Blog masa kini yang berisi kontent inspiratif

KELOMPOK 6 - MPP - STRATEGI PRODUK DAN DISTRIBUSI JASA PENDIDIKAN


STRATEGI PRODUK DAN DISTRIBUSI JASA PENDIDIKAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“MANAJEMEN PEMASARAN PENDIDIKAN”


Disusun oleh : Kelompok 6
1.   Ambar Achsani                               (210315268)
2.   Dhofatul Hidayah                           (210315294)
3.   Rista Hasanatul Fadillah                 (210315293)
Kelas PAI.H

Dosen Pengampu :
Mella Mardayanti, S.Pd., M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
MEI 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Memasarkan jasa pendidikan khususnya sekolah adalah sesuatu yang sangat penting. Begitu banyak bermunculan sekolah baru yang menawarkan berbagai kelebihan dan kekhususannya. Secara khusus, sekolah swasta dituntut mendapatkan jumlah siswa yang signifikan agar biaya operasional sekolah dapat terpenuhi. Untuk itu diperlukan manajemen pemasaran agar tujuan dari pemasaran jasa pendidikan tersebut dapat tercapai secara maksimal.
Dalam sebuah manajemen pemasaran, kita harus menentukan produk seperti apa yang akan kita tawarkan kepada pelanggan jasa pendidikan. Produk yang kita tawarkan tentu saja harus memiliki nilai yang lebih dibandingkan sekolah-sekolah lain pada umumnya. Selain itu harus ada strategi distribusi sehingga ketika sekolah membuat program pendidikan serta jasa pendidikan dapat diakses oleh pasar sasaran jasa pendidikan.
Demikian pentingnya strategi produk dan distribusi jasa pendidikan sehingga pemakalah akan menjelaskan secara lebih lanjut mengenai materi ini.
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana bentuk model produk jasa pendidikan?
2.      Apa saja yang masuk kategori bauran produk jasa pendidikan?
3.      Apa saja tahapan pengembangan produk jasa pendidikan?
4.      Apa yang dimaksud distribusi jasa pendidikan?







1
 
 

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Model Produk Jasa Pendidikan
Menurut Chan dan Swatman, terdapat empat model produk jasa yang dapat diterapkan ke dunia pendidikan. Model-model tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Model penawaran jasa tambahan
Model penawaran jasa tambahan disebut juga Augmented Service Offering (ASO).[1]
Gambar A.1 Model penawaran jasa tambahan
Ada empat tahapan penting dalam pengelolaan penawaran jasa, yaitu:
a.    Mengembangkan konsep jasa, yaitu menentukan tujuan sekolah berdasarkan dimana jasa pendidikan dapat dikembangkan.
b.   
2
 
Mengembangkan paket jasa dasar, yaitu paket jasa pendidikan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan jasa pendidikan.
c.    Mengembangkan penawaran jasa tambahan Augmented Service Offering (ASO), yang terkait dengan proses jasa pendidikan.
d.    Mengelola citra dan komunikasi (image and communication).[2]
2.    Model penawaran jasa pendidikan
Model penawaran jasa pendidikan ini dikemukakan oleh Kotler dan Fox. Model ini lebih sederhana dan dirancang secara khusus untuk menawarkan program pendidikan.
Gambar A.2 Tiga tingkatan penawaran jasa
Ada 3 tingkat dalam penawaran jasa pendidikan, yaitu:
a.    Penawaran jasa inti, yang mengukur manfaaat inti pendidikan atau jasa inti pendidikan.
b.    Penawaran jasa nyata. Fasilitas ini adalah untuk meningkatkan nilai jasa inti pendidikan dan manfaatnya bagi pelanggan jasa pendidikan. Penawaran jasa nyata memiliki 5 karakteristik, yaitu kemasan, nama merek, kualitas, corak, dan atribut.
c.    Penawaran jasa tambahan, yaitu jasa tambahan dan manfaat jasa pendidikan yang ditawarkan pada pasar sasaran jasa pendidikan di luar penawaran jasa inti dan penawaran jasa nyata.[3]
3.    Model molekul
Shostack mengembangkan model molekul yang diterapkan pada produk dan jasa dengan menggunakan analogi kimia untuk membantu pemasar melakukan visualisasi serta mengelola “entitas total pasar”. Sama seperti ketika meramu bahan kimia, perubahan pada salah satu unsur apat mengubah sifat entitasnya.
Gambar A.3 Model molekul Shostack
Ada dua macam bukti jasa, yaitu sebagai berikut:
a.    Bukti pendukung, yang dimilikinya sebagai bagian dari pembelian jasa pendidikan yang memiliki sedikit atau tidak memiliki nilai independen (misalnya kartu pelajar) dan hanya disediakan untuk memperkuat keberadaan jasa pendidikan.
b.    Bukti penting, yang tidak dapat dimiliki pelanggan jasa pendidikan.[4]
4.    Model penawaran produk jasa pendidikan baru
Chan dan Swatmanmenemukan tiga entitas utama yang akan mempengaruhi pengembang program pendidikan dan menawarkan produk jasa pendidikan yang baru. Setiap entitas membentuk pengembangan produk jasa pendidikan baru melalui berbagai faktor, yaitu:
a.    Entitas penyedia jasa pendidikan, yang meliputi faktor-faktor seperti waktu pengembangan dan sumber daya
b.    Entitas siswa, yang meliputi manfaat yang dirasakan oleh siswa serta harapan dan gaya pembelajaran siswa.
c.    Entitas pemerintah dan masyarakat, yang meliputi berbagai kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, dukungan masyarakat, dan sosial ekonomi.[5]
Gambar A.4 Model penawaran produk jasa pendidikan baru
B.  Bauran Produk Jasa Pendidikan
Bauran produk jasa pendidikan merupakan kumpulan semua produk jasa pendidikan dan unit produk jasa pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah kepada pelanggan jasa pendidikan.
Lockhart mengelompokkan bauran produk jasa pendidikan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1.    Siswa
Siswa adalah produk jasa pendidikan yang paling terlihat secara fisik. Sekolah unggul memilii karakteristik siswa yang mampu memenuhi atau melebihi standar pendidikan.[6]
2.    Kurikulum
Kurikulum yang bagus memiliki karakteristik:
a.    Kurikulum yang tepat, khusus, luas, dan inovatif.
b.    Kurikulum yang dapat memenuhi kebutuhan siswa
c.    Kurikulum yang dapat mengembangkan suatu program belajar mengajar baru atau memperbaiki kurikulum yang ada.
d.    Kurikulum baru yang dapat digunakan sepenuhnya oleh guru.
3.    Aktivitas ekstrakurikuler
Aktivitas ekstrakurikuler dapat menarik perhatian siswa dan orang tua karena akan meningkatkan pengalaman pembelajaran siswa. Sekolah seharusnya menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung program ekstrakurikuler dan bermitra dengan kelompok profesi di luar sekolah agar bisa menyediakan sumber daya pendidikan tambahan atau pelatihan bagi siswa.
4.    Sekolah sebagai pusat kegiatan masyarakat
Sekolah merupakan tempat kegiatan masyarakat karena menyediakan tempat pertemuan yang membahas masalah kewarganegaraan, tempat pemungutan suara, atau menyelenggarakan pendidikan bagi orang dewasa. Oleh sebab itu, saat melakukan penilaian terhadapa sekolah, pemasar jasa pendidikan dapat memeprhatikan hal-hal tersebut atau pun menilai kualitas interaksi sekolah terhadap masyarakat.[7]
C.  Pengembangan Produk Jasa Pendidikan
Setiap sekolah harus mampu mengembangkan produk jasa pendidikan baru agar bisa membentuk masa depan yang lebih baik. Jika selera dan pilihan pelanggan jasa pendidikan selalu berubah-ubah, proses pengembangan produk jasa pendidikan baru merupakan kebutuhan sekolah.
Berikut tahapan pengembangan produk baru yang dapat digunakan oleh dunia pendidikan.
1.    Strategi produk baru, mencakup kesesuaian antara teknologi pendidikan dan pemasaran jasa pendidikan, sifat dan tingkat keunggulan produk jasa pendidikan baru, serta tingkat sinergi dan penerimaan resiko yang dihadapi sekolah.
2.    Menghasilkan gagasan yang datang dari sumber-sumber, seperti: pelanggan jasa pendidikan, karyawan sekolah, penyalur jasa pendidikan, sekolah kompetitor, penelitian dan pengembangan, serta konsultan.
3.    Penyaringan gagasan, yaitu menghapus gagasan yang tidak sejalan dengan strategi produk jasa pendidikan.
4.    Pengembangan dan pengujian konsep, yaitu melakukan uji coba konsep agar dapat menilai gagasan produk jasa pendidikan baru sebelum bentuk asli produk jasa pendidikan dibuat.
5.    Analisis usaha, yaitu memperhitungkan aspek permintaan, biaya, dan penjualan jasa pendidikan.
6.    Pengembangan dan pengujian produk, yaitu pengembangan bentuk asli produk jasa pendidikan.
7.    Uji coba pemasaran, yaitu bentuk pengenalan produk yang terbatas untuk menentukan reaksi calon pelanggan jasa pendidikan pada situasi pasar jasa pendidikan tertentu.
8.    Peluncuran, merupakan keputusan untuk memasarkan produk jasa pendidikan.[8]
D.  Distribusi Jasa Pendidikan
Secara umum, distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan.[9] Dalam kaitannya dengan pendistribusian jasa pendidikan madrasah kepada konsumen, maka manajemen dalam hal ini dapat memilih undirect channel dalam bentuk menyalurkan langsung program-program yang ditawarkan kepada calon konsumen. Misalnya dengan menggandeng pihak ketiga, seperti LSM LPU dalam program pemberdayaan ekonomi madrasah, organisasi olahraga untuk kegiatan sispala dan panjat tebing, serta pemerintah dalam hal pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran.[10]
Saluran distribusi jasa tidak hanya mengacu pada dimana produk jasa pendidikan dapat disampaikan, tetapi juga bagaimana cara penyampaian produk jasa pendidikan. Kata “dimana” meliputi lingkungan fisik sekolah, yaitu bangunan, tanah, ruang kelas, peralatan, dan fasilitas pendidikan lainnya. Sementara itu kata “bagaimana” meliputi cara penyampaian produk jasa pendidikan. Misalnya, melalui metodologi pengajaran. Yaitu apakah sekolah menggunakan metode tradisional atau inovatif.[11]
Saluran distribusi jasa pendidikan juga berkaitan dengan lokasi, penampilan, dan fasilitas distribusi jasa pendidikan dimana jasa pendidikan disampaikan sehingga mempengaruhi aksebilitas dan ketersediaan jasa pendidikan.[12]





BAB III
KESIMPULAN

1.    Ada empat model produk jasa yang dapat diterapkan ke dunia pendidikan, yaitu:
a.    Model penawaran jasa tambahan
b.    Model penawaran jasa pendidikan
c.    Model molekul
d.    Model penawaran produk jasa pendidikan baru
2.    Lockhart mengelompokkan bauran produk jasa pendidikan menjadi 4 kelompok, yaitu:
a.    Siswa
b.    Kurikulum
c.    Aktivitas ekstrakurikuler
d.    Sekolah sebagai pusat kegiatan masayarakat
3.    Tahapan pengembangan produk baru yang dapat digunakan oleh dunia pendidikan, antara lain:
a.    Strategi produk baru
b.    Menghasilkan gagasan yang datang dari berbagai sumber
c.    Penyaringan gagasan
d.    Pengembangan dan pengujian konsep
e.    Analisis usaha
f.     Pengembangan dan pengujian produk.
g.    Uji coba pemasaran
h.    Peluncuran
4.    Saluran distribusi jasa pendidikan berkaitan dengan lokasi, penampilan, dan fasilitas distribusi jasa pendidikan dimana jasa pendidikan disampaikan sehingga mempengaruhi aksebilitas dan ketersediaan jasa pendidikan.


9
 
 

DAFTAR PUSTAKA

Rais, Muhammad. Manajemen Marketing Pendidikan Madrasah. Yogyakarta: CV Pustaka Ilmu Group, 2013.
Tjiptono,Fandy. Strategi Pemasaran. Yogyakarta:Andi Ofset, 1997.
Wijaya, David. Pemasaran Jasa Pendidikan. Jakarta:PT Bumi Aksara, 2016.




[1] David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2016), 91.
[2] Ibid., hlm 92.
[3]Ibid., hlm  97.
[4] Ibid., hlm 98.
[5] Ibid., hlm 99.
[6] Ibid., hlm 103.
[7] Ibid., hlm 104-105.
[8] Ibid., hlm 106-107.
[9] Fandy Tjiptono,Strategi Pemasaran (Yogyakarta:Andi Ofset, 1997), hlm 185.
[10] Muhammad Rais, Manajemen Marketing Pendidikan Madrasah  (Yogyakarta: CV Pustaka Ilmu Group), hlm 139.
[11] Wijaya, Pemasaran, hlm 108.
[12]Ibid., hlm 109.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Popular Posts

Blog Archive

PAI.H

PAI.H
Kita lebih dari sekedar teman, we are family