BAURAN PEMASARAN JASA PENDIDIKAN
Makalah ini
dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“ Manajemen
Pemasaran Pendidikan ”
Disusun oleh : Kelompok 5
1.
Dwi Lestari (210315260)
2.
Diva Savitri (210315273)
3.
Habib Rumpoko (210315265)
KELAS PAI.H
Dosen pengampu
Mella Mardayanti, S.Pd., M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Unsur Bauran Pemasaran Jasa Pendidikan........................... 2
B.
Analisis Pemasaran Jasa Pendidikan.................................... 5
C.
Analisis Lingkungan Sekolah................................................ 7
D.
Strategi Bersaing Sekolah..................................................... 11
E.
Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan..................................... 14
BAB III : KESIMPULAN
A.
Kesimpulan ........................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam suatu organisasi entah itu perusahaan ataukah lembaga
pendidikan tentu membutuhkan jasa pemasaran agar program dari organisasi
tersebut bisa dikenal atau dipahami oleh masyarakat umum. Tentu saja dalam
memasarkan program tersebut perlu adanya bauran pemasaran jasa. Kotler
dan Amstrong mendefinisikan bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran
taktis terkendali yang dipadukan perusahaan
untuk menghasilkan respon yang diinginkan di pasar sasaran.[1]
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa bauran pemasaran jasa adalah
elemen-elemen organisasi perusahaan yang dapat dikontrol oleh perusahaan dalam
melakukan komunikasi dengan konsumen dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen.[2]
Adapun elemen-elemen dari bauran pemasaran jasa adalah terdiri dari
7P dan 4P. Elemen-elemen tersebut juga berlaku untuk bauran pemasaran jasa
pendidikan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai bauran pemasaran jasa
pendidikan ini, di makalah ini penulis akan membahasnya dengan harapan
penjelasan ini bisa bermanfaaat untuk para pembaca dan khususnya untuk penulis.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja unsur bauran pemasaran jasa pendidikan?
2.
Bagaimana analisis pemasaran jasa pendidikan?
3.
Bagaimana analisis lingkungan sekolah?
4.
Apa saja strategi bersaing sekolah?
5.
|
1
|
PEMBAHASAN
A.
Unsur Bauran Pemasaran Jasa Pendidikan
Cara untuk mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif adalah
melalui pemanfaatan unsur-unsur bauran pemasaran. Konsep bauran pemasaran
pertama kali diutarakan oleh McCarthy yang mengemukakan empat unsur utama
bauran pemasaran yang dikenal dengan istilah “4P”, yaitu product (produk),
price (harga), place (tempat), serta promotion (promosi).
Namun demikian, pendekatan bauran pemasaran 4P tradisional hanya dapat
diterapkan untuk pemasaran produk. Bagi sektor jasa, 4P terlalu terbatas untuk
menyediakan kerangka pemikiran pemasaran dan perencanaan strategi pemasaran
jasa. Oleh sebab itu, James dan Phillips menyarankan 3P tambahan dalam
pemasaran jasa, yaitu people (orang), physical evidence (bukti
fisik), dan process (proses).
Hampir sama dengan James dan Phillips, Kotler dan Fox juga
menyatakan bahwa pemasar jasa pendidikan akan menawarkan jasa pendidikan dengan
bauran pemasaran yang terdiri atas tujuh alat pemasaran jasa pendidikan, yang
juga dikenal dengan istilah 7P, yaitu product (produk), price (harga),
place (tempat), promotion (promosi), people (orang), physical
evidence (bukti fisik), serta process (proses).
|
2
|
|
Tabel 1. Bauran Pemasaran dari Sudut
Pandang Organisasi dan Pasar
|
|
Gambar 2. Bauran Pemasaran dan Lingkungan
Pemasaran
|
|
Permintaan
Produk Jasa
|
|
Faktor-faktor
yang Tidak Dapat Dikendalikan
·
Masalah
Politik
·
Batasan
hukum
·
Faktor-faktor
sosial budaya
·
Unsur-unsur
ekonomi
·
Teknologi
·
Faktor-faktor
persaingan
·
Ketidakseimbangan
lingkungan
|
|
Faktor-faktor
yang dapat Dikendalikan (Bauran Pemasaran)
·
Rentang
produk/jasa
·
Tingkat
harga Empat
dimensi yang
·
Struktur
distribusi “keras”
·
Strategi
promosi
·
Orang Tiga
dimensi yang
·
Bukti
fisik “lebih
lunak”
·
Pengelolaan
proses
|
|
Bauran
Pemasaran
|
|
|
Sudut
Pandang Organisasi (4P)
|
Sudut
Pandang Pasar (4C)
|
|
Produk (product)
|
Jalan keluar
terhadap masalah pelanggan (customer solution)
|
|
Harga (price)
|
Biaya yang
dikenakan kepada pelanggan (cost to customer)
|
|
Tempat (place)
|
Menyenangkan
dan nyaman untuk memperoleh produk (convenience)
|
|
Promosi (promotion(
|
Komunikasi
organisasi kepada pelanggan (communication(
|
James dan Phillips mengevaluasi praktik pemasaran jasa pendidikan
11 sekolah yang menawarkan jasa pendidikan, termasuk sekolah dasar, sekolah
menengah, sekolah negeri, serta sekolah swasta yang beroperasi di lingkungan
pendidikan yang bersaing. Berikut adalah hasil temuan risetnya.[4]
1.
Produk (Product), meliputi fasilitas dan pelayanan yang
ditawarkan sekolah. Meskipun sekolah yang disurvei sangat giat menawarkan
produk jasa pendidikan berkualitas, tetapi sejumlah masalah masih ditemukan,
yakni sebagai berikut:
a. Kurangnya pertimbangan terhadap
ragam penawaran karena sekolah-sekolah tersebut banyak memberikan penawaran.
Sekolah harus melakukan spesialisasi dalam hal tertentu.
b. Adanya kebutuhan untuk melihat
pelajaran, yakni keuntungan yang akan diperoleh pelanggan jasa pendidikan
(siswa) dibandingkan hanya memberikan gambaran umum tentang kandungan materi
yang terdapat pada pelajaran tersebut.
c. Adanya kebutuhan untuk memastikan
bahwa kualitas dilihat dalam arti terpenuhinya kebutuhan pelanggan jasa
pendidikan dibandingkan dengan kualitas pelajaran itu sendiri.
2.
Harga (price), yaitu pembiayaan (costing) yang
membandingkan pengeluaran dengan pendapatan pelanggan jasa pendidikan dan
penentuan harga atau harga yang dikenakan kepada pelanggan jasa pendidikan. Hal
ini terlihat nyata pada sekolah swasta karena pilihan pasar terbuka bagi calon
orang tua siswa, yaitu antara “sekolah swasta yang mahal” dan “sekolah negeri
yang bagus dan gratis”.[6]
3.
Lokasi (place), yaitu kemudahan akses, penampilan, dan
kondisi sekolah secara keseluruhan. Jika sekolah memerhatikan masalah
penampilan (misalnya, melalui dekorasi, penampilan, dan ucapan selamat datang
kepada pengunjung), perhatian sekolah akan semakin berkurang terhadap masalah
akses (seperti parkir untuk pengunjung sekolah, akses bagi para penyandang
cacat, konsultasi di luar sekolah, dan mesin penjawab telepon).[7]
4.
Promosi (promotion), yaitu kemampuan untuk mengkomunikasikan
manfaat yang diperoleh sekolah ke pelanggan potensial sekolah. Meskipun
sebagian besar sekolah telah aktif pada aktivitas promosi, tetapi dari 11
sekolah yang disurvei, hanya kurang dari setengahnya yang telah mengiklankan
diri.[8]
5.
Orang (people), yaitu orang yang terlibat untuk menyediakan
jasa pendidikan. Permasalahannya adalah tidak semua karyawan sekolah dapat
menyampaikan pesan yang sama kepada orang tua siswa dan kelompok lain di luar
sekolah. Ini terkait dengan budaya sekolah yang tidak sepenuhnya mengambil
pendekatan yang berorientasi pada pasar.[9]
6.
Bukti fisik (proof) yaitu bukti bahwa pelanggan jasa
pendidikan mendapatkan manfaat sehingga muncul pertanyaan tentang pengawasan
dan evaluasi (hasil ujian). Hasil temuan itu membuktikan bahwa sekolah tidak
bisa mengemukakan aspek-aspek apa pun dari tindakannya yang menunjukkan bukti
dari manfaat jasa yang diberikan kepada pelanggan jasa pendidikan.[10]
7.
Proses (process), yaitu sistem operasi sekolah untuk
mengatur pemasaran jasa pendidikan dengan dampak yang jelas terhadap penempatan
karyawan sekolah dalam hal pembagian tanggung jawab untuk mengoordinasikan dan
mencari sumber daya bagi strategi pemasaran jasa pendidikan. Dari 11 sekolah
yang disurvei, tidak ada satu sekolah pun yang memberikan kepercayaan kepada
seorang karyawan sekolah mengenai tanggung jawab itu, dimana pengelolaan dan
operasinya cenderung tidak terencana dan intuitif, bukan rencana secara
strategis dan sistematis.[11]
B.
Analisis Pemasaran Jasa Pendidikan
Kenichi Ohmae, ahli pemikiran strategis yang terkenal dari Jepang
berkata bahwa ahli strategi harus berfokus pada tiga faktor kunci untuk
keberhasilan strategi organisasinya. Ohmae menemukan strategi generik yang
dikenal dengan konsep 3C atau setigita strategis. Di dalam konsep 3C, ada tiga
pemain utama konstruksi strategi, yaitu organisasi/korporasi (corporation),
pelanggan (customer), serta kompetitor (competitor). Apabila kita
menyatupadukan konsep 3C ke dalam segitiga strategis jasa pendidikan, sekolah akan
mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Oleh karena itu, berikut ini
adalah tiga strategi sekolah berdasarkan 3C.[12]
1.
Strategi berdasarkan organisasi (corporate-based strategy).
Tujuan strategi ini adalah meningkatkan kekuatan relatif sekolah terhadap
kompetisi di dalam bidang fungsional sekolah agar bisa mencapai keberhasilan
sektor jasa pendidikan. Strategi ini terdiri atas tiga keputusan penting, yaitu
sebagai berikut.
a.
Kemampuan untuk memilih dan melakukan sesuatu hal dengan teratur.
b.
Membuat atau membeli. Ketika biaya gaji karyawan sekolah meningkat
drastis, pemimpin sekolah perlu mengambil keputusan untuk melakukan subkontrak.
c.
Efektivitas biaya. Efektivitas biaya tercapai melalui pengurangan
biaya jasa pendidikan dasar yang lebih efektif dari sekolah kompetitornya;
melaksanakan pemilihan yang lebih besar pada pesanan jasa pendidikan yang
diterima, produk jasa pendidikan yang ditawarkan, serta fungsi-fungsi jasa
pendidikan yang dijalankan; dan membagi fungsi-fungsi jasa pendidikan tertentu
ke dalam unit-unit sekolah lain atau bahkan dengan sekolah kompetitor.[13]
2.
Strategi berdasarkan pelanggan (customer-based strategy).
Tujuan strategi ini adalah memenuhi kebutuhan pelanggan jasa pendidikan. Oleh
sebab itu, kita perlu melakukan segmentasi berdasarkan tiga hal penting, yaitu
berdasarkan tujuan jasa pendidikan, berdasarkan ruang lingkup pelanggan jasa
pendidikan, dan berdasarkan pasar jasa pendidikan.
3.
Strategi berdasarkan kompetitor (competitor-based strategy).
Strategi ini dibuat berdasarkan sumber diferensiasi sekolah menurut fungsi
pembelian, rancangan, teknik, penjualan, serta jasa.[14]
Davies dan Ellison mengemukakan taksonomi empat bidang analisis
pemasaran jasa pendidikan yang menunjukkan informasi dan pendekatan pengumpulan
data pemasaran jasa pendidikan. Informasi tersebut dikumpulkan oleh pemasar
jasa pendidikan, tetapi agar bisa menghargai posisi strategis sekolah secara
utuh, pemasar jasa pendidikan perlu memahami cara para pemangku kepentingan
sekolah (siswa, karyawan sekolah, pemerintah, dan masyarakat) memandang situasi
strategis yang dihadapinya dan arah kebijakan sekolah.[15]
|
Bidang Analisis
|
Data yang Diperlukan
|
Pendekatan yang Tersedia
|
|
Lingkungan
sekolah
|
Tren
internasional
Tren
nasional
Tren
regional/lokal
|
Analisis
PESTLE (Political, Economic, Sosio-cultural, Technological, Legal and
Educational)
|
|
Produk
dan Jasa Sekolah
|
Bidang
kekuatan dan kelemahan serta pertumbuhan dan kontraksi
Persepsi
terhadap sekolah
|
Analisis
SWOT (Strengths, Weaknesess, Opportunities and Threats)
GRIDS
(Guidelines for Review and Internal Development in Schools)
Evaluasi
internal
Inspeksi
eksternal
Survei
perilaku
|
|
Pelanggan
atau para pemangku kepentingan di sekolah
|
Pelanggan/klien
yang ada dan potensial
Nilai,
keinginan, dan kebutuhan pelanggan
|
Segmentasi
pasar
Data
demografi dan survei
Data
pilihan
|
|
Kompetitor
sekolah
|
Produk
dan jasa yang ditawarkan sekolah beserta kekuatan dan kelemahannya
Persepsi
terhadap keputusan sekolah
|
Analisis
SWOT
Data
survei pelanggan
Analisis
kompetitor
|
C.
Analisis Lingkungan Sekolah
Sekolah memiliki hubungan timbal
balik dengan lingkungannya. Oleh karena itu, sekolah membutuhkan beragam sumber
daya (siswa, dana, sukarelawan, waktu dan energi). Akibatnya, sekolah
menawarkan pelayanan dan kepuasan untuk pelanggan jasa pendidikan. Terdapat
lima bidang pertukaran utama pada lingkungan sekolah, yaitu sebagai berikut.
1.
Lingkungan internal (internal environment), meliputi
kelompok dalam sekolah.
2.
Lingkungan pasar (market environment), meliputi kelompok
penyedia sumber daya bagi sekolah.
3.
Lingkungan masyarakat (public environment), meliputi
kelompok masyarakat yang pandangannya memengaruhi organisasi dan sistem kerja
sekolah.
4.
Lingkungan persaingan (competitive environment), meliputi
sekolah yang bersaing pada pasar jasa pendidikan dan atau untuk mendapatkan
dukungan msayarakat.
5.
Lingkungan makro (macro environment), meliputi kerangka
kebijakan dan administratif yang lebih luas tempat sekolah diselenggarakan.[17]
Pemasar jasa pendidikan harus
proaktif dan memandang ke depan pentingnya memahami tren lingkungan yang
terjadi di lingkungan sekitar. Tren lingkungan yang dihadapi pemasar jasa
pendidikan perlu diperhatikan dengan melakukan analisis lingkungan. Jhonson dan
Scholes mengemukakan lima tahap penting dalam analisis lingkungan.
Tahapan-tahapan tersebut antara lain sebagai berikut.
1.
Melakukan audit pada pengaruh lingkungan sekolah yang bertujuan
untuk mengidentifikasi faktor lingkungan sekolah yang bisa memengaruhi
perkembangan sekolah dan kinerja sekolah sebelumnya.
2.
Melakukan penilaian sifat lingkungan sekolah, serta taraf
ketidakpastian dan perubahan lingkungan sekolah yang kemungkinan dapat terjadi.
3.
Melakukan identifikasi terhadap kekuatan utama lingkungan sekolah,
seperti sifat dan struktur pasar jasa pendidikan.
4.
Melakukan identifikasi terhadap posisi bersaing sekolah, yang
meliputi:
a.
Analisis kelompok strategis sekolah, di mana sekolah kompetitor
dipetakan menurut perbedaan, persamaan, kemampuan dan strategi untuk mengikuti
strategi sekolah kita.
b.
Analisis pangsa pasar sekolah, yang bertujuan untuk menyoroti
tingkat kakuatan relatif pasar jasa pendidikan.
5.
Melakukan identifikasi terhadap peluang dan ancaman utama yang
terjadi di sekolah.
6.
Memahami posisi strategis sekolah.
Ada dua jenis sudut pandang
lingkungan yang dapat memengaruhi aktivitas
pemasaran jasa pendidikan. Oleh karena itu, lingkungan pemasaran dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1.
Lingkungan makro (macro environment), yaitu PEST (political
environment, economic environment, Social environment, Technological
environment, Legal environment, dan Educational environment).
a.
Social environment (lingkungan
sosial), yang meliputi:
1)
Perubahan masyarakat beserta pengaruhnya terhadap masyarakat lokal.
2)
Perubahan pola perkerjaan dan waktu luang masyarakat.
3)
Peran sekolah untuk meningkatkan pengembangan modal sosial.
4)
Penyelidikan batasan antara tahapan pendidikan yang berbeda-beda
serta antara pendidikan dan masyarakat.
5)
Berfokus pada pentingnya aktivitas pembelajaran.
b.
Technological environment (lingkungan teknologi), yang meliputi:
1)
Perubahan sifat, ketersediaan, dan kemampuan teknologi.
2)
Pengaruh radikal gaya mengajar dan pembelajaran sebagai dampak
teknologi pembelajaran yang baru.
3)
Perubahan sifat dan lokasi perkerjaan akibat perkembangan
teknologi.[18]
c.
Educational environment (lingkungan
pendidikan), yang meliputi:
1)
Pengendalian dan campur tangan pemerintah pusat serta pengaruh
pemerintah pusat pada perkembangan sekolah.
2)
Kerangka tanggung jawab sekolah dan pengaruhnya pada pilihan orang
tua siswa.
3)
Harapan proses pembelajaran, yang berfokus pada pentingnya individu
pembelajar untuk berhubungan dengan tahapan dan gaya pembelajaran yang dipilih.
4)
Perbedaan tahap pendidikan dengan masyarakat dan pendidikan
masyarakat.
5)
Pandangan masyarakat umum dan lokal terhadap perubahan, serta
konflik terhadap tujuan pendidikan dan tujuan sekolah. [19]
6)
Redefinisi kepemimpinan dan fungsi-fungsi manajemen pendidikan di
sekolah.
7)
Terfokus pada prestasi belajar siswa yang tinggi.
8)
Pengembangan kurikulum yang terpusat dan kerangka pengujian
pembelajaran siswa yang menyediakan ukuran output dan nilai tambah jasa
pendidikan, sehingga dapat memberikan banyak informasi tentang pilihan orangtua
siswa terhadap sekolah.
d.
Economic environment (lingkungan
ekonomi), yang meliputi:
1)
Perubahan pola industri dan perdagangan, seperti pekerjaan berubah
dari sektor manufaktur menjadi jasa sehingga dapat memengaruhi sektor
pendidikan.
2)
Tren perolehan nilai tambah jasa pendidikan pada berbagai tingkat
sumber daya, sehingga sekolah dibandingkan dalam istilah “nilai uang” dengan
pergerakannya untuk mencapai peningkatan kinerja pendidikan pada tingkat sumber
daya yang sama.
3)
Pengaruh pola pekerjaan pada pengangkatan dan pengembangan profesi
karyawan sekolah.
4)
Kesulitan rekrutmen karyawan sekolah dan pemeliharaan karyawan
sekolah yang potensial sehingga dapat meningkatkan biaya pendidikan.
5)
Perubahan potensial pada pola pengangkatan dan penyusunan formasi
karyawan sekolah.
6)
Pengaruh variasi pembiayaan secara lebih luas sehingga mengaburkan
definisi pendanaan jasa publik antara pendanaan pemerintah dan pendanaan
swasta.
7)
Dampak pengendalian pemerintah terhadap pembelanjaan melalui
program hibah.[20]
e.
Political environment
(lingkungan politik), yaitu meliputi:
1)
Meningkatkan pemilihan pelanggan jasa pendidikan terhadap produk
jasa pendidikan, yang tercermin pada strategi diferendiasi sekolah terhadap
kemampuan untuk memilih sekolah.
2)
Kerja sama internasional yang lebih luas.
3)
Meningkatnya pemanfaatan kontrak jangka pendek bagi karyawan
sekolah.
2.
Lingkungan mikro (micro environment), meliputi 3C dan 1M (corporation)
koperasi, (customer) pelanggan, (competitor) kompetitor, dan (market)
pasar.[21]
D.
Strategi Bersaing Sekolah
Pemimpin organisasi apapun menghadapi tantangan persaingan
berkaitan dengan masalah globalisasi, peningkatan efektivitas melalui
pertumbuhan, modal intelektual, teknologi, dan perubahan secara terus-menerus.
Agar dapat menghadapi tantangan tersebut, pemimpin sekolah selaku pemimpin
pendidikan seharusnya mengembangkan keunggulan kompetitif sekolah yang tidak
mudah ditiru sekolah kompetitor. Keunggulan kompetitif sekolah dapat diciptakan
melalui strategi efisiensi, kualitas produk, dan inovasi.
Untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, sekolah
membutuhkan dukungan pemimpin sekolah dan karyawan sekolah yang berkualitas.
Pemimpin sekolah harus mengembangkan kompetensi dan kreativitas, mampu berperan
sebagai agen perubahan sekolah, serta melihat fungsi SDM sebagai sumber
keunggulan kompetitif sekolah. Jadi,
pemimpin sekolah harus mengarahkan karyawan sekolah untuk mewujudkan Sustainable
Compatitive Advantage (SCA). Selain
itu, pemimpin sekolah harus memegang kendali dirinya sendiri dan menciptakan
pasar jasa pendidikan di masa mendatang. Pemimpin sekolah juga harus meramu
visi dan misinya, SDM-nya, serta strategi bersaingnya untuk menciptakan sekolah
berkelas dunia. Sebagaimana gambar berikut![22]
|
Perumusan Kembali Visi dan Misi Sekolah
|
|
Organisasi Sekolah Berkelas Dunia
|
|
Mengembangkan Budaya Sekolah
|
|
Mengembangkan Keunggulan Kompetitif
Sekolah
|
|
Tantangan Persaingan
|
|
Pemimpin Sekolah
|
![]() |
Gambar: Strategi
Kompetitif Sekolah Untuk Mencapai Sekolah Berkelas Dunia
Fokus
Kepemimpinan Biaya Diferensiasi
|
Ket:
·
Kepemimpinan Biaya =
Strategi Pengurangan Biaya Pendidikan
·
Fokus =
Strategi Kualitas Pendidikan
·
Diferensiasi =
Strategi Inovasi Pendidikan
Gambar
: Tiga Strategi Generik Porter
|
Berikut ini
adalah uraian dari ketiga generik sekolah tersebut.
1.
Strategi Pengurangan Biaya Pendidikan
Strategi pengurangan biaya pendidikan merupakan strategi sekolah
untuk menurunkan biaya jasa pendidikan serendah mungkin sehingga harga jasa
pendidikan yang ditawarkan lebih rendah dari sekolah kompetitor. Apabila
sekolah menggunakan strategi pengurangan biaya pendidikan, perilaku peran yang
diperlukan antara lain:
a.
Perilaku guru yang berulang-ulang dan dapat diperkirakan.
b.
Fokus sekolah adalah jangka pendek.
c.
Mengutamakan individu dan otomatisasi.
d.
Perhatian guru yang cukup pada mutu pendidikan, tetapi lebih tinggi
pada kuantitas pendidikan.
e.
Guru kurang berani mengambil resiko.
f.
Guru lebih menyukai aktivitas pendidikan yang stabil. [23]
2.
Strategi Kualitas Pendidikan
Strategi kualitas pendidikan ialah strategi sekolah untuk membuat
produk jasa pendidikan yang lebih berkualitas dibandingkan dengan sekolah
kompetitor. Jika sekolah menggunakan strategi kualitas pendidikan perilaku
peran yang diperlukan antara lain:
a.
Perilaku guru yang berulang-ulang dan dapat diperkirakan.
b.
Fokus sekolah adalah jangka menengah.
c.
Kerjasama antar guru yang memadai.
d.
Perilaku guru yang saling melengkapi.
e.
Perhatian guru yang tinggi pada mutu pendidikan, tetapi sedang pada
kuantitas pendidikan.
f.
Fokus guru yang tinggi terhadap proses pendidikan.
g.
Guru kurang berani mengambil resiko.
h.
Guru memiliki komitmen yang cukup terhadap tujuan sekolah.[24]
3.
Strategi Inovasi Pendidikan
Strategi inovasi pendidikan ialah
strategi sekolah untuk membuat produk jasa pendidikan yang unik daripada
sekolah kompetitornya. Apabila sekolah menggunakan strategi inovasi pendidikan,
perilaku peran yang diperlukan antara lain:
a.
Tingkat kreativitas guru yang tinggi.
b.
Fokus sekolah adalah jangka panjang.
c.
Kerjasama antar guru yang tinggi.
d.
Perilaku guru yang saling melengkapi.
e.
Perhatian guru yang memadai pada mutu dan kuantitas pendidikan.
f.
Adanya keseimbangan antara hasil pendidikan dan proses pendidikan.
g.
Memiliki toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian kondisi
sekolahnya.[25]
E.
Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan
Pemasar
jasa pendidikan harus membangun sudut pandang masa depan sekolahnya dengan
baik. Oleh sebab itu, pemasar jasa pendidikan harus memiliki pola pikir yang
berpandangan kedepan dan belakang sehingga dapat mempersiapkan karyawan sekolah
dan siswa untuk menyongsong masa depan sekolah. Jadi, pemasar jasa pendidikan
perlu mengembangkan strategi, yang didefinisikan Johnson dan Scholes sebagai
arah dan ruang lingkup organisasi didalam jangka panjang, yang bertujuan
mencapai keunggulan organisasi melalui bentuk-bentuk sumber daya dalam
lingkungan yang berubah, memenuhi kebutuhan pasar dan harapan para pemangku
kepentingan. [26]
Setiap
organisasi membutuhkan tujuan atau sasaran, kebijaksanaan, program serta
keputusan strategi. Quinn dkk juga menganalisis fungsi-fungsi strategi dan
merumuskan formula 5P untuk strategi, yaitu sebagai berikut:
1.
Plan (rencana), yang
menyertai kesinambungan tindakan organisasi yang diharapkan.
2.
Play (cara), yang mengambil
posisi untuk memberdaya kompetitor.
3.
Pattren (pola), yaitu
strategi harus selaras dengan perilaku organisasi
4.
Position (posisi), yaitu
organisasi yang berorientasi pada dirinya sendiri akan menempati lokasi khusus
dalam pasar atau bidangnya.
5.
Prespektive (sudut pandang),
yaitu cara organisasi untuk melihat peran dan posisinya.
Di
dalam peran strategis, strategi pemasaran mencakup berbagai aktivitas untuk
membentuk kesesuaian antara organisasi dan lingkungan. Oleh karena itu,
strategi pemasaran dapat mencari solusi terhadap permasalahan organisasi dengan
menentukan beberapa hal berikut:
1.
Apakah
ruang lingkup usaha organisasi dan apakah jenis usaha yang akan dimasuki oleh
organisasi tersebut dimasa mendatang?
2.
Bagaimana
memilih dibidang usaha yang mungkin akan berhasil dijalankan dalam lingkungan
yang kompetitif dengan mengikuti sudut pandang produk, harga, promosi, dan
distribusi untuk melayani pasar sasaran?.
Strategi dapat mencakup penentuan arah
jangka panjang organisasi (misalnya, lima tahun) dan bergerak maju atas dasar
operasi harian. Beberapa konsep strategi pemasaran yang disebutkan dapat
langsung diterapkan didunia pendidikan, namun masalahnya dunia pendidikan tidak
mampu mengendalikan apa yang sedang terjadi karena perubahan eksternal yang
mempengaruhinya, tetapi kemungkinan besar alasannya adalah dunia pendidikan
belum mengembangkan strategi pemasaran yang tepat bagi lingkungannya.[27]
Beberapa sekolah mempunyai rencana
pemasaran strategis untuk mengetahui strategi mereka. Sekolah-sekolah tersebut
melihat rencana pemasaran sebagai proposal rasional yang terbentang pada
periode tiga sampai dengan lima tahun. Beberapa sekolah lain tidak mengikuti
oeriode tersebut karena sekolah-sekolah tersebut yakin bahwa langkah perubahan
itu sangat besar dan tidak dapat diramalkan sehingga rencana pemasaran tersebut
dapat diubah. Sekolah-sekolah tersebut membuat rencana pemasaran yang sederhana
yaitu rencana pemasaran dua tahun.
Setiap sekolah selalu berusaha agar tetap
hidup, berkembang, dan dapat bersaing. Setiap sekolah perlu menentukan dan
menerapkan strategi serta melakukan aktivitas pemasaran jasa pendidikan.
Aktivitas pemasaran jasa pendidikan yang dilakukan sekolah mengubah penilaian
masyarakat terhadap kialitas sekolah dalam jangka panjang dan merupakan cara
untuk membangun citra sekolah secara keseluruhan.
Menurut Wilson dan Gilligan, organisasi
menggunakan strategi STP (segmentation,
targeting, dan possitioning) sebagai peran strategis minimal karena
organisasi tersebut mempunyai budaya organisasi yang reaktif sehingga membuat
dirinya sendiri menjadi tidak berdaya dan tetap berada dalam sektor pasar yang
sama untuk beberapa waktu tertentu. Sebagai alternatif, Kotler dan Fox telah
mengidentifikasi tiga unsur penting dari perumusan strategi pemasaran, dengan
tujuan untuk memastikan bahwa organisasi berperan dipasar dengan cara yang paling
efektif. Ketiga unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Strategi
penentuan pasar sasaran (Target Market
Strategy). Strategi ini bertujuan untuk
mengidentifikasi segmen pasar jasa pendidikan tertentu dari total pasar jasa
pendidikan. Pemasar jasa pendidikan hanya berfokus pada segmen pasar jasa
pendidikan tersebut.
2.
Strategi
penentuan posisi pasar persaingan (Competitive
Positioning Strategy). Strategi ini bertujuan
mengidentifikasi berbagai atribut sekolah sehingga membuat sekolah berbeda dari
kompetitor yang beroperasi pada segmen pasar jasa pendidikan yang sama.
3.
Strategi
bauran pemasaran (Marketing Mix Strategy).
Strategi ini merupakan perpaduan unsur-unsur yang disajikan sekolah kepada
pelanggan jasa pendidikan untuk mempromosikan jasa pendidikan.[28]
KESIMPULAN
1.
Unsur Bauran Pemasaran Jasa Pendidikan
Unsur bauran
pemasaran jasa pendidikan terdiri atas tujuh alat pemasaran jasa pendidikan,
yang juga dikenal dengan istilah 7P, yaitu product (produk), price (harga),
place (tempat), promotion (promosi), people (orang), physical
evidence (bukti fisik), serta process (proses).
2.
Analisis Pemasaran Jasa Pendidikan
|
Bidang Analisis
|
Data yang Diperlukan
|
|
Lingkungan
sekolah
|
Tren
internasional
Tren
nasional
Tren
regional/lokal
|
|
Produk
dan Jasa Sekolah
|
Bidang
kekuatan dan kelemahan serta pertumbuhan dan kontraksi
Persepsi
terhadap sekolah
|
|
Pelanggan
atau para pemangku kepentingan di sekolah
|
Pelanggan/klien
yang ada dan potensial
Nilai,
keinginan, dan kebutuhan pelanggan
|
|
Kompetitor
sekolah
|
Produk
dan jasa yang ditawarkan sekolah beserta kekuatan dan kelemahannya
Persepsi
terhadap keputusan sekolah
|
3.
Analisis Lingkungan Sekolah, meliputi: 1) Melakukan audit pada pengaruh lingkungan sekolah, 2) Melakukan
penilaian sifat lingkungan sekolah, 3) Melakukan identifikasi terhadap kekuatan
utama lingkungan sekolah, 4) Melakukan identifikasi terhadap posisi bersaing
sekolah, 5) Melakukan identifikasi terhadap peluang dan ancaman utama yang
terjadi di sekolah, dan 6) Memahami posisi strategis sekolah.
4.
Strategi Bersaing Sekolah, terdiri dari: 1) Strategi Pengurangan Biaya Pendidikan, 2) Strategi Kualitas
Pendidikan, dan 3) Strategi Inovasi Pendidikan
5.
Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan, terdiri dari: 1) Strategi penentuan pasar sasaran (Target Market Strategy), 2) Strategi
penentuan posisi pasar persaingan (Competitive
Positioning Strategy), dan 3) Strategi bauran pemasaran (Marketing Mix Strategy)
|
18
|
Glendy
Tangkilisan dkk, “Bauran Pemasaran Jasa Pendidikan Pengaruhnya Terhadap Keputusan
Siswa Dalam Memilih Sekolah di SMKN 1 Manado”, Jurnal Emba Vol.2 No.4 Desember
2014, 269-277.
Handayani,
Asih. “Analisis Bauran Pemsaran Terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Program
Studi (Studi Di Fakultas Ekonomi Universitas Bojonegoro).” PhD Thesis,
Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2017.
Wijaya, David. Pemasaran Jasa Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
[1] Asih Handayani,
“Analisis Bauran Pemsaran Terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Program Studi
(Studi Di Fakultas Ekonomi Universitas Bojonegoro)” (Universitas Muhamadiyah
Surakarta, 2017). hlm. 17.
[2] Glendy
Tangkilisan dkk, “Bauran Pemasaran Jasa Pendidikan Pengaruhnya Terhadap
Keputusan Siswa Dalam Memilih Sekolah Di SMKN 1 Manado”, Jurnal Emba Vol.2 No.4
Desember 2014, 269-277. Hlm 272.
[3] David Wijaya, Pemasaran
Jasa Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 69.
[4] Ibid.,
71.
[5] Ibid.
[6] Ibid.,
71-72.
[7] Ibid.,
72.
[8] Ibid.
[9] Ibid.
[10] Ibid.
[11] Ibid.,
72-73.
[12] Ibid.,
73.
[13] Ibid.,
73-74.
[14] Ibid.,
74-75.
[15] Ibid.,
75.
[16] Ibid.,
76.
[17] Ibid., 77.
[18] Ibid.,
78.
[19] Ibid., 79.
[20] Ibid.,
80.
[21] Ibid.
[22] Ibid.,
82.
[23] Ibid.,
83.
[24] Ibid.,
84.
[25] Ibid.
[26] Ibid., 87.
[27] Ibid.,
89.
[28] Ibid.,
89-90.









Tidak ada komentar:
Posting Komentar