STRATEGI PRODUK DAN DISTRIBUSI JASA PENDIDIKAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah
“MANAJEMEN PEMASARAN PENDIDIKAN”

Disusun oleh :
Kelompok 6
1.
Ambar Achsani (210315268)
2.
Dhofatul
Hidayah (210315294)
3.
Rista Hasanatul Fadillah (210315293)
Kelas PAI.H
Dosen Pengampu :
Mella
Mardayanti, S.Pd., M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
(IAIN) PONOROGO
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasarkan jasa pendidikan
khususnya sekolah adalah sesuatu yang sangat penting. Begitu banyak bermunculan
sekolah baru yang menawarkan berbagai kelebihan dan kekhususannya. Secara
khusus, sekolah swasta dituntut mendapatkan jumlah siswa yang signifikan agar
biaya operasional sekolah dapat terpenuhi. Untuk itu diperlukan manajemen
pemasaran agar tujuan dari pemasaran jasa pendidikan tersebut dapat tercapai
secara maksimal.
Dalam sebuah manajemen
pemasaran, kita harus menentukan produk seperti apa yang akan kita tawarkan
kepada pelanggan jasa pendidikan. Produk yang kita tawarkan tentu saja harus
memiliki nilai yang lebih dibandingkan sekolah-sekolah lain pada umumnya.
Selain itu harus ada strategi distribusi sehingga ketika sekolah membuat
program pendidikan serta jasa pendidikan dapat diakses oleh pasar sasaran jasa
pendidikan.
Demikian pentingnya strategi
produk dan distribusi jasa pendidikan sehingga pemakalah akan menjelaskan
secara lebih lanjut mengenai materi ini.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana bentuk model produk jasa pendidikan?
2.
Apa saja yang masuk kategori bauran produk jasa pendidikan?
3.
Apa saja tahapan pengembangan produk jasa pendidikan?
4.
Apa yang dimaksud distribusi jasa pendidikan?
|
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Model Produk Jasa Pendidikan
Menurut Chan dan Swatman, terdapat empat model produk jasa yang dapat
diterapkan ke dunia pendidikan. Model-model tersebut adalah sebagai berikut:
1. Model penawaran jasa tambahan
Model penawaran jasa tambahan disebut juga Augmented
Service Offering (ASO).[1]

Gambar A.1 Model penawaran jasa tambahan
Ada empat tahapan penting dalam pengelolaan
penawaran jasa, yaitu:
a.
Mengembangkan konsep jasa,
yaitu menentukan tujuan sekolah berdasarkan dimana jasa pendidikan dapat
dikembangkan.
b.
Mengembangkan paket jasa dasar, yaitu paket jasa pendidikan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan jasa pendidikan.
|
c.
Mengembangkan penawaran jasa
tambahan Augmented Service Offering (ASO), yang terkait dengan proses
jasa pendidikan.
d.
Mengelola citra dan komunikasi
(image and communication).[2]
2. Model penawaran jasa pendidikan
Model penawaran jasa pendidikan ini dikemukakan oleh
Kotler dan Fox. Model ini lebih sederhana dan dirancang secara khusus untuk
menawarkan program pendidikan.

Gambar A.2 Tiga tingkatan penawaran jasa
Ada 3 tingkat dalam penawaran jasa pendidikan,
yaitu:
a.
Penawaran jasa inti, yang
mengukur manfaaat inti pendidikan atau jasa inti pendidikan.
b.
Penawaran jasa nyata. Fasilitas
ini adalah untuk meningkatkan nilai jasa inti pendidikan dan manfaatnya bagi
pelanggan jasa pendidikan. Penawaran jasa nyata memiliki 5 karakteristik, yaitu
kemasan, nama merek, kualitas, corak, dan atribut.
c.
Penawaran jasa tambahan, yaitu
jasa tambahan dan manfaat jasa pendidikan yang ditawarkan pada pasar sasaran
jasa pendidikan di luar penawaran jasa inti dan penawaran jasa nyata.[3]
3. Model molekul
Shostack mengembangkan model molekul yang diterapkan
pada produk dan jasa dengan menggunakan analogi kimia untuk membantu pemasar
melakukan visualisasi serta mengelola “entitas total pasar”. Sama seperti
ketika meramu bahan kimia, perubahan pada salah satu unsur apat mengubah sifat
entitasnya.

Gambar A.3 Model molekul Shostack
Ada dua macam bukti jasa, yaitu sebagai berikut:
a.
Bukti pendukung, yang
dimilikinya sebagai bagian dari pembelian jasa pendidikan yang memiliki sedikit
atau tidak memiliki nilai independen (misalnya kartu pelajar) dan hanya
disediakan untuk memperkuat keberadaan jasa pendidikan.
b.
Bukti penting, yang tidak dapat
dimiliki pelanggan jasa pendidikan.[4]
4. Model penawaran produk jasa pendidikan baru
Chan dan Swatmanmenemukan tiga entitas utama yang
akan mempengaruhi pengembang program pendidikan dan menawarkan produk jasa
pendidikan yang baru. Setiap entitas membentuk pengembangan produk jasa
pendidikan baru melalui berbagai faktor, yaitu:
a.
Entitas penyedia jasa
pendidikan, yang meliputi faktor-faktor seperti waktu pengembangan dan sumber
daya
b.
Entitas siswa, yang meliputi
manfaat yang dirasakan oleh siswa serta harapan dan gaya pembelajaran siswa.
c.
Entitas pemerintah dan
masyarakat, yang meliputi berbagai kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan,
dukungan masyarakat, dan sosial ekonomi.[5]

Gambar
A.4 Model penawaran produk jasa pendidikan baru
B. Bauran Produk Jasa Pendidikan
Bauran produk jasa pendidikan merupakan kumpulan semua produk jasa
pendidikan dan unit produk jasa pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah kepada
pelanggan jasa pendidikan.
Lockhart mengelompokkan bauran produk jasa pendidikan menjadi 4 kelompok,
yaitu:
1. Siswa
Siswa adalah produk jasa pendidikan yang paling terlihat secara fisik.
Sekolah unggul memilii karakteristik siswa yang mampu memenuhi atau melebihi
standar pendidikan.[6]
2. Kurikulum
Kurikulum yang bagus memiliki karakteristik:
a.
Kurikulum yang tepat, khusus,
luas, dan inovatif.
b.
Kurikulum yang dapat memenuhi
kebutuhan siswa
c.
Kurikulum yang dapat
mengembangkan suatu program belajar mengajar baru atau memperbaiki kurikulum
yang ada.
d.
Kurikulum baru yang dapat
digunakan sepenuhnya oleh guru.
3. Aktivitas ekstrakurikuler
Aktivitas ekstrakurikuler dapat menarik perhatian siswa dan orang tua
karena akan meningkatkan pengalaman pembelajaran siswa. Sekolah seharusnya
menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung program ekstrakurikuler
dan bermitra dengan kelompok profesi di luar sekolah agar bisa menyediakan
sumber daya pendidikan tambahan atau pelatihan bagi siswa.
4. Sekolah sebagai pusat kegiatan masyarakat
Sekolah merupakan tempat kegiatan masyarakat karena menyediakan tempat
pertemuan yang membahas masalah kewarganegaraan, tempat pemungutan suara, atau
menyelenggarakan pendidikan bagi orang dewasa. Oleh sebab itu, saat melakukan
penilaian terhadapa sekolah, pemasar jasa pendidikan dapat memeprhatikan
hal-hal tersebut atau pun menilai kualitas interaksi sekolah terhadap
masyarakat.[7]
C. Pengembangan Produk Jasa Pendidikan
Setiap sekolah harus mampu mengembangkan produk jasa
pendidikan baru agar bisa membentuk masa depan yang lebih baik. Jika selera dan
pilihan pelanggan jasa pendidikan selalu berubah-ubah, proses pengembangan
produk jasa pendidikan baru merupakan kebutuhan sekolah.
Berikut tahapan pengembangan produk baru yang dapat
digunakan oleh dunia pendidikan.
1.
Strategi produk baru, mencakup
kesesuaian antara teknologi pendidikan dan pemasaran jasa pendidikan, sifat dan
tingkat keunggulan produk jasa pendidikan baru, serta tingkat sinergi dan
penerimaan resiko yang dihadapi sekolah.
2.
Menghasilkan gagasan yang
datang dari sumber-sumber, seperti: pelanggan jasa pendidikan, karyawan
sekolah, penyalur jasa pendidikan, sekolah kompetitor, penelitian dan
pengembangan, serta konsultan.
3.
Penyaringan gagasan, yaitu
menghapus gagasan yang tidak sejalan dengan strategi produk jasa pendidikan.
4.
Pengembangan dan pengujian
konsep, yaitu melakukan uji coba konsep agar dapat menilai gagasan produk jasa
pendidikan baru sebelum bentuk asli produk jasa pendidikan dibuat.
5.
Analisis usaha, yaitu memperhitungkan
aspek permintaan, biaya, dan penjualan jasa pendidikan.
6.
Pengembangan dan pengujian
produk, yaitu pengembangan bentuk asli produk jasa pendidikan.
7.
Uji coba pemasaran, yaitu
bentuk pengenalan produk yang terbatas untuk menentukan reaksi calon pelanggan
jasa pendidikan pada situasi pasar jasa pendidikan tertentu.
8.
Peluncuran, merupakan keputusan
untuk memasarkan produk jasa pendidikan.[8]
D. Distribusi Jasa Pendidikan
Secara umum, distribusi dapat diartikan sebagai
kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian
barang dan jasa dari produsen ke konsumen sehingga penggunaannya sesuai dengan
yang diperlukan.[9]
Dalam kaitannya dengan pendistribusian jasa pendidikan madrasah kepada
konsumen, maka manajemen dalam hal ini dapat memilih undirect channel
dalam bentuk menyalurkan langsung program-program yang ditawarkan kepada calon
konsumen. Misalnya dengan menggandeng pihak ketiga, seperti LSM LPU dalam
program pemberdayaan ekonomi madrasah, organisasi olahraga untuk kegiatan
sispala dan panjat tebing, serta pemerintah dalam hal pengadaan sarana dan
prasarana pembelajaran.[10]
Saluran distribusi jasa tidak hanya mengacu pada
dimana produk jasa pendidikan dapat disampaikan, tetapi juga bagaimana cara
penyampaian produk jasa pendidikan. Kata “dimana” meliputi lingkungan fisik
sekolah, yaitu bangunan, tanah, ruang kelas, peralatan, dan fasilitas
pendidikan lainnya. Sementara itu kata “bagaimana” meliputi cara penyampaian
produk jasa pendidikan. Misalnya, melalui metodologi pengajaran. Yaitu apakah sekolah
menggunakan metode tradisional atau inovatif.[11]
Saluran distribusi jasa pendidikan juga berkaitan
dengan lokasi, penampilan, dan fasilitas distribusi jasa pendidikan dimana jasa
pendidikan disampaikan sehingga mempengaruhi aksebilitas dan ketersediaan jasa
pendidikan.[12]
BAB III
KESIMPULAN
1.
Ada empat model produk jasa
yang dapat diterapkan ke dunia pendidikan, yaitu:
a.
Model penawaran jasa tambahan
b.
Model penawaran jasa pendidikan
c.
Model molekul
d.
Model penawaran produk jasa
pendidikan baru
2.
Lockhart mengelompokkan bauran
produk jasa pendidikan menjadi 4 kelompok, yaitu:
a.
Siswa
b.
Kurikulum
c.
Aktivitas ekstrakurikuler
d.
Sekolah sebagai pusat kegiatan
masayarakat
3.
Tahapan pengembangan produk
baru yang dapat digunakan oleh dunia pendidikan, antara lain:
a.
Strategi produk baru
b.
Menghasilkan gagasan yang
datang dari berbagai sumber
c.
Penyaringan gagasan
d.
Pengembangan dan pengujian
konsep
e.
Analisis usaha
f.
Pengembangan dan pengujian
produk.
g.
Uji coba pemasaran
h.
Peluncuran
4.
Saluran distribusi jasa
pendidikan berkaitan dengan lokasi, penampilan, dan fasilitas distribusi jasa
pendidikan dimana jasa pendidikan disampaikan sehingga mempengaruhi aksebilitas
dan ketersediaan jasa pendidikan.
|
DAFTAR PUSTAKA
Rais, Muhammad. Manajemen Marketing Pendidikan Madrasah. Yogyakarta:
CV Pustaka Ilmu Group, 2013.
Tjiptono,Fandy. Strategi Pemasaran. Yogyakarta:Andi Ofset, 1997.
Wijaya, David. Pemasaran Jasa Pendidikan. Jakarta:PT Bumi Aksara,
2016.
[10] Muhammad Rais,
Manajemen Marketing Pendidikan Madrasah (Yogyakarta: CV Pustaka Ilmu Group), hlm 139.








Tidak ada komentar:
Posting Komentar