TEORI E-LEARNING
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“PEMBELAJARAN
PAI BERBASIS TIK”
Disusun oleh : Kelompok 7 PAI.H
1.
Afidhatul
Imaniah NIM. 210315261
2.
Dhofatul
Hidayah NIM. 210315294
3.
Sulton Toriq
Firdaus NIM. 210315279
Dosen Pengampu
Nurul Malikah, M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN
ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
MEI 2018
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma sistem pendidikan yang awalnya berbasis tradisional yang
mengandalkan tatap muka (terbatas oleh ruang dan waktu), beralih menjadi sistem
pendidikan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu yang menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi atau biasa disebut e-learning. Dengan adanya e-learning
tersebut untuk mengantisipasi sistem pendidikan yang tradisional.
Dengan adanya e-learning tersebut, dalam proses pembelajaran
pun akan menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu hubungan antara pengajar
dan peserta didik pun dapat berjalan dengan baik dan lancar, sehingga materi
yang diajarkan oleh guru menjadi lebih menarik, tidak membosankan dan peserta
didik lebih termotivasi untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dibahas tentang teori e-learning,
meliputi pengertian, karakteristik, sejarah dan perkembangan, fungsi,
teknologi, aplikasi TIK untuk e-learning dan kelebihan dan kekurangan e-learning.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1.
Apa pengertian dan
karakteristik e-learning?
2.
Bagaimana
sejarah dan perkembangan e-learning?
3.
Apa saja fungsi
e-learning dalam pembelajaran?
4.
Teknologi
seperti apa yang termasuk e-learning?
5.
Apa saja
aplikasi TIK untuk e-learning?
6.
Apa saja
kelebihan dan kekurangan e-learning?
1
|
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan
Karakteristik E-learning
1.
Pengertian E-learning
Istilah e-learning sangat populer beberapa tahun belakangan
ini, meskipun konsepnya sudah cukup lama dimunculkan sebelumnya. Istilah ini
sendiri memiliki definisi yang sangat luas. Terminologi e-learning cukup
banyak dikemukakan dalam berbagai sudut pandang, namun pada dasarnya mengarah
pada pengertian yang sama. Huruf e pada e-learning berarti elektronik.
Sedangkan kata learning sering diartikan dengan belajar pendidikan atau
pelatihan. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media
atau jasa bantuan perangkat elektronika. Dalam pelaksanaannya, e-learning
menggunakan jasa audio, video, perangkat komputer atau kombinasi dari
ketiganya. E-learning merupakan sebuah proses pembelajaran yang
dilakukan melalui network (jaringan). Ini berarti dengan e-learning
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kepada peserta didik menggunakan media
teknologi informasi dan komunikasi berupa komputer dan jaringan internet atau
intranet. Dengan e-learning, belajar bisa dilakukan kapan saja, dimana
saja, melalui jalur mana saja dan dengan kecepatan akses apapun. Proses
pembelajaran berlangsung efisien dan efektif.[1]
2
|
a.
Pembelajaran
Jarak Jauh
E-learning memungkinkan
siswa untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik mengikuti pelajaran di kelas.
Interaksi dalam e-learning dapat dijalankan secara online. Siswa
dapat belajar dari rumah dengan memanfaatkan teknologi internet. Materi belajar
dikelola oleh sebuah pusat penyedia materi di sekolah atau kampus. Siswa dapat
mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat mengakses pelajaran.
b.
Pembelajaran
dengan Perangkat Komputer
E-learning disampaikan dengan
memanfaatkan perangkat komputer pada umumnya perangkat dilengkapi perangkat
multimedia, CD drive dan teknologi internet. Jumlah siswa yang ikut
berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat
diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar tergantung pada kondisi dari
pengajar.
c.
Pembelajaran
Formal dan Informal
E-learning secara formal
adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang
telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati. E-learning
secara informal melalui sarana mailing list, website, program,
pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas.
d.
Pembelajaran
yang Ditunjang Oleh Para Ahli
Walaupun e-learning hanya diberikan melalui perangkat
komputer, ternyata e-learning disiapkan, ditunjang oleh para ahli dan
dikelola oleh subject matter expert, instructional designer, graphic
designer, dan learning management system yang ahli pada
masing-masing bidang.[3]
1)
Subject Matter
Expert (SME) atau narasumber dari
pelatihan yang disampaikan.
2)
Instructional
Designer (ID) bertugas untuk mendesain
materi dari SME menjadi materi dengan memasukkan unsur metode pengajaran agar
menjadi lebih mudah, interaktif, dan menarik untuk dipelajari.
3)
Graphic
Designer (GD) mengubah materi text
menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang menarik,
efektif, dan menarik untuk dipelajari.
4)
Learning
Management System (LMS)
mengelola sistem di website dengan mengatur lalu lintas interaksi antara
instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya. Siswa dapat melihat
modul-modul yang ditawarkan, mengambil tugas-tugas dan test-test yang
harus dikerjakan.[4]
2.
Karakteristik E-learning dalam Proses Pembelajaran
a.
Komunikasi antar pendidik dengan peserta didik, sesama peserta didik dan
sesama pendidik dapat berjalan cepat dan mudah karena manfaat teknologi ICT.
b.
Menggunakan keunggulan media digital dan jaringan komputer (LAN, MAN, dan
WAN).
c.
Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (misalnya, modul) yang telah
diunggah (upload) dalam perangkat
lunak e-learning (dalam bentuk website),
sehingga dapat diakses oleh pendidik dan peserta didik kapan dan di mana saja
bila diperlukan.
d.
Jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan juga diunggah dalam perangkat lunak e-learning,
sehingga dapat dilihat setiap saat oleh pendidik dan peserta didik.
e.
Bahan ajar
disiapkan oleh para profesional (misalnya, dosen atau guru) dalam bidangnya dan
dengan penyajian online akan memudahkan dalam revisi dan penyempurnaan
substansi bahan ajar.[5]
B.
Sejarah dan
Perkembangan E-learning
E-learning pertama kali diperkenalkan
oleh Universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan
menggunakan sistem Computer Assisted Instruction
(CAI) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu, perkembangan e-learning
dari masa ke masa dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Tahun 1990. Computer
Based Training (CBT) mulai bermunculan dengan aplikasi e-learning
yang berjalan pada PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi
materi dalam pembelajaran dibuat dalam bentuk tulisan maupun audio dan video.
2.
Tahun 1994. Setelah
CBT banyak digunakan oleh masyarakat, selanjutnya sejak tahun 1994 CBT
dikembangkan dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara
massal.[6]
3.
Tahun 1997. Learning
Management System (LSM) dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan informasi
yang harus diperoleh dengan cepat. Hal
ini dapat dilakukan karena perkembangan teknologi internet memungkinkan
masyarakat mulai berhubungan dengan internet tanpa kendala jarak dan lokasi.
4.
Tahun 1999. Aplikasi
e-learning berbasis web mulai muncul. Perkembangan LSM menuju
aplikasi e-learning berbasis web berkembang secara total, baik
untuk siswa maupun administrasi pembelajarannya. LSM mulai digabungkan dengan
situs-situs informasi, majalah, surat kabar, dan lainnya. Pada saat itu e-learning
mulai diperkaya dengan konten multimedia, video
streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data
yang lebih standar, dan berukuran kecil.[7]
C.
Fungsi E-learning
dalam Pembelajaran
1.
Suplemen (tambahan),
yaitu apabila siswa mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan
materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban
bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional,
siswa yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan.
2.
Komplemen
(pelengkap), yaitu untuk melengkapi materi pengayaan atau remidial. Dikatakan
sebagai pengayaan apabila kepada siswa yang dapat dengan cepat menguasai materi
pelajaran yang disampaikan pada saat tatap muka. Tujuannya agar semakin
memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi yang telah diterima di kelas.
Dikatakan sebagai remidial, apabila siswa yang mengalami kesulitan memahami
materi diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik
yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar siswa semakin
mudah memahami materi yang disajikan di kelas.
3.
Substitusi
(pengganti), yaitu apabila e-learning dilakukan sebagai pengganti
kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan
pembelajaran. Ada 3 alternatif model yang dapat dipilih, yakni sepenuhnya
secara tatap muka, sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui
internet dan sepenuhnya melalui internet.[8]
D.
Teknologi E-learning
Beberapa produk teknologi e-learning meliputi:
1.
Audio
Conreferencing
Merupakan salah satu teknologi e-learning interaktif paling
sederhana dan relatif murah untuk penyelenggaraan distance learning. Audio
conreferencing adalah interaksi atau konferensi langsung dalam bentuk audio
(suara) antar dua orang atau lebih yang berada pada tempat berbeda, bahkan
dapat melibatkan peserta yang banyak pada lokasi yang tersebar dan berbeda.
Teknologi yang digunakan adalah sarana telepon. Dalam pelaksanaan audio
conreferencing dibutuhkan perangkat tambahan yang dapat mengurangi gangguan
maupun interaksi pada sistem.
2.
Videobroadcasting
Merupakan salah satu teknologi e-learning interaktif yang
bersifat satu arah. Penggunaan program e-learning dengan program videobroadcasting
lebih banyak digunakan dibandingkan dengan audio conreferencing. Hal ini
terjadi karena sifat videobroadcasting yang audio visual. Dalam prinsip
belajar diungkapkan bahwa belajar akan lebih berhasil jika melibatkan banyak
indera. Sasaran pesertanya dalam jumlah yang besar dan menyebar. Sebagai media
transaksi pada umumnya menggunakan media satelit. Peserta mengikuti program
pembelajaran melalui videobroadcasting dengan cara melihat dan mendengar
pesawat televisi yang terhubung ke stasiun tertentu melalui antena penerima
biasa atau antena parabola yang dilengkapi decoder khusus.
3.
Videoconferencing
Teknologi multimedia videoconreferencing dapat memungkinkan
seluruh peserta didik melihat, mendengar, dan bekerja sama secara langsung.
Fungsinya yaitu memberikan visualisasi secara langsung dan lengkap kepada
seluruh peserta didik dengan menggunakan multimedia (video, audio dan data).[9]
4.
Jenis Aplikasi E-learning
Berbasis Open Source
a.
Moodle
Adalah paket software yang diproduksi untuk kegiatan belajar
berbasis internet. Website moodle pertama kali dikembangkan oleh Martin
Dogiamas yang mempertahankan moodle sebagai paket software e-learning
dengan free dan open source. Moodle terus mengembangkan
rancangan sistem dan desain user interface setiap minggunya. Oleh karena
itu moodle tersedia dan dapat digunakan secara bebas sebagai produk open
source.
b.
Atutor
Adalah Web-based Open Source Learning Control Management System
(LCMS) yang didesain dengan aksessibilitas dan kemampuan adaptasi. Atutor
merupakan paket software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis
internet dan website, administrator dapat meng-install atau meng-update
dengan cepat dan singkat. Pengajar dapat dengan cepat memasang, memaketkan,
mendistribusikan materi pembelajaran, dan mengadakan kursus online-nya
sendiri. peserta didik belajar dalam lingkungan yang berbeda-beda. Atutor
bisa di download secara gratis.[10]
5.
E-learning dan Intelligent Tutoring System (ITS)
Adalah strategi pembelajaran yang menerangkan urutan isi materi
pembelajaran, umpan balik yang diterima dan bahan ajar yang diberikan atau
dijelaskan, e-learning diharapkan dapat digunakan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran yang dapat
mengatasi berbagai masalah dalam pendidikan hendaknya terus dikembangkan,
antara lain dengan adanya sarana pendukung bagi sistem pendidikan yaitu
pembuatan perangkat lunak untuk menghasilkan sebuah sistem e-learning
yang mengimplementasikan penerapan ITS. Pengembangan sistem e-learning
dengan mengimplementasikan penerapan (ITS) dapat membuat proses pembelajaran
jauh lebih efektif dan mudah untuk disesuaikan dengan perkembangan proses
pembelajaran. Meningkatnya penampilan belajar peserta didik akan mendukung
perolehan pengetahuan atau keterampilan baru, melalui pemanfaatan waktu yang
efisien.[11]
E.
Aplikasi TIK
untuk E-learning
1.
Situs Pembelajaran
Penerapan e-learning melalui jaringan internet menempatkan
materi pada situs pembelajaran tertentu. Berbagai fasilitas situs pembelajaran
pada internet dapat diakses oleh peserta didik secara mandiri untuk keperluan
pembelajaran karena di dalamnya memuat tujuan, materi, metode, sumber daya web,
perpustakaan digital, pengajar, peserta didik, atau informasi lainnya seperti
jadwal pelajaran atau ujian, peta konsep pembelajaran dan yang lainnya. Website
e-learning dan web lainnya harus dapat di akses kapan saja dan
dimana saja.[12]
2.
Electronic-mail (e-mail) atau surat elektronik
Proses pembelajaran dengan memanfaatkan e-mail akan
memungkinkan peserta didik untuk dapat berkomunikasi dan selalu mentransfer
informasi dengan orang-orang di seluruh dunia. Melalui e-mail peserta
didik mempunyai kesempatan mendapatkan informasi dan berkomunikasi lebih luas.
Pengajar pun bisa menggunakan e-mail untuk berkomunikasi dengan peserta
didik sebagai jurnal dialog dan juga dengan pengajar lainnya.
Melalui jaringan internet, e-mail yang dapat dimanfaatkan
untuk berkorespondensi antara pengajar dengan peserta didik, pengajar dengan
pengajar lainnya, atau peserta didik dengan peserta didik. Pengajar bisa
memberikan informasi, menerima tugas atau pekerjaan, atau mengoreksi hasil
pekerjaan peserta didik tanpa harus bertatap muka. Komunikasi antara peserta
didik menjadi lebih mudah tanpa terkendala oleh tempat, ruang dan waktu.
Peserta didik bisa membaca dan menulis sesuai dengan minat dan kebutuhannya,
kepada siapa saja dan sumber mana saja yang diperlukannya.
3.
Silabus Online
Panduan proses pembelajaran antara pengajar dan peserta didik telah
disediakan dalam silabus online. Seluruh peserta didik dan orang tua
bisa memantaunya di silabus online. Dengan silabus online
diharapkan dapat terjalin hubungan yang serasi dan kontrol yang baik antara
sekolah, masyarakat dan dunia kerja.[13]
F.
Kelebihan dan Kekurangan
E-learning
1.
Kelebihan
Pembelajaran dengan e-learning memiliki banyak kelebihan
antara lain:
a.
Memberikan
pengalaman yang menarik dan bermakna bagi peserta didik karena kemampuannya
dapat berinteraksi langsung, sehingga pemahaman terhadap materi pembelajaran
akan lebih bermakna, mudah dipahami, diingat, dan mudah untuk diungkapkan
kembali.
b.
Dapat memperbaiki
tingkat pemahaman dan daya ingat seseorang yang disampaikan, karena konten yang
bervariasi, interaksi yang menarik perhatian, immediate adanya interaksi
dengan e-learner dan e-instructor lain.
c.
Adanya kerja
sama dalam komunitas online, sehingga memudahkan berlangsungnya proses
transfer informasi dan komunikasi, sehingga setiap elemen tidak akan kekurangan
sumber atau bahan belajar.
d.
Administrasi
dan pengurusan yang terpusat, sehingga memudahkan dilakukannya akses dalam
operasionalnya.
e.
Menghemat atau
mengurangi biaya pendidikan, seperti berkurangnya biaya untuk membayar pengajar
atau biaya akomodasi dan transportasi peserta didik ke tempat belajar.
f.
Pembelajaran
dengan dukungan teknologi internet membuat pusat perhatian dalam pembelajaran
tertuju pada peserta didik. Ini berarti dalam pembelajaran peserta didik tidak
bergantung sepenuhnya kepada pengajar. Peserta didik belajar dengan mandiri
untuk menggali ilmu pengetahuan melalui internet dan media teknologi informasi
lainnya.[14]
2.
Kekurangan
Sedangkan berberapa kekurangan yang dimiliki dalam pemanfaatan e-learning
untuk proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.
Kurangnya
interaksi antara pengajar dan pelajar, atau bahkan antar pelajar itu sendiri.
Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar.
b.
Kecenderungan
mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial, dan sebaliknya mendorong
tumbuhnya aspek bisnis atau komersial.
c.
Proses belajar
mengajar cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.
d.
Berubahnya
peran pengajar dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional,
kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran menggunakan ICT.
e.
Kurangnya
mereka yang mengetahui dan memiliki keterampilan tentang internet.[15]
Kekurangan yang lainnya antara lain:
a.
Masalah
kesiapan institusi, penerapan e-learning menuntut kesiapan institusi
atas segala konsekuensinya. Institusi harus menyiapkan perangkat kebijakan dan
peraturan untuk penerapan, termasuk biaya.
b.
Masalah
kesiapan instuktur, permasalahan pada instruktur bukan hanya terletak pada
kesiapan untuk mengubah sistem pembelajaran konvensional ke e-learning.
Instruktur harus siap untuk bekerja lebih keras karena harus mengelola dan
memelihara. Masalah lainya adalah kemampuan pemanfaatan ICT yang belum merata.
c.
Masalah
kesiapan siswa, siswa dituntut mampu memotivasi diri sendiri agar mau belajar
mandiri.
d.
Masalah biaya
investasi, institusi harus mengeluarkan biaya investasi awal yang cukup besar
untuk menerapkan e-learning. Biaya investasi dapat berupa biaya desain
dan pembuatan program LMS, biaya pembuatan materi dan biaya yang lainnya.
e.
Masalah
teknologi, karena teknologi bisa beragam, maka ada kemungkinan teknologi
tersebut tidak sejalan dengan yang sudah ada, sehingga e-learning tidak
berjalan dengan baik.
f.
Masalah infrastruktur,
infrastruktur jaringan internet belum menjangkau seluruh wilayah di Indonesia,
akibatnya belum semua orang atau wilayah dapat merasakan e-learning
dengan internet.
g.
Masalah materi
pembelajaran, walaupun e-learning menawarkan berbagai fungsi, ada
sejumlah materi yang tidak dapat diajarkan, seperti praktik perakitan hardware.
h.
Belum
memadainya perhatian dari berbagai pihak terhadap penerapan pembelajaran
terbuka dan jarak jauh melalui internet.[16]
KESIMPULAN
1.
E-learning merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan melalui network
(jaringan), sehingga bahan ajar yang disampaikan kepada peserta didik
menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi berupa komputer dan
jaringan internet. Karakteristik: Komunikasi antar pendidik-peserta didik dapat
berjalan cepat dan mudah, menggunakan keunggulan media digital dan jaringan
komputer, bahan ajar bersifat mandiri dan disiapkan oleh para
profesional, jadwal pembelajaran, kurikulum,
hasil kemajuan belajar diunggah dalam perangkat lunak e-learning.
2.
Sejarah dan perkembangan
e-learning: Tahun 1990 CBT mulai bermunculan dengan aplikasi e-learning
yang berjalan pada PC standlone atau berbentuk kemasan CD-ROM, tahun
1994 dikembangkan dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi
secara massal, tahun 1997 LSM dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan informasi
yang harus diperoleh dengan cepat, tahun 1999 aplikasi e-learning
berbasis web mulai muncul.
3.
Fungsi e-learning
dalam pembelajaran: suplemen, komplemen dan substitusi.
4.
Teknologi e-learning:
a. Audio Conreferencing. b. Videobroadcasting. c. Videoconferencing.
d. Aplikasi e-learning berbasis open source : Moodle dan Atutor.
e. E-learning dan Intelligent Tutoring System (ITS)
5.
Aplikasi TIK
untuk e-learning: situs pembelajaran, e-mail, dan silabus online.
6.
13
|
Munir. Kurikulum
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta, 2010.
Prasojo, Lantip Diat. Teknologi Informasi Pendidikan.
Yogyakarta: Gaya Media, 2011.
Sutanta, Edhy.
“Konsep dan Implementasi E-learning (Studi Kasus Pengembangan E-learning
di SMA N 1 Sentolo Yogyakarta).” (Jurusan Teknik Informatika, Fakultas
Teknologi Industri, IST AKPRIND).
Sutopo, Ariesto
Hadi. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2012.
Yakub. Pengantar
Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
[1] Munir, Kurikulum
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bandung: Alfabeta, 2010),
202-203.
[2] Yakub, Pengantar
Sistem Informasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 134.
[3] Ibid.,
135.
[4] Ibid.,
135-136.
[6] Ariesto Hadi Sutopo, Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),
145.
[7] Ibid., 146.
[8] Edhy Sutanta,
“Konsep dan Implementasi E-learning (Studi Kasus Pengembangan E-learning
di SMA N 1 Sentolo Yogyakarta,” (Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi
Industri, IST AKPRIND), 2.
[9] Munir, Kurikulum
Berbasis Teknologi, 210-211.
[10] Ibid., 211-212.
[11] Ibid., 213.
[12] Ibid.
[13] Ibid., 215.
[14] Ibid., 205.
[15] Prasojo, Teknologi Informasi Pendidikan, 222.
[16] Sutanta, “Konsep
dan Implementasi E-learning”, 13-14.








Tidak ada komentar:
Posting Komentar