
JASA
PENDIDIKAN
Makalah
ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah
“Manajemen
Pemasaran Pendidikan”

Disusun Oleh:
Kelompok
8/Kelas PAI. H
Anggita
Windi Pribadianti (210315295)
Elok Kuneta Faradila (210315281)
M.
Firza Masruri (210315276)
Dosen Pengampu:
Mella
Mardayanti, S.Pd., M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
PONOROGO
MEI 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Promosi jasa pendidikan merupakan salah satu variabel
bauran pemasaran jasa pendidikan yang harus dilakukan di sekolah untuk
memasarkan produk jasa pendidikan. Aktivitas promosi jasa pendidikan bukan
hanya berfungsi sebagai alat komunikasi antara sekolah dan pelanggan jasa
pendidikan saja, tapi juga sebagai alat untuk memengaruhi pelanggan jasa
pendidikan di dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa pendidikan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya, oleh sebab itu pemakalah membahas strategi
promosi dan komunikasi jasa pendidikan secara luas, agar dapat lebih di pahami.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan program komunikasi jasa
pendidikan?
2.
Bagaimana alternatif teknik komunikasi jasa pendidikan?
3.
Bagaimana desain promosi jasa pendidikan?
4.
Bagaimana publikasi pemasaran jasa pendidikan itu?
5.
Bagaimana periklanan jasa pendidikan itu?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Program Komunikasi
Jasa Pendidikan
Promosi jasa pendidikan merupakan salah satu variabel
bauran pemasaran jasa pendidikan yang harus dilakukan di sekolah untuk memasarkan
produk jasa pendidikan. Aktivitas promosi jasa pendidikan bukan hanya berfungsi
sebagai alat komunikasi antara sekolah dan pelanggan jasa pendidikan saja, tapi
juga sebagai alat untuk memengaruhi pelanggan jasa pendidikan di dalam kegiatan
pembelian atau penggunaan jasa pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya.[1]
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, apabila konsumen
belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk tersebut akan berguna
bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah untuk membelinya atau memakai produk
tersebut.[2]
Menurut Alma, pada hakikatnya promosi adalah bentuk
komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran untuk menyebarkan
informasi, memengaruhi, membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran akan
organisasi dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan setia pada produk
yang ditawarkan organisasi yang bersangkutan. Sedangkan menurut Saladin dan
Oesman, promosi sebagai komunikasi informasi antara penjual dan pembeli yang
bertujuan untuk mengubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak
mengenal lalu mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk
tersebut.[3]
Promosi jasa pendidikan meliputi aktivitas dan materi
yang digunakan sekolah agar dapat menjangkau khalayak sekolah, membangun
lingkungan internal sekolah yang peduli, serta menciptakan kesadaran dari upaya
sekolah untuk memenuhi keinginan dan harapan masyarakat. Jadi, aktivitas
promosi jasa pendidikan harus mendukung dan meningkatkan sasaran pemasaran jasa
pendidikan. Promosi jasa pendidikan merupakan suatu tugas untuk
menginformasikan dan meyakinkan pasar jasa pendidikan untuk memilih produk jasa
pendidikan yang ditawarkan. Promosi jasa pendidikan dapat dilaksanakan melalui
proposisi penjualan unik, publisitas jasa pendidikan yang efektif, dan materi
publikasi jasa pendidikan.[4]
Kegiatan promosi sendiri dapat dilakukan melalui media
komunikasi massa, misalnya: koran, majalah, televisi, gambar tempel, dan lain
sebagainya. Adapun program yang sering diliput adalah ketika ada even-even
tertentu, seperti ketika mendapatkan prestasi atu penghargaan dari pemerintah
dan lain-lain. Demikian juga promosi bisa dilakukan melalui keterlibatan
alumni-alumni yang senantiasa ikut mempromosikan kepada masyarakat. Hal ini
sangat memberikan dampak yang sangat signifikan karena masyarakat lebih percaya
dengan kesaksian orang-orang yang pernah terlibat didalamnya.[5]
Dasar pengembangan aktivitas promosi jasa pendidikan
adalah komunikasi pemasaran jasa pendidikan. Melalui komunikasi pemasaran jasa
pendidikan, siswa, guru, karyawan sekolah, pemimpin sekolah, atau masyarakat
dapat melakukan interaksi secara efektif. Oleh karena itu, sekolah membutuhkan
komunikasi pemasaran jasa pendidikan secara efektif dengan pasar sasaran jasa
pendidikan. Oleh karena itu, sekolah harus menginformasikan tujuan, aktivitas,
serta penawaran program pendidikan kepada pelanggan jasa pendidikan agar tertarik
dengan sekolah tersebut.
Menurut Nickels, komunikasi pemasaran adalah aktivitas
komunikasi yang dilakukan pembeli dan penjual, merupakan kegiatan yang membantu
dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran, serta mengarahkan pertukaran
agar lebih memuaskan dengan menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik.
Jadi, komunikasi pemasaran jasa pendidikan merupakan pertukaran informasi dua
arah antara pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas pemasaran jasa pendidikan
di sekolah.[6]
B. Alternatif Teknik
Komunikasi Jasa Pendidikan
Menurut American Marketing Association, variabel-variabel
bauran promosi memiliki empat kelompok, yaitu sebagai berikut:
1.
Periklanan (advertising), yaitu bentuk presentasi
dan promosi bukan pribadi tentang ide, produk, dan jasa yang dibayar oleh
sponsor tertentu.
2.
Penjualan pribadi (personal selling), yaitu
presentasi lisan dalam bentuk percakapan dengan satu orang calon pembeli atau
lebih yang ditujukan untuk menciptakan penjualan.
3.
Publisitas (publicity), yaitu upaya menimbulkan
permintaan bukan secara pribadi untuk produk, jasa, atau ide dengan menggunakan
berita komersialdi media massa dan sponsor yang tidak dibebankan sejumlah
pembayaran secara langsung.
4.
Promosi penjualan (sales promotion), yaitu
aktivitas penjualan selain penjualan pribadi, periklanan, dan publisitas yang
mendorong pembelian konsumen dan efektivitas retail dalam bentuk
peragaan, pertunjukan, pameran, demonstrasi, dan sebagainya.[7]
Bauran promosi jasa pendidikan memiliki unsur-unsur lebih
luas dan rumit dibandingkan dengan bauran promosi produk manufaktur.
Unsur-unsur materi instruksional dan desain organisasi merupakan unsur penting
dalam bauran promosi jasa pendidikan karena sifat dan karakteristik jasa
pendidikan membutuhkan bentuk komunikasi yang dapat mengedepankan perwujudan
jasa pendidikan. Oleh kare itu, Lovelock mengklasifikasikan bauran promosi jasa
pendidikan menjadi enam kelompok, yaitu sebagai berikut:
1.
Komunikasi pribadi (personal communications), yaitu
komunikasi secara langsung antara pemasar jasa pendidikan dan pelanggan jasa
pendidikan yang melibatkan dialog dua arah, seperti percakapan tatap muka,
panggilan telepon, dan surat elektronik (email), yang meliputi penjualan
pribadi personal selling) jasa pendidikan, telemarking jasa
pendidikan, pelayanan pelanggan (customer service) jasa pendidikan,
pelatihan pelanggan (customer training) jasa pendidikan, serta
komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth) pemasaran jasa
pendidikan.
2.
Periklanan (adversiting), yaitu bentuk-bentuk
komunikasi bukan pribadi yang dilakukan pemasar jasa pendidikan dengan tujuan
menginformasikan, mengedukasi, atau membujuk khalayak pasar sasaran jasa
pendidikan, antara lain siaran radio, materi tercetak, internet,
papan reklame, dan syrat langsung.
3.
Promosi penjualan (sales promotion), yaitu bentuk
insentif jangka pendek yang ditawarkan kepada pelanggan jasa pendidikan dan
perantara jassa pendidikan untuk merangsang pembelian produk jasa pendidikan
seperti pengambilan sampel produk jasa pendidikan, kupon produk jasa
pendidikan, potongan harga produk jasa pendidikan, tawaran pengembalian tunai
produk jasa pendidikan, hadiah, dan promosi berhadiah.
4.
Publisitas (publicity) hubungan masyarakat (public
relations), yaitu upaya yang dilakukan pemasar jasa pendidikan untuk memicu
minat positif terhadap sekolah dan produk jasa pendidikan melalui penyebaran
berita baru, melaksanakan konferensi pers, penyelenggaraan peristiwa istimewa,
dan mendanai aktivitas yang patut dijadikan berita oleh pihak ketiga sekolah.
5.
Materi instruksional (instructional materials), yaitu
materi promosi untuk mempromosikan produk jasa pendidikan yang baru atau
atribut produk jasa pendidikan jika pelanggan jasa pendidikan tidak memahami
produk jasa pendidikan, yang meliputi situs sekolah, buku pedoman sekolah,
brosur sekolah, video dan kaset sekolah.[8]
6.
Desain organisasi (corporate design), yaitu
aplikasi warna, simbol, dan kop surat yang berbeda-beda sehingga memberikan
kemudahan bagi sekolah untuk mengakui identitasnya, yang meliputi papan merek
sekolah, dekorasi bagian dalam sekolah, kendaraan sekolah, peralatan sekolah,
alat tulis sekolah dan seragam sekolah.
Meskipun bentuk-bentuk promosi jasa pendidikan mempunyai
fungsi yang sama tetapi tidak dapat dibedakan berdasarkan tugas khususnya.
Menurut Alma, tugas khusus tersebut merupakan bauran promosi yang meliputi
aspek-aspek berikut ini:
1.
Penjualan pribadi (personal selling), yaitu
komunikasi langsung atau tatap muka antara penjual jasa pendidikan dan calon
pelanggan jasa pendidikan untuk memperkenalkan produk jasa pendidikan ke calon
pelanggan jasa pendidikan, serta membentuk pemahaman pelanggan jasa pendidikan
tentang produk jasa pendidikan sehingga mereka akan mencoba dan membelinya.
2.
Penjualan massal (mass selling), yaitu pendekatan
dengan media komunikasi untuk menyampaikan informasi ke khalayak sekolah dalam
waktu tertentu. Ada dua bentuk utama penjualan massal, yaitu sebagai berikut:
a.
Periklanan (adversiting), yaitu bentuk komunikasi
tidak langsung menurut informasi mengenai keunggulan atau keuntungan produk
jasa pendidikan, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa senang
dan mengubah pikiran seseorang untuk membeli jasa pendidikan.
b.
Publisitas (publicity), yaitu pemanfaatan
nilai-nilai berita yang terkandung di dalam produk jasa pendidikan untuk
membentuk citra produk jasa pendidikan yang bersangkutan.
3.
Promosi jasa penjualan (sales promotion), yaitu
bentuk persuasi langsung melalui penggunaan insentif yang dapat diatur agar
dapat merangsang pembelian produk jasa pendidikan dengan segera, dan/atau
meningkatkan jumlah produk jasa pendidikan yang dibeli pelanggan jasa
pendidikan.[9]
4.
Hubungan masyarakat (publis relations), yaitu
upaya komunikasi menyeluruh sekolah untuk memengaruhi persepsi, opini,
keyakinan, dan sikap warga sekolah terhadap sekolah.
5.
Pemasaran langsung (direct marketing), yaitu
sistem pemasaran jasa pendidikan secara interaktif yang memanfaatkan satu atau
beberapa media iklan untuk menimbulkan respons terukur dan/atau transaksi di
sembarang lokasi jasa pendidikan.
Di dalam kampanya
promosi jasa pendidikan, sekolah dapat menggunakan salah satu variabel bauran
promosi jasa pendidikan atau perpaduan variabel bauran promosi jasa pendidikan.
Akan tetapi, ketika menerapkan bauran promosi/komunikasi jasa pendidikan,
pemasar jasa pendidikan harus memahami pasar sasaran jasa pendidikan yang
dituju. Bentuk-bentuk promosi jasa pendidikan yang digunakan setiap sekolah
tentunya akan berbeda-beda. Hal itu tergantung pada beberapa hal berikut:
1.
Klasifikasi jasa pendidikan.
2.
Yujuan komunikasi pemasaran jasa pendidikan.
3.
Penciptaan citra sekolah yang kuat.
4.
Peningkatan pesanan jasa pendidikan secara berulang.[10]
C. Desain Promosi Jasa
Pendidikan
Untuk berkomunikasi
secara efektif, pemasar jasa pendidikan perlu memahami unsur-unsur dasar dari
komunikasi pemasaran jasa pendidikan secara efektif. Dua
unsur yang menjadi pihak utama dalam komunikasi pemasaran jasa pendidikan
adalah pengirim (sender) dan penerima
(receiver). Empat unsur yang
merupakan fungsi komunikasi utama dalam pemasaran jasa pendidikan, yaitu
pengodean (encoding), penguraian kode
(decoding), respons (response), dan umpan balik (feedback). Unsur terakhir dalam sistem
komunikasi pemasaran jasa pendidikan adalah gangguan(noise), yaitu pesan acak dan bertentangan yang mengganggu
komunikasi pemasaran jasa pendidikan yang diharapkan (Stern, 1994).
Model
komunikasi pemasaran jasa pendidikan,menekankan faktor- faktor komunikasi
pemasaran jasa pendidikan secara efektif. Pengirim mengirimkan pesan melalui
media. Agar berkomunikasi secara efektif, pengirim perlu memahami kebutuhan dan
keinginan dari penerima. Pengirim harus mahir mengodekan pesan dengan
mempertimbangkan cara khalayak sasaran dalam menguraikan kode pesan. Mereka
harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien untuk menjangkau khalayak
sasaran dan membangun saluran umpan balik sehingga dapat mengetahui tanggapan
penerima atas pesan tersebut. [11]
Riset pemasaran
jasa pendidikan diperlukan pada setiap tahapan komunikasi pemasaran jasa
pendidikan, yang memiliki fungsi sebagai berikut.
1.
Mengidentifikasi
dan mengelompokkan khalayak sasaran potensial.
2.
Menetapkan
kebutuhan informasi.
3.
Mengembangkan
pesan yang tepat.
4.
Mengukur tanggapan
khalayak sasaran.
Proses komunikasi pemasaran jasa pendidikan dimulai
dari memer hatikan khalayak sasaran. Menurut Kotler dan Fox (1995), komunikator
pemasaran jasa pendidikan harus membuat enam keputusan sebagai berikut.
1.
Mengidentifikasi
Khalayak Sasaran
Khalayak
sasaran potensial meliputi seluruh khalayak pendidikan dan pasar jasa
pendidikan. Orangtua siswa tertarik dengan informasi biaya pendidikan dan
kualitas guru, sedangkan masyarakat luas tertarik dengan aktivitas sosiai dan
evaluasi pengalaman pendidikan siswa. Sekolah seharusnya dapat mengidentifikasi
khalayak sasaran utama dan perhatiannya agar dapat menyediakan informasi sesuai
kebutuhan. Sekolah juga perlu mengembangkan program komunikasi untuk setiap khalayak
sasaran sekolah bukan untuk dua atau tiga khalayak sasaran sekolah. Sekolah
perlu mengidentifikasi khalayak sasaran utama (calon siswa), tetapi perlu
berkomunikasi dengan khalayak sasaran lain dan pasar jasa pendidikan, yaitu
alumni siswa, siswa, orangtua siswa, donatur, dan masyarakat umum.
2. Menjelaskan
Tanggapan yang Diinginkan
Komunikasi
pemasaran jasa pendidikan dirancang agar dapat memperoleh tanggapan dari
penerima. Tanggapan itu dapat berupa perubahan terhadap kesadaran warga sekolah
dan program pendidikan atau perubahan perilaku yang berpengaruh pada kualitas
program pendidikan. Apabila sekolah bisa mengetahui tanggapan yang diinginkan,
sekolah membentuk pesan terbaik dan menilai efektivitas pesan. Komunikator
biasanya menginginkan tanggapan kognitif (cognitive),
afektif (affective), atau perilaku (behavioral).[12]
3. Mengembangkan
Pesan
Setelah
mendefinisikan tanggapan yang diinginkan khalayak sasaran sekolah, komunikator
dapat mengembangkan komunikasi pemasaran jasa pendidikan. Komunikasi pemasaran
jasa pendidikan ideal harus menarik perhatian (attention), mempertahankan
ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakkan
tindakan (action) yang sering kali dikenal dengan Model AIDA (Attention,
Interest, Desire, and Action). Oleh karena itu, sekolah perlu menggunakan pesan
dan jenis komunikasi yang berbeda-beda pada tahapan proses k pemasaran jasa
pendidikan. Pesan memiliki isi dan bentuk tertentu. Jika ingin mengolah isi
pesan, kita seharusnya memahami khalayak sasaran sekolah dan apa yang
memotivasi mereka untuk menanggapinya. Komunikator pun memilih berbagai bentuk
komunikasi pemasaran yang menarik perhatian, membangkitkan ketertarikan, dan
menyajikan pesan secara jelas.
4. Memilih
Alat Perantara atau Media Komunikasi
Komunikator harus memilih alat perantara atau media
komunikasi yang efisien, yaitu sebagai berikut.
a.
Komunikasi pribadi
(personal communication), meliputi komunikasi langsung dari perwakilan sekolah
(alumni, kantor perwakilan sekolah, karyawan sekolah bagian pengembangan,
karyawan sekolah bagian pendaftaran, dan telemarketer sekolah) serta pengaruh
komunikasi lisan melalui percakapan dengan tetangga, teman, anggota keluarga,
dan rekan kerja sekolah yang merupakan bentuk komunikasi sangat meyakinkan.
Menurut Robertson (1971), organisasi dapat merangsang komunikasi pribadi
tersebut dengan cara sebagai berikut.
1)
Menentukan
individu dan kelompok yang berpengaruh, serta mencurahkan segala upayanya untuk
sekolah.
2)
Menciptakan
pemimpin opini melalui pembekalan informasi dan meminta untuk membantu sekolah
(misalnya, dalam hal pemerolehan dana atau pendaftaran siswa)
3)
Bekerja sama
dengan pihak berpengaruh, seperti pejabat, kelompok sosial, dan sebagainya
4)
Menonjolkan
seseorang yang berpengaruh melalui hubungan pers dan periklanan.
5)
Mengembangkan
periklanan dengan nilai percakapan yang tinggi.
b.
Komunikasi bukan
pribadi (nonpersonal communication), meliputi seluruh saluran komunikasi yang
tidak melibatkan hubungan langsung antarwarga sekolah melalui surat kabar,
majalah, radio, televisi, papan reklame, peristiwa istimewa, dan surat
langsung. Komunikasi berdasarkan saluran bukan pribadi dapat mendorong dan
menguatkan komunikasi pribadi. Oleh karena itu, sckolah seharusnya berusaha
memadukan saluran komunikasi pribadi dengan saluran komunikasi bukan pribadi
sesuai tujuan komunikasi pemasaran jasa pendidikan.
5. Memilih
Atribut Sumber
Komunikasi pemasaran jasa pendidikan akan berdampak
pada khalayak sasaran sekolah jika khalayak sasaran sekolah telah mengalami
prose komunikasi pemasaran jasa pendidikan. Menurut Kelman dan Hovland (1953),
ada tiga faktor yang mendasari kredibilitas sumber, yaitu sebagai berikut.
a. Keahlian
(expertise), yaitu tingkat ketika
komunikator merasa memiliki wewenang terhadap apa yang telah dinyatakan. Siswa
atau alumni biasanya merasa sebagai ahli karena telah mengalami proses
pendidikan. Koordinator bidang studi bisa memiliki keahlian tinggi saat
berbicara tentang mata pelajaran tertentu. [13]
b. Kepercayaan
(trustworthiness), yang berkaitan
dengan tingkat objelk- tivitas dan kejujuran sumber yang dirasakan. Khalayak
sasaran sekolah cenderung lebih percaya kepada temannya dan orang lain
dibandingkan dengan orang asing atau karyawan sekolah bagian pendaftaran.
c.
Ketertarikan (likability), yang berkaitan dengan
tingkat ketertarikan sumber bagi khalayak sasaran sekolah. Komunikasi pemasaran
jasa pendidikan berbentuk komunikasi yang terus terang, jenaka, wajar cenderung
membuat sumber menjadi lebih menyenangkan.
6.
Mengumpulkan Umpan
Balik
Komunikator
harus menguji komunikasi pemasaran jasa pendidikan sebelum digunakan dan meneliti pengaruhnya
terhadap khalayak sasaran sekolah. Proses pengujian dan riset meliputi
penyimpanan catatan permintaan informasi sekolah, surat pendaftaran, sumbangan
yang diterima sekolah, serta ukuran lain tentang perhatian dan ketertarikan
sekolah. Komunikator dapat melakukan survei bagi khalayak sasaran sekolah dan
bertanya apakah mereka telah mengenal atau mengingat pesan yang disampaikan,
cara merasakan pesan, perilaku mereka sebelum dan saat ini terhadap sekolah,
serta tujuannya untuk mendaftar atau menyumbangkan uang kepada sekolah.[14]
D. Publikasi Pemasaran
Jasa Pendidikan
Disadari
atau tidak, sekolah memiliki publikasi pemasaran jasa pendidikan. Apakah
sekolah mengedarkan selebaran fakta sekolah yang difotokopi atau menjabarkannya
ke buku tinjauan sekolah. Materi tersebut mengomunikasikan tentang sekolah.
Umumnya, sekolah menyiapkan materi tersebut untuk mendukung aktivitas hubungan
masyarakat, pendaftaran siswa, dan pengembangan sekolah.
Menurut Lockhart (2005), aktifitas publisitas adalah
pénerbitan informasi positif tentang sekolah dan kualitas jasa pendidikan
dengan menggunakan media yang berbeda-beda. Aktivitas publisitas adalah cara
menginformasikan kepada masyarakat secara objektif karena aktivitas tersebut
tidak dibiayai sekolah itu sendiri. Media yang digunakan untuk mencari calon
siswa dan donatur sekolah adalah surat langsung. Dengan menggunakan surat
langsung, sekolah dapat membuat penawaran prog- ram pendidikan kepada penerima
informasi sehingga akan diperoleh tanggapan secara langsung. Surat langsung
dapat berupa brosur sekolah yang dikirim melalui pos yang terdiri atas surat
sekolah, buku tinjauan sekolah, formulir pendaftaran siswa, dan kartu tanggapan.
Kotler dan Fox (1995) menyebutkan beberapa panduan penting penggunaan surat
langsung, yaitu sebagai berikut.
1.
Menetapkan
khalayak sasaran yang paling menjanjikan. Sekolah harus berupaya keras agar
membeli daftar khalayak sasaran yang sesuai segmen pasar sasaran jasa
pendidikan. Daftar calon siswa yang menghasilkan tingkat tanggapan tertinggi
biasanya sesuai dengan profil siswa di sekolah saat ini.
2.
Menyusun pesan
yang tepat untuk khalayak sasaran yang tepat. Materi yang disampaikan harus
mencerminkan pemahaman tentang penerima informasi dan cara sekolah memenuhi
kebutuhannya. Calon siswa akan ditanya pendapatnya tentang surat yang dibuat
sesuai namanya, selebaran fakta sekolah yang dapat membantu menyortir sekolah
yang menarik baginya, dan membayar kartu pos di awal untuk meminta informasi
atau mengindikasikan bahwa mereka tidak tertarilk pada sekolah.[15]
3.
Menyebutkan
manfaat untuk pembaca yang mampu membuat tanggapan secara positif. Dari surat
langsung, kita biasanya sulit membedakan antara atribut sekolah dan manfaat
sekolah yang terdapat di dalamnya, Atribut sekolah merupakan karakteristik
program pen didikan atau sekolah, sedangkan manfaat sekolah dinyatakan dalam
bentuk kesaksian siswa atau donatur sekolah. Agar memperjelas manfaat yang
ditawarkan sekolah, karyawan sekolah yang membuat surat langsung harus menjawab
beberapa pertanyaan berikut ini.
a. Apakah
manfaat yang akan diterima orang yang terlibat pada program pendidikan,
menyumbang dana ke sekolah, atau mendaftar ke sekolah?
b.Apakah
mereka akan keluar dari sekolah?
4.
Mengirim pesan
pada waktu yang tepat. Pesan yang telah dĂsiapkan dengan baik dikesampingkan
jika pesan tersebut dikirim pada waktu yang tdak tepat, yaitu apakah waktunya
terlalu cepat atau terlambat. at langsung yang dikirim yang ti pada waktu yang
tepat akan memperolet banyak perhatian dari penerima informasi.
5.
Memberitahukan apa
yang kita inginkan ke pembaca. Surat brosur sekolah harus menyatakan tanggapan
yang kita inginkan dalam kaitannya dengan penyampaian informasi, penulisan formulir
pendaftaran siswa, pengiriman cek, pemanfaatan kartu tanggapan. dan pembayaran
pos.
6.
Merencanakan surat
tindak lanjut atau hubungan yang lain. Karyawan sekolah bagian pendaftaran
dapat merencanakan penggantian publikasi untuk dikirimkan kepada orang yang
meminta informasi dalam bentuk brosur tentang minat siswa, informasi mengenai
bantuan keuangan sekolah, buku tinjauan sekolah, materi pendaftaran siswa,
undangan ke sekolah, dan menggunakan telepon melalui karyawan sekolah bagian
pendaftaran.
7.
Mengukur hasilnya.
Hanya dengan memelihara catatan tentang tingkat tanggapan, sekolah dapat
membuat daftar dan materi publikasi yang paling efektif. Sekolah bisa
menggunakan surat langsung dengan kode dari setiap kartu tanggapan yang
ditunjukkan dari daftar nama yang telah ada. Dengan memilih pasar sasaran jasa
pendidilkan terbaik dan menggunakan pendekatan paling efektif , biaya
penggunaan surat langsung dapat dikurangi disepanjang waktu.[16]
Aktivitas pendaftaran siswa seharusnya memiliki
prosedur yang istimewa untuk mengedarkan, menerima, menanggapi, serta memproses
informasi yang sangat banyak. Surat langsung merupakan alat publikasi pemasaran
jasa pendidikan yang sangat penting di dalam aktivitas pendaftaran siswa,
sehingga kantor administrasi sekolah yang tidak memiliki keahlian untuk
menggunakan surat langsung atau mengakses keahlian untuk menggunakan surat
langsung dari luar sekolah dapat merugikan sekolah tersebut. Surat langsung
yang digunakan untuk aktivitas pendaftaran siswa harus memenuhi kriteria
sebagai berikut.
1.
Harus mencerminkan
misi dan strategi sekolah.
2.
Harus cukup
menarik untuk penerima sehingga penerima akan membacanya.
E. Periklanan Jasa
Pendidikan
Pengiklan tidak
hanya terdiri atas perusahaan atau bisnis, tetapi juga museum, organisasi amal,
lembaga pemerintahan, dan sekolah yang memasang iklan untuk khalayak sasaran.
Sekitar 2.000 tahun lalu, dunia pendidikan telah menggunakan periklanan jasa
pendidikan (Glogau, 1964). Untuk masyarakat umum, aktivitas pemasaran jasa
pendidikan paling mudah diamati dari segi periklanan jasa pendidikan, karena
periklanan jasa pendidikan nerupakan bentuk promosi jasa pendidikan yang paling
banyak digunakan sekolah dalam mempromosikan produk jasa pendidikan.
lklan adalah semua bentuk pembayaran untuk
menampilkan dan mempromosikan ide, barang atau jasa bukan secara pribadi oleh
sponsor, sedangkan periklanan adalah seluruh proses yang terdiri atas penyiapan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan iklan (American Marketing Association,
2004). Periklanan jasa pendidikan terdiri atas komunikasi bukan pribadi yang
dilakukan melalui media dengan sponsor. Menurut Kotler dan Fox (1995),
periklanan jasa pendidikan dapat meliputi media seperti majalah dan surat
kabar, radio dan televisi, media luar (poster, simbol, papan reklame, dan
tulisan di atap), surat langsung, sesuatu yang unik (tinta, kalender, pena, dan
pensil), kartu, katalog, direktori, serta selebaran. Periklanan jasa pendidikan
dapat digunakan untuk membangun citra sekolah jangka panjang dan reputasi
sekolah (periklanan sekolah) atau program tertentu, memberikan informasi
tentang program atau peristiwa istimewa, dan berbagai tujuan lainnya.
Untuk mengembangkan program periklanan jasa pendidikan
secara efektif, Kotler dan Fox menyarankan kepada kita untuk membuat lima
keputusan utama yang dikenal sebagai 5M, yaitu mission (misi), yaitu apakah tujuan periklanan jasa pendidikan, money (uang), yaitu berapa banyak uang
yang dapat dibelanjakan, message
(pesan), yaitu apakah pesan yang harus disampaikan, media (media), yaitu apakah media yang akan digunakan, measurement (pengukuran), yaitu
bagaimana mengevaluasi hasilnya.[18]
BAB III
KESIMPULAN
A.
Program Komunikasi Jasa
Pendidikan
Promosi
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan program pemasaran. Betapapun
berkualitasnya suatu produk, apabila konsumen belum pernah mendengarnya dan
tidak yakin bahwa produk tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak
akan pernah untuk membelinya atau memakai produk tersebut
B.
Alternatif Teknik Komunikasi Jasa Pendidikan
Menurut American Marketing Association, variabel-variabel
bauran promosi memiliki empat kelompok, yaitu sebagai berikut:
1.
Periklanan (advertising), yaitu bentuk presentasi
dan promosi bukan pribadi tentang ide, produk, dan jasa yang dibayar oleh
sponsor tertentu.
2.
Penjualan pribadi (personal selling), yaitu
presentasi lisan dalam bentuk percakapan dengan satu orang calon pembeli atau
lebih yang ditujukan untuk menciptakan penjualan.
3.
Publisitas (publicity), yaitu upaya menimbulkan
permintaan bukan secara pribadi untuk produk, jasa, atau ide dengan menggunakan
berita komersialdi media massa dan sponsor yang tidak dibebankan sejumlah
pembayaran secara langsung.
4.
Promosi penjualan (sales promotion), yaitu
aktivitas penjualan selain penjualan pribadi, periklanan, dan publisitas yang
mendorong pembelian konsumen dan efektivitas retail dalam bentuk
peragaan, pertunjukan, pameran, demonstrasi, dan sebagainya.
C.
DesainPromosi Jasa Pendidikan
Model komunikasi pemasaran jasa
pendidikan,menekankan faktor- faktor komunikasi pemasaran jasa pendidikan
secara efektif. Pengirim mengirimkan pesan melalui media. Agar berkomunikasi
secara efektif, pengirim perlu memahami kebutuhan dan keinginan dari penerima. Pengirim
harus mahir mengodekan pesan dengan mempertimbangkan cara khalayak sasaran
dalam menguraikan kode pesan. Mereka harus mengirimkan pesan melalui media yang
efisien untuk menjangkau khalayak sasaran dan membangun saluran umpan balik
sehingga dapat mengetahui tanggapan penerima atas pesan tersebut.
D.
Publikasi Pemasaran Jasa Pendidikan
aktifitas
publisitas adalah pénerbitan informasi positif tentang sekolah dan kualitas
jasa pendidikan dengan menggunakan media yang berbeda-beda. Aktivitas
publisitas adalah cara menginformasikan kepada masyarakat secara objektif
karena aktivitas tersebut tidak dibiayai sekolah itu sendiri.
E. Periklanan Jasa Pendidikan
lklan adalah semua bentuk pembayaran
untuk menampilkan dan mempromosikan ide, barang atau jasa bukan secara pribadi
oleh sponsor, sedangkan periklanan adalah seluruh proses yang terdiri atas
penyiapan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan iklan.
DAFTAR PUSTAKA
Faizin, Imam. Strategi
Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam Meningkatkan Nilai Jual Madrasah, Jurnal
Madaniyah Volume 7 Nomor 2 Edisi Agustus 2017.
Wijaya,
David. Pemasaran Jasa Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
[1]
David Wijaya, Pemasaran Jasa
Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 134
[2]
Imam Faizin, “Strategi Pemasaran
Jasa Pendidikan Dalam Meningkatkan Nilai Jual Madrasah”, Jurnal Madaniyah
Volume 7 Nomor 2 Edisi Agustus 2017, 269
[3]
Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan,
134
[5]
Imam Faizin, “Strategi Pemasaran
Jasa Pendidikan Dalam Meningkatkan Nilai Jual Madrasah”, 269
[6]
Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan,
135








Tidak ada komentar:
Posting Komentar