Blog masa kini yang berisi kontent inspiratif

KELOMPOK 11 - MPP - PENGORGANISASIAN DAN IMPLEMENTASI PEMASARAN JASA PENDIDIKAN


PENGORGANISASIAN DAN IMPLEMENTASI
PEMASARAN JASA PENDIDIKAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Pemasaran Pendidikan











Disusun Oleh: Kelompok 11

Nibar Destian Arkianto   (210315270)
Sulton Toriq Firdaus        (210315279)
PAI-H

Dosen Pengampu
Mella Mardayanti, S.Pd., M.Pd.


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
JUNI 2018

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …..........................................................................          i
DAFTAR ISI .............................................................................................          ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ...............................................................................          1
B.     Rumusan Masalah ..........................................................................          1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Manajemen Jasa Pendidikan...........................................................          2
B.     Mencegah Konflik Antarfungsi Jasa Pendidikan ..........................          4
C.     Pengembangan Struktur Organisasi Pemasaran Jasa Pendidikan ..          5

BAB III KESIMPULAN
A.    Kesimpulan ....................................................................................          10


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pada saat globalisasi ini pemasaran tidah hanya dipandang sebagai bagian yang terpisah dari organisasi sehingga menciptakan pemasaran yang efektif dengan menciptkan nilai dan pemenuhan kepuasan pelanggan. Menurut Lupiyoadi pemasaran jasa adalah setiap tindakan yang ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain yang secara prinsip intangible dan tidak dapat menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Jasa berkaitan erat dengan kualitas atas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan, demikian pula halnya dengan kualitas pelayanan jasa yang diterima pelanggan dalam memperoleh jasa yang diberikan oleh perguruan tinggi.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep manajemen jasa pendidikan?
2.      Bagaimana mencegah konflik antarfungsi jasa pendidikan?
3.      Bagaimana pengembangan struktur organisasi pemasaran jasa pendidikan?









BAB II
PEMBAHASAN
A.      Manajemen Jasa Pendidikan
Pada hakikatnya, jasa pendidikan dari sudut pelanggan jasa pendidikan merupakan proses jasa pendidikan. Dengan demikian, proses jasa pendidikan sangat penting dalam pemasaran jasa pendidikan.[1] Konsep jasa pendidikan sebenarnya cukup sederhana, yaitu praktik penyampaian jasa pendidikan. Akan tetapi, proses jasa pendidikan lebih rumit daripada yang terlihat karena melibatkan tiga unsur yang berbeda. Ketiga unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Tahapan, tugas, dan aktivitas yang dibutuhkan agar bisa menyampaikan jasa pendidikan, yaitu daftar aktivitas pemasaran jasa pendidikan pada proses jasa pendidikan itu sendiri.
2.      Makna di mana tugas dilakukan, yaitu perpaduan SDM jasa pendidikan dan produk jasa pendidikan yang membentuk infrastruktur lingkungan proses penyampaian jasa pendidikan.
3.      Peran dan pengalaman pribadi pelanggan jasa pendidikan, yang disebut bukti fisik jasa pendidikan yang disajikan kepada pelanggan jasa pendidikan.[2]
Shostack menemukan 4 tahapan perancangan proses jasa (termasuk jasa pendidikan), antara lain sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi Proses Jasa yang Membentuk Jasa
Sekolah harus mengelompokkan organisasinya ke bagian-bagian secara terperinci untuk dapat mengembangkan aliran proses jasa pendidikan yang tepat di seluruh organisasi. Pemrograman proyek pendidikan dan peralatan berbantuan komputer bisa membantu mengidentifikasi aliran proses jasa pendidikan yang tepat.[3]
2.      Mengantisipasi Masalah Proses Penyampaian Jasa
Pemasar jasa pendidikan seharusnya mengetahui masalah yang terkait dengan proses penyampaian jasa pendidikan, mempertimbangkan pendekatan yang mungkin digunakan, dan memasukkan rencana tanggapan pelanggan jasa pendidikan terhadap masalah proses penyampaian jasa pendidikan.[4]
3.      Menetapkan Kerangka Waktu Pelaksanaan Rencana Jasa
Pemasar jasa pendidikan perlu menetapkan kerangka waktu pelaksanaan rencana jasa pendidikan, melalui tahap yang mencakup pekerjaan tulis-menulis di sekolah dan tahap penanganan proses jasa pendidikan yang akan dibutuhkan.[5]
4.      Menganalisis Rancangan Proses Jasa yang Diusulkan
Pemasar jasa pendidikan harus menganalisis rancangan proses jasa pendidikan yang diusulkan mengenai tingkat kepuasan yang diharapkan oleh pelanggan jasa pendidikan dan nilai tambah sekolah yang diharapkan. Dengan kata lain, perancang proses jasa pendidikan (sekolah) harus menentukan biaya untuk mencapai kepuasan pelanggan jasa pendidikan yang diharapkan (biaya untuk memperoleh nama baik sekolah)[6]
Menurut Verma, terdapat 3 hal penting yang perlu diperhatikan pemasar jasa (khususnya pemasar jasa pendidikan) dalam memahami proses jasa pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1.      Variasi Proses
Karakteristik proses jasa pendidikan yang bervariasi terkait dengan apakah proses jasa pendidikan memiliki serangkaian aktivitas teratur atau tidak bervariasi sehingga menyebabkan jasa pendidikan menjadi baku. Variasi jasa pendidikan berdampak pada biaya, kompleksitas, dan fleksibelitas operasi jasa pendidikan.[7]


2.      Nilai Tambah
Proses jasa pendidikan yang membentuk jasa pendidikan, mencakup beberapa subproses atau subaktivitas proses jasa pendidikan. Tahapan berikutnya adalah memahami proses jasa pendidikan secara tepat untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah jasa pendidikan di bagian proses jasa pendidikan yang berbeda.[8]
3.      Alokasi Tugas Utama
Bergantung pada fokus proses jasa pendidikan yang bernilai, tugas sekolah harus dialokasikan. Tugas sekolah harus dibagikan di antara karyawan sekolah baris depan (guru) dan karyawan sekolah garis belakang (karyawan administrasi sekolah) bergantung pada kepentingannya. Alokasi tugas sekolah pun berubah sesuai perubahan jasa konsep jasa pendidikan.[9]

B.       Mencegah Konflik Antarfungsi Jasa Pendidikan
Kita sering kali berasumsi bahwa istilah “kompetisi” merupakan lawan kata dari istilah “kolaborasi”. Kita juga sering kali berdebat tentang definisi yang tepat dari istilah “kolaborasi”, tetapi kita perlu menyadari bahwa kita juga perlu mengelola proses perdebatan itu sehingga dapat membuat keputusan strategis yang tepat. Hall dan Wallace pun menyarankan kita untuk mengganti istilah “kompetisi” dengan “kolaborasi” melalui strategi kemitraan dan aliansi, ketika pemimpin organisasi telah memahami masalah praktis karena kolaborasi merupakan kerangka dasar perubahan budaya organisasi.[10]
Menurut Kennedy, kompetisi adalah penghalang kolaborasi yang membutuhkan partisipasi lebih dalam. Hall dan Wallace mengemukakan kolaborasi sebagai aktivitas untuk menggulingkan kekuasaan yang ada. Oleh karena itu, pemasar jasa pendidikan membutuhkan strategi yang tepat untuk memperbaiki dunia pendidikan. Hal itu karena dunia pendidikan mencerminkan nilai-nilai jasa profesional, ketika menghadapi tekanan pemerintah pusat terhadap sekolah untuk bersaing dengan sekolah lainnya dalam rangka  memelihara standar kualitas pendidikan yang telah ditetapkan.
Hall dan Wallace kemudian menjelaskan empat arena kolaborasi dan kompetisi yang mempunyai dampak terhadap pengelolaan hubungan eksternal sekolah seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Komitmen warga sekolah terhadap nilai-nilai pendidikan (tiang penyangga dari strategi pemasaran jasa pendidikan) itu menyertai keyakinan bahwa setiap strategi pemasaran jasa pendidikan mewakili bentuk perilaku individu serta kelompok yang alamiah dan diinginkan sehingga meningkatkan kinerja sekolah. Akan tetapi, strategi pemasaran jasa pendidikan merupakan proses yang rumit, tetapi diharapkan dapat terjadi bergantung pada efektivitas pemasar jasa pendidikan dan keterlibatan lingkungan sekolah.[11]
Tabel Arena untuk Kolaborasi dan Kompetisi
Arena
Pilihan
Kolaborasi
Kompetisi
Intrapribadi
Relasional
Otonomi
Antarpribadi
Menang-Menang
Menang-Kalah
Intra-institusi
Kerja Tim
Usaha individu
Antarinstitusi dan ekstra-institusi
Kemitraan
Berjalan sendiri

Dalam arena intrapribadi, setiap individu memiliki pilihan kolaborasi yang berbeda-beda (penekanannya pada hubungan) atau kompetisi (penekanannya pada kebebasan). Dalam arena intrapribadi, sekolah menciptakan hubungan antarpribadi antarkaryawan sekolah. Namun, dalam konteks dunia pendidikan, karyawan sekolah yang profesional menunjukkan sikap berkompetisi sama seperti sikap berkolaborasi. Dalam arena intra-institusi, sekolah membentuk kekuasaan dari bagian-bagian di sekolah yang bersaing dengan sumber daya atau berkolaborasi lintas batas mata pelajaran untuk mencapai sasaran sekolah. Dalam arena antarinstitusi, sekolah menjauhkan dirinya dari orang dan organisasi luar sekolah (misalnya, pelanggan jasa pendidikan yang berkontribusi terhadap sekolah). Dalam arena ekstra-institusi, sekolah bekerja sama (kolaborasi) dengan mitra pendidikan yang mempunyai nilai, tujuan, serta konsep yang berbeda-beda untuk mencapai sasaran sekolah.[12]
Pemasar jasa pendidikan selalu berhadapan dengan keputusan, yaitu apakah akan memainkan sikap berkompetisi atau berkolaborasi dengan pengelolaan hubungan eksternal sekolah. Untuk memastikan bahwa keputusan sekolah merupakan keputusan yang tepat, kita seharusnya melibatkan pelanggan jasa pendidikan ke strategi kemitraan dan aliansi sekolah sebagaimana pula strategi kompetisi sekolah. Oleh karena itu, pemasar jasa pendidikan perlu memerhatikan faktor-faktor intrapribadi, antarpribadi, intra-institusi, serta antar-institusi dan ekstra-institusi yang memengaruhi hasil tindakan sekolah.
Istilah “kolaborasi” dan “kompetisi” adalah dikotomi, kecuali dalam keadaan ketika kolaborasi internal digunakan untuk bersaing secara eksternal. Glatter pernah menyatakan bahwa dikotomi antara “kolaborasi” dan “kompetisi” menyesatkan, serta kedua istilah tersebut seharusnya tidak diterjemahkan sebagai proses yang berdiri sendiri. Kolaborasi adalah strategi yang tepat untuk memelihara pendidikan sebagai jasa publik yang ditawarkan guru profesional, yang dipicu dengan keinginan melayani kebaikan.[13]

C.      Pengembangan Struktur Organisasi Pemasaran Jasa Pendidikan
Sumber daya manusia ialah semua pelaku yang memainkan peran dalam proses penyampaian jasa. Unsur-unsur SDM adalah sebagai berikut:
1.      Karyawan (employee), mencakup aktivitas perekrutan, pelatihan, motivasi, pemberian penghargaan, dan kerja tim.
2.      Pelanggan (customer), mencakup aktivitas pendidikan dan pelatihan pelanggan.[14]
Unsur-unsur SDM jasa berkaitan dengan orang-orang yang terlibat dalam penjualan jasa pendidikan dan menjalankan jasa pendidikan, serta berinteraksi dengan pelanggan jasa pendidikan. Ada 4 prinsip utama SDM jasa pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1.      Sumber daya manusia jasa pendidikan, adalah orang yang menyampaikan jasa pendidikan. Lebih dari 90% SDM jasa pendidikan memiliki hubungan langsung dengan pelanggan jasa pendidikan.
2.      Motivasi yang baik merupakan cirri sekolah yang berkualitas. Sekolah harus mengelola struktur dan kebijakan motivasi karyawan melalui pelatihan karyawan sekolah.
3.      Standar kualitas dan perilaku karyawan sekolah mutlak diperlukan. Sekolah perlu menyusun standar kualitas dan perilaku karyawannya sehingga dapat menetapkan serta memelihara standar kinerja jasa pendidikan yang baik.
4.      Strategi sekolah. Strategi pemasaran jasa pendidikan memiliki kemiripan dengan strategi sekolah. Seseorang yang bertugas mengkoordinasi aktivitas pemasaran jasa pendidikan harus memahami aktivitas pemasaran jasa pendidikan karena berkaitan dengan strategi dan taktik pemasaran jasa pendidikan.[15]
Di tingkat sekolah, pemimpin tim pemasaran jasa pendidikan meliputi kepala sekolah atau wakilnya yang melapor langsung kepada kelapa sekolah. Di tingkat daerah, pemimpin tim pemasaran jasa pendidikan mecakup pegawa negeri yang melakukan promosi, hubungan masyarakat, dan komunikasi yang melapor langsung kepada pengawas sekolah.
Tim pemasaran jasa pendidikan bertugas untuk mengambil keputusan tentang aktivitas pemasaran jasa pendidikan yang akan dilaksanakan sehingga berdampak besar pada keberhasilan sekolah, yaitu program pemasaran jasa pendidikan efektif. Menurut Lockhart, tim pemasaran jasa pendidikan yang dipilih harus memiliki karakteristik berikut ini:
1.      Mampu Melakukan Pemasaran Jasa Pendidikan
Karakteristik ini adalah kualifikasi yang paling penting. Jika seseorang tidak yakin bahwa program pemasaran jasa pendidikan dapat berkontribusi penting pada sekolah atau daerah, kemampuan apa pun yang dimilikinya tidak dapat digunakan dengan baik. Anggota tim pemasar jasa pendidikan harus yakin bahwa apa yang mereka lakukan itu penting, mampu menyampaikan kepercayaannya kepada orang lain, serta tetap termotivasi apabila permintaan jasa pendidikan rendah dan mengakibatkan harapan yang mengecewakan.
2.      Memiliki Kemauan Untuk Memenuhi Komitmen Jangka Panjang
Aktivitas pemasaran jasa pendidikan bukan merupakan sesuatu hal yang dicapai dalam waktu beberapa minggu. Anggota tim pendidikan harus mempunyai komitmen waktu paling sedikit beberapa bulan sampai satu tahun. Komitmen jangka panjang menyampaikan kepentingan dan kesungguhan dari usaha pemasaran jasa pendidikan tidak hanya untuk tim, tetapi juga bagi individu atau kelompok dimana tim pemasaran jasa pendidikan berinteraksi.
3.      Memiliki Keterampilan Komunikasi Yang Kuat
Keterampilan menulis dengan baik dan keterampilan berkomunikasi secara lisan mutlak diperlukan. Keterampilan berkomunikasi dengan baik merupakan jantung dari upaya pemasaran jasa pendidikan.
4.      Mampu Bekerja Secara Mandiri Maupun Tim
Pekerjaan awal dari pemasaran jasa pendidikan adalah perencanaan dan pengambilan keputusan anggota tim. Anggota tim pemasaran jasa pendidikan sering kali harus menyelesaikan tugas secara mandiri. Jadi, anggota tim pemasaran jasa pendidikan harus menyadari kapan ia harus bekerja secara mandiri, memenuhi tenggat waktu, serta menyelesaikan tugasnya sebagai anggota tim.
5.      Memiliki Kemauan Memerhatikan Sudut Pandang Lain
Anggota tim pemasaran jasa pendidikan pun harus mampu melihat masalah dari seluruh sudut pandang ketika warha sekolah bersifat majemuk, yaitu terdapat perbedaan sosial dan ekonomi, atau ketika masyarakat dalam keadaan transisi. Hal ini dapat menjadi situasi yang negatif ketika sekolah tidak menyadari sudut pandang lain dari masyarakat. Dengan memahami sudut pandang lain, tim pemasaran jasa pendidikan dapat menetapkan standar komunikasi yang terbuka dengan warga sekolah.[16]

























BAB III
KESIMPULAN

A.    Manajemen Jasa Pendidikan
Pada hakikatnya, jasa pendidikan dari sudut pelanggan jasa pendidikan merupakan proses jasa pendidikan. Dengan demikian, proses jasa pendidikan sangat penting dalam pemasaran jasa pendidikan. Konsep jasa pendidikan sebenarnya cukup sederhana, yaitu praktik penyampaian jasa pendidikan.

B.       Mencegah Konflik Antarfungsi Jasa Pendidikan
Istilah “kolaborasi” dan “kompetisi” adalah dikotomi, kecuali dalam keadaan ketika kolaborasi internal digunakan untuk bersaing secara eksternal. Glatter pernah menyatakan bahwa dikotomi antara “kolaborasi” dan “kompetisi” menyesatkan, serta kedua istilah tersebut seharusnya tidak diterjemahkan sebagai proses yang berdiri sendiri. Kolaborasi adalah strategi yang tepat untuk memelihara pendidikan sebagai jasa publik yang ditawarkan guru profesional, yang dipicu dengan keinginan melayani kebaikan.

C.      Pengembangan Struktur Organisasi Pemasaran Jasa Pendidikan
Sumber daya manusia ialah semua pelaku yang memainkan peran dalam proses penyampaian jasa. Unsur-unsur SDM adalah sebagai berikut:
1.      Karyawan (employee), mencakup aktivitas perekrutan, pelatihan, motivasi, pemberian penghargaan, dan kerja tim.
2.      Pelanggan (customer), mencakup aktivitas pendidikan dan pelatihan pelanggan.




DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, David. Pemasaran Jasa Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2016.



[1]David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 197..
[2] Ibid., 198.
[3] Ibid.
[4] Ibid., 199.
[5] Ibid.
[6] Ibid.
[7] Ibid., 200.
[8] Ibid., 201.
[9] Ibid., 202.
[10] Ibid., 202-203.
[11] Ibid., 203.
[12] Ibid., 203-204.
[13] Ibid.
[14] Ibid., 205.
[15] Ibid., 206.
[16] Ibid., 207-208.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Popular Posts

Blog Archive

PAI.H

PAI.H
Kita lebih dari sekedar teman, we are family