1 Juni
2016.
Sarbini,Ahmad.Internalisasi Nilai Keislaman melalui Majlis
Taklim. Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 5 No. 16 Juli-Desember 2010.
Toni,Hariya.Pesantren Sebagai Potensi Pengembangan
Dakwah Islam.Jurnal
Dakwah dan Komunikasi Vol. 1 No. 1 2016.
[2]Hariya Toni, Pesantren
Sebagai Potensi Pengembangan Dakwah Islam, Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 1
No. 1 2016, 99.
[3]Ibid.
[4]H.M. Kholili, Pondok Pesantren dan Pengembangan
Potensi Dakwah, Jurnal Dakwah Vol. XIII
No. 2 Tahun 2012, 179.
[5]Hariya Toni, Pesantren, 101-102.
[6]Ahmad Sarbini, Internalisasi Nilai Keislaman melalui Majlis Taklim, Jurnal Ilmu
Dakwah Vol. 5 No. 16 Juli-Desember 2010, 55-56.
[7]A. Said Hasan Basri, Peran
Media dalam Layanan Bimbingan Konseling Islam, Jurnal Dakwah Vol. XI No. 1 Januari-Juni 2010,
40.
[8]Yedi Purwanto dkk,
Peran Teknologi Informasi Dalam Perkembangan Dakwah Mahasiswa, Jurnal SosioteknologiVol. 16, No 1, April 2017, 98.
[9]Ibid.
[10]Umi Halwati, Difusi Islam Melalui Media Cetak, Jurnal Dakwah Dakwah & Komunikasi Vol.6 No.2 Juli - Desember
2012.
[18]Wahyu
Khoiruzzaman, Urgensi Dakwah Media Cyber Berbasis Peace Journalism, Jurnal Ilmu
DakwahVol. 36(2) 2016 EISSN 2581-236X , 324.
[19]Istina
Rakhmawati, Perkembangan Media sebagai
Sarana Dakwah, At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Vol. 4, No. 1
Juni 2016, 184.
[20]Musthofa, Prinsip
Dakwah Via Media Sosial, Aplikasia: Jurnal
Aplikasi Ilmu-ilmu Agama Vol. 16 No. 1 2016, 51.








Tidak ada komentar:
Posting Komentar