Blog masa kini yang berisi kontent inspiratif

KELOMPOK 1 - MPP - EVOLUSI PEMASARAN JASA DAN PEMASARAN RELASIONAL JASA PENDIDIKAN


EVOLUSI PEMASARAN JASA DAN PEMASARAN RELASIONAL JASA PENDIDIKAN
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Menejemen Pemasaran Pendidikan
Disusun Oleh :
1.       Firdaus Zainul F                 (210315289)
2.       Hawing Cahya PM.             (210315271)
3.       Puji Astuti                          (210315280)

PAI.H
Dosen Pengampu
Mella Mardayanti, S.Pd., M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
MARET 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Dalam konteks rumah tangga Negara pendidikan merupakan hak setiap warga, Mengandung bahwa Negara berkewajiban memberikan layanan pendidikan kepada wargamya. Karena itu pengelolaan sistim pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara bermutu, efektif dan efesien.
Sekolah sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar dan memiliki iniseatif untuk meningkatkan kepuasan pelanggan (peserta didik) karena pendidikan merupakan proses yang saling mempengaruhi dan berkelanjutan. Dalam bidang pendidikan, kegiatan pemasaran dapat meliputi perencanaan produk pendidikan, penentuan harga, dan mempromosikan produk pendidikan yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam meningkatkan pelayanan pendidikan sangat diperlukan pemasaran jasa pendidikan.
B.            Rumusan Maslah
1.      Apa evolusi pemasaran jasa pendidikan?
2.      Bagaimana pemasaran jasa dalam konteks pemasaran relasional jasa pendidikan?
3.      Bagaimana konsep inti dan tujuan pemasaran relasional jasa pendidikan?
4.      Bagaimana model jasa pendidikan?
5.      Apa kunci sukses pemasaran jasa pendidikan?




BAB II
PEMBAHASAN
A.           Evolusi Pemasaran Jasa Pendidikan
Fungsi pemasaran pada organisasi yang berorientasi pada laba (perusahaan) dengan organisasi nirbala (sekolah) sangat berbada. Perbedaaannya terletak pada cara kedua organisasi tersebut memperoleh sumber dana yang diperlukan untuk melkasanakan aktivitas operasinya. Perusahaan memperoleh modal pertama dari investor atau pemegang saham. Jika perusahaan telah beroprasi, dana operasi perusahaan terutama diperoleh dari hasil penjualan barang atau jasa perusahaan tersebut. Dalam hal ini, perusahaan hanya menghadapi sebuah unsur penting, yaitu pelanggan. Jika barang atau jasa yang dihasikan oleh perusahaan dapat memuaskan pelanggan, transaksi bisnis akan terjadi sehingga perusahaan mempunyai dana untuk melanjutkan aktivitas operasinya.
Sebaliknya, sekolah memeperoleh sumber dana dari sumbangan donator atau lembaga induk yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari sekolah. Dari anggaran yang diperolahnya, sekolah menghasilkan jasa pendidikan yang akan ditawarkan kepada pelanggannya (siswa). Berbeda dengan perusahaan jika jasa peendidikan ynag dihasilkan sekolah tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan siswanya, donator mungkin masih akan memberikan dana lagi jika mereka masih menganggap sekolah itu baik.[1]
Konsekuensi dari perbedaan tersebut adalah adanya perbedaan ukuran keberhasilan perusahhan dan sekolah. Perusahaan yang berorientasi pada laba akan dianggap berhasil jika berhasil meraih laba yang besar. Sebaliknya, pada sekolah meskipun sekolah behasil memperoleh sumber dana yang lebih besar dari donatur, sekolah bisa gagal memanfaatkan sumber dana secara efektif dan efesien bagi pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswanya. Jadi, keberhasilan sekoalh diukur dari sajauh mana jasa pendidikan yang dihasilakn sekolah telah memenuhi kebutuhan dan keinginan siswanya.
Sebelum memahami konsep pemasaran jasa pendidikan, kita perlu memastikan bahwa pelanggan jasa pendidikan harus memahami devinisi pemasaran jasa pendidikan. Menurut lockhart (2005), pemasaran jasa pendidikan adalah cara untuk melakukan sesuatu dimana siswa, orang tuan siswa, kariyawan sekolah, dan masarakat menganggap sekolah sbagai institusi pendukung masrakat yang berdedikasi untuk melayani kebutuhan pelanggan jasa pendidikan. Oleh karena itu, pemsaran jasa pendidikan meliputi aktifitas dan alat untuk mempromosikan sekolah secara konsisten dan efektif sebagai pilihan pendidikan terbaik bagi siswa dan orang tua siswa yang meruakan asset bagi masrakat.[2]
Aktifitas pemasaran jasa pendidikan adalah aktifitas yang dilakukan sekolah untuk mengembangkan dan melakukan pemsaran jasa pendidikan, hubungan masarakat, serta komunikasi pemasaran jasa pendidikan. Pemsaran jasa pendidikan lebih dari aktifitas dan alat pemasaran jasa pendidikan karena merupakan cara berfikir (mindset).
Kotler dan fox (1995) mengemukakan devinisi pemasran yang digunakan secara khusus pada sekolah sebagai analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program yang dirumuskan secara hati hati, yang dirancang utuk menghasilak pertukaran nilai secara suka rela dengan pasar sasaran / pasar target (target market) jasa pendidikan untuk mencapai tujuan sekolah. Dalam hal ini, pemasaran jasa pendidikan meliputi aktifitas untuk merancang penawaran jasa pendidikan, untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasaran  jasa pendidikan, unutk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar sasaran jasa pendidikan, serta menggunakan kebijakan penetuan harga (pricing), komunikasi, distribusi jasa pendidikan yang efektif untuk menginformasikan, memotifasi, sera melayani pasar jasa pendidikan.
Kebutuhan penasaran jasa pendidikan muncuk ketka sekolah menetapkan transaksi yang diharapkan oleh pasar sasarna jasa pendidikan. Tujuan tersebut tidak mudah dicapai ketika kita memenuhi keinginan siswa. Memenuhi keinginan siswa dapat berupa kegiatan belajar yang mudah sepeti mengerjakna soal pilihan ganda. Kotler dan fox menyebut situasi itu sebagai pemasaran social (social marketing) dimana pemasarn melakukan tugas utama sekolah, yaitu menentukan kebutahan, keinginan, dan kepentingan pelanggan jasa pendidikan, serta menyesuaikan sekolah untuk menyampaikan kepuasan pelanggan jasa pendidikan yang mampu meningkatkan kesejahtraan dan kepentingan pelanggan jasa pendidikan dan masyarakat.[3]
Kotler dan Fox kemudian mnedefinsikan tujuan utama pemasaran jasa pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1.    Memnuhi misi sekolah dengan tingkat keberhasilan yang besar
2.    Meningkatkan kepuasan pelanggan jasa pendidikan.
3.    Meningktakna ketertarikan terhadap sumber daya pendidikan.
4.    Meningkatkan evisiensi pada aktifitas pemasaran jasa pendidikan.
Pemasaran jasa pendidikan adalah keterampilan perencanaan dan pengelolaan suatu hubungan pertukaran antara sekolah dan kelompok masarakat. Pemasaran jasa pendidikan mentukan masalah pemasaran jasa pendidikan dengan menggunakan empat pendekatan sebagai berikut.
1.    Sistim penangan keluhan, analisis tingkat kepentingan (importance analysis) , dan pendekatan berbasis sumber daya yang dapat digunakan untuk mengukur perspektif pelanggan jasa pendidikan.
2.    Infenstarisasi masalah pemasaran jasa pendidikan yang dapat digunakan untuk mencatat masalah pemasaran jasa pendidikan.
3.    Menentukan  pola permintaan produk dan jasa pendidikan.
4.    Audit pemasaran jasa pendidikan secara menyeluruh, untuk menentukan status aktifitas pemasaran jasa pendidikan yang terjadi saat ini.[4]
Sekolah membutuhkan strategi pemasaran jasa pendidikan karena sekolah merupakan sektor jasa yang membutukan orientasi pemasaran khusus sehingga dapat diidentifikasi lebih lanjut (Gray,1992). Gray menjelaskan lima tahap penting dalam menerapkan pemasaran jasa pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1.      Mengedidentifikasi kebutuhan atau masalah pemasaran jasa pendidikan.
2.      Melakukan riset atau audit pemasaran jasa pendidikan.
3.      Melakukan perencanaan pemasaran jasa pendidikan.
4.      Menentukan bauran pemasaran (marketing mix) jasa pendidikan.
5.      Menetapkan startegi dan taktik pemasaran jasa pendidikan.
Meskipun telah memahami devinisi pemasaran jasa pendidikan, Lockhart (2005) juga menyarankan agar kita mengetahui lima konsep yang salah tentang pemasaran jasa pendidikan. Kelima konsep yang salah tentang pemasaran jasa pendidikan yaitu sebagai berikut.
1.      Pemsaran jasa pendidikan adalah aktifitas khusus. Pemasaran jasa pendidikan bukan merupakan usaha awal sekolah untuk mengatasi pendidikan yang telah berakir. Akan tetapi, pemasaran jasa pendidikan harus menjadi usaha yang terus melekat dengan aktifitas sekolah sehari hari dan melekat dengan pola piker karyawan sekolah.
2.      Pemasaran jasa pendidikan adalah aktifitas yang tidak disukai. Pemasaran jasa pendidikan biasanya tidak disuaki pelanggan jasa pendidikan karena tdak berkaitan dengan aktifitas mendidik siswa.
3.      Pemasaran jasa pendidikan merupakan salah satu tungas yang sulit. Pemasar jasa pendidikan sering kali mengeluh karena mneghabiskan banyak waktu untuk melakukan pemasaran jasa pendidikan. Aktifitas pemasaran jasa pendidikan memebutuhkan wkatu dan usaha, tetapi hadiah dari upaya pemasaran jasa pendidikan yang efektif dapat menguangan waktu pemasar jasa pendidikan untuk berhubungan dengan oang tua siiswa yang tidak puas, merekrut donator dan karyawan sekolah, menemukan sumber daya tambahan, serta membangun dukungan masarakat.
4.      Pemasaran jasa pendidikan aalah aktifitas penjualan. Banyak orang berpendapat bahwa pemasaran dan penjualan adalah sama, padahal kedua definisi itu berbeda. Aktifitas pemsaran bersifat strategis, menyeluruh, dan tidak langsung, serta mancakup perencanaan, pengembangan produk, penilaian posisi riset pasar, membuat merek, menciptakan materi komunikasi, dan hubungan masrakat yang meningkatkan hubungan jangka panjang dengan pelanggan sekolah.
5.      Pemsaran jasa pendidikan adalah suatu bagian (departemen). Pemsaran bukan merupakan sutau departemen (Beckwith,1997). Oleh karena itu, setiap pelangan jasa pendidikan merupakan bagian dari upaya pemasaran jasa pendidikan.[5]
B.            Pemasaran Jasa dalam Konteks Pemasaran Relasional Jasa Pendidikan
Pemasaran relasional (Relationalship Markeeting) sangat relevan dibahas dalam pemasaran jasa pendidikan, karena keterlibatan dalam interaksi antara konsumen (pelanggan jasa pendidikan) dan produsen (sekolah) begitu besar. Oleh karena itu, pendekatan pemasran jasa pendidikan yang hanya berorientasi transaksi (transactional Markeeting) dengan sasaran tingginya penjualan jasa pendidikan didalam jangka pendek (banyaknya siswa) menjadi kurang berpengaruh didalam praktik jasa pendidikan. Pemsaran relasional difokuskan pada rekrutmen dan mempertahankan atau memelihara pelanggan jasa pendidikan, melalui peningkatan hubungan antara sekolah dan pelnaggan jasa pendidikan.
Didalam pemasran relasional jasa pendidikan, penarikan pelanggan jasa pendidikan baru hanya sebuah langkah awal proses pemasran jasa pendidikan. Selain itu mempertahankan pelanggan jasa pendidikan jauh lebih murh bagi sekolah dibandingkan mencari pelanggan jasa pendidikan baru. Oleh karena itu pengertian ini memebrikan tambahan suduyt pandang pemsaran relasioanl jasa pendidikan, yaitu sebgai berikut.
1.      Adanyan perubahan cara pandang sekolah tentang hubungannya dengan pelanggan jasa pendidikan. Focus pemasran relasiol jasa pendidikan bergerak dari transaksi menjadi hubungan jangka panjang dengan pelanggan jasa pendidikan (memlihara dan membangu hubungan dengan pelanggan jasa pendidikan).
2.      Adanya pengakuan bahwa mutu, layanan konsumen, serta aktifitas pemasran jasa pendidikan harus dijalankan secara bersamaan.
Secara ringkas, payne (1993) menjelaskan perbedaan beberapa hal pemasaran tradisional ( transaksional) dan pemasran relasioanl jasa termasuk jasa pendidikan, yang dapat dilihat pada table berikut.
Tabel perbedaan pemasaran transaksional dan pemasaran relasional.
Aspek
Pemasaran Transaksional
Pemasaran Relasional
Focus
Penjualan jasa pendididikan
Mempertahnkan pelanggan jasa pendidikan
Orientasi
Karakteristik produk jasa pendidikan
Manfaat produk jasa pendidikan
Skala waktu
Jangka pendek
Jangka panjang
Komitmen pada pelanggan
Terbatas
Tinggi
Kontak dengan pelanggan
Rendah
Tinggi
Mutu
Urutan bagian kurikulum
Urusan semua orang

 Pada table diatas dijelakan hubungan antara mtu dan layanan konsumen untuk medapatkan pelanggan jasa pendidikan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Perpaduan dari ketiga unsur itu dalam konsep manajemen relasonal yang merupakan perwujuatan pemasran relasional jasa pendidikan berfungsi sebagai unsur penting dalam strategi memepertahankan pelanggan jasa pandidikan.
C.            Konsep Inti dan Tujuan Pemasaran Relasional Jasa Pendidikan
Menurut Little dan Mardani (2003), pemasaran relasional adalah alterntif strategi terhadap pendekatan bauran pemsaran tradisional yang bersifta transaksional, sebagai suatu cara memperoleh keunggulan kompetitif yang berkesinambungan dan cara terbaik untuk mempertahankan pelanggan dalam jangka panjang. Relasi yang dimaksut mencakup hubungan dengan pemangku kepentingan yang ada.
Dengan kata lain, pemsaran relasional merupakan implementasi dari falsafah orientasi pada pelnggan yang memungkinkan organisasi untuk mempertahankan pelanggan, melalui loyalitas dan komitmen yang bisa diperolehnya dari pelanggan. Little dan Marandi (2003) mengemukankan lima konsep inti dalam pemasaran relasional, yaitu sebagai berikut .
1.      Orientasi jangka panjang. Pemsaran relasional itu memandang pelanggan jasa pendidikan sebagai mitra sehingga mendorong kolaburasi dan penciptaan nilai serta situasi menang menang.
2.      Komitmen dalam pemenuhan janji. Untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan pelanggan jasa pendidikan, pemsaran relasional itu menekankan pada upaya pemeliharaan sikap percaya dan komitmen dengan mejaga intregitas melalui emenuhan janji dan epati kedua belah pihak.
3.      Pangsa konsumen bukan pangsa pasar. Pemasaran relasional itu tidaklagi berkonsentrasi pada pencapaian pangsa pasar, tetapi terhadap upaya untuk mempertahankan pelanggan jasa pendidikan. Dan menjual lebih banyak produk jasa pendidikan yang sama atau penjualan jasa silang pendidikan.
4.      Nilai sepanjang hidup pelanggan (Customer Lifetime Valeu –CLV). Karena biaya penerapan konsep pemasran relasional cukup besar, sekolah harus mengidentifikasi pelanggan jasa pendidikan yang berpotensi menjalin hubungan jangka panjang dan menhitung CLV agar menguntungkan sekolah.
5.      Dialog dua arah. Untuk mencapai hubungan yang di inginkan, diperlukan dialog dan komunikasi dua arah karena hubungan masarakat adalah hubungan, jaringan, serta intraksi sehingga pemasaran relasional bukan sekedar basis data atau pemasan langsung.
Tujuan utama pemasaran relasional ialah menemukan nilai sepanjang hidup pelanggan jasa pendidikan (CLV). Setelah CLV diperoleh maka tujuan berikutnya ialah bagaimana CLV masing-masing kelompok pelanggan jasa pendidikan baru dengan biaya yang rlatif murah. Oleh karena itu, tujuan jangka panjang pemasaran relasional ialah menghasilkan manfaat terus menerus dari dua kelompok pelanggan jasa pendidikan, yaitu pelanggan jasa pendidikan lama dan pelanggan jasa pendidikan baru.[6]
D.    Model Pemasaran Jasa Pendidikan
Foskett dan Lumby (1999) pernah membuat model pemasaran jasa pendidikan yang meliputi nilai-nilai pendidikan tradisional dan disiplin pasar. Pemasaran dijelaskan sebagai bidang dimana individu atau organisasi di dalam lokasi konseptual yang seimbang antara rekrutmen, kualitas, dan tanggapan masyarakat. Lokasi tersebut tergantung pada kondisi “pasar makro” organisasi yang dapat berubah disepanjang waktu. Sekolah yang menghadapi ancaman menurunnya jumlah siswa berfokus pada bagian kiri bawah model. Jika lingkungan sekolah berada pada posisi pasar yang terjamin, sekolah berada posisi tengah atau salah satu sudut lain. Jadi, ada tiga unsur penting dalam sudut pandang pemasaran jasa pendidikan yang harus digunakan sekolah, yaitu rekrutmen siswa, kualitas internal, serta komunikasi kepada masyarakat.[7]
KUALITAS



Kualitas internal
REKRUTMEN                                                              KETANGGAPAN


Rekrutmen Siswa        Komunikasi Masyarakat
Gambar model tertinggi pemasaran
Konsep ini menyatakan bahwa organisasi yang kecil ( semua sekolah merupakan organisasi yang kecil) tidak hanya menjual prodrk atau jasa, tetapi juga menjalin hubungan berdasrkan kemitraan,saling percaya dan kepercayaan (Stokes, 1996). Konsep tersebut muncul dari aspek-aspek berikut ini.
1.       Pendekatan yang mencermikan praktik pendidikan secara tradisional di banyak sekolah dan lebih baik dikendalikan oleh filosofi pendidikan.
2.       Penekanan pada pentingnya mengelola seluruh hubungan eksternal yang mendukung hubungan jangka panjang yang efektif dengan pelanggan eksternal sekolah.
3.       Sudut pandang Drucker (1973) bahwa pemasaran yang efektif hamper menggantikan kebutuhan untuk “menjual”, dengan tujuan pemasaran untuk mengetahui dan memahami pelanggan dengan baik sehingga produk dan jaanya sesuai dengan diri mereka.
4.       Banyak sekolah yang memiliki pengalam luas untuk menggembangkan hubungan tersebut, bahkan ketika melakukan pemasaran murni atau yang lebih semangat, antipasti terhadap pemasaran tersebut (sekolah) sebenarnya lebih baik daripadanya (O’Sullivan dan O’Sullivan, 1995).
Pemasaran jasa tidak hanya membuthkan pemasaran eksternal (external marketing), tetapi pemasaran internal (internal marketing) dan pemasaran interaktif (interactive marketing) (Gronroos, 1984). Jadi, pemasaran adalah fungsi terpadu ,yaitu yang bertanggung jawab untuk berhubungan langsung dengan karyawan,dan karyawan merupakanpemasar paruh waktu (part time). Pertemuan antara pelanggan dan karyawan selam proses interaksi dapat ditunjukkan melalui model segitiga jasa (service marketing triagle. Segitiga itu menggambarkan tiga kelompok penting yang saling berhubungan untuk saling bekerjasama.


B7P :
4P + Phsiycal Evidence + People + Proces
4P :
Product, Price, Promotion, and Peace
Pelanggan
Jasa
Pendidikan
Karyawan
Sekolah
Baris depan
T         Sekolah
MODEL SEGITIGA JASA
Pemasaran Internal
Pemasaran Interaktif
Co –Produsen Jasa Pendidikan
Pemasaran Jasa Pendidikan Paruh Waktu (Lomunikasi Lisan)
Penyedia Jasa Pendidikan
Pemasaram Eksternal
 


















Unsur terpenting dalam pemasaran jasa pendidikan adalah proses dan sumber daya manusia jasa pendidikan (karyawan sekolah dan pelanggan jasa pendidikan). Dalam segitiga jasa terjadi kemitraan ganda (duel partnership), yakni kedua mitra meliputi karyawan sekolah baris depan (frontliner) dan pelanggan jasa pendidikan.
Karyawan sekolah baris depan merupakan agen pemasaran jasa pendidikan yang terbaik. Mereka berada pada posisi terbaik untuk menampilkan nilai-nilai jasa pendidikan melalui hubungan satu demi satu (one-to-one relationship). Disisi lain pelanggan jasa pendidikan juga merupakan agen pemasaran jasa pendidikan yang terbaik. Mereka memberikan umpan balik langsung atau mengajukan keluhan tentang jasa pendidikan yang diterima.
Pemasaran internal menggambarkan pekerjaan yang dilakukan sekolah untuk melatih dan memotivasi karyawan agar dapat melayani pelanggan jasa pendidikandengan baik. Pemasaran eksternal menggambarkan pekerjaan normal yang dilakukan sekolah agar dapat menyiapkan program pendidikan, menentukan harga jasa pendidikan, serta pendistribusian dan mempromosikan jasa pendidikankepada pelanggan jasa pendidikan. Pemasaran interaktif menguaraikan keterampilan karyawan sekolah melayani pelanggan jasa pendidikan. Pelanggan jasa pendidikan tidak hanya menilai kualitas jasa pendidikan berdasarkan kualitas tenis jasa pendidikan, tetapi juga kualitas jasa fungsional jasa.
Keberhasilan sekolah sangat bergantung pada kemampuannya untuk mengembangkan hubungan  yang memuaskan pada pelanggan jasa pendidikan dan menerapkan bauran pemasaran pendidikan.[8]


E.       Kunci Sukses Pemasaran Jasa Pendidikan
Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2008), langkah yang dapat kita lakukan agar dapat meraih kesuksesan pemasaran jasa (termasuk jasa pendidikan), yaitu sebagai berikut.
1.      Memperbarui jasa pendidikan yang ditawarkan. Sekolah perlu menyesuaikan diri dan memperbarui jasa pendidikan yang ditawarkan, dibandingkan dengan melakukan rencana paket jasa pendidikan yang sempurna ketika peluncuran jasa pendidikan.
2.      Melokalisasi sistem titik pelayanan (point of service)jasa pendidikan. Masalah yang dihadapi pemasar jasa pendidikan adalah penggunaan jasa pendidikan karena jasa pendidikan tidak dapat disimpan sehingga harus digunakan sesegera mungkin apabila dibutuhkan.
3.      Melakukan kontrak jasa pendidikan untuk mengikat pelanggan jasa pendidikan. Pemasar jasa pendidikan seharusnya berusaha menarik dan mempertahnkan jasa pendidikan dengan menggunakan sistem kontrak jasa pendidikan, atau memberi status keanggotaan (member) melalui fasilitas dan kemudahan tertentu.
4.      Menentukan nilai strategis jasa pendidikan bagi pelanggan jasa pendidikan.[9]






BAB III
KESIMPULAN

1.    Evolusi Pemasaran Jasa Pendidikan ialah cara untuk melakukan sesuatu dimana siswa, orang tuan siswa, kariyawan sekolah, dan masarakat menganggap sekolah sbagai institusi pendukung masrakat yang berdedikasi untuk melayani kebutuhan pelanggan jasa pendidikan.
2.      Pemasaran Jasa dalam Konteks Pemasaran Relasional Jasa Pendidikan Didalam pemasran relasional jasa pendidikan, penarikan pelanggan jasa pendidikan baru hanya sebuah langkah awal proses pemasran jasa pendidikan. Selain itu mempertahankan pelanggan jasa pendidikan jauh lebih murh bagi sekolah dibandingkan mencari pelanggan jasa pendidikan.
3.      Konsep Inti dan Tujuan Pemasaran Relasional Jasa Pendidikan Orientasi jangka panjang. Pemsaran relasional itu memandang pelanggan jasa pendidikan sebagai mitra sehingga mendorong kolaburasi dan penciptaan nilai serta situasi menang menang. Tujuan utama pemasaran relasional ialah menemukan nilai sepanjang hidup pelanggan jasa pendidikan (CLV). Setelah CLV diperoleh maka tujuan berikutnya ialah bagaimana CLV masing-masing kelompok pelanggan jasa pendidikan baru dengan biaya yang rlatif murah
4.      Model Pemasaran Jasa Pendidikan Foskett dan Lumby (1999) pernah membuat model pemasaran jasa pendidikan yang meliputi nilai-nilai pendidikan tradisional dan disiplin pasar. Pemasaran dijelaskan sebagai bidang dimana individu atau organisasi di dalam lokasi konseptual yang seimbang antara rekrutmen, kualitas, dan tanggapan masyarakat
5.      Kunci Sukses Pemasaran Jasa Pendidikan diantaranya memperbarui jasa pendidikan yang ditawarkan.  Melokalisasi sistem titik pelayanan (point of service)jasa pendidikan. Melakukan kontrak jasa pendidikan untuk mengikat pelanggan jasa pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, David. “Pemasaran Jasa Pendidikan”. Jakarta: Bumi Aksara, 2016.


[1] David WIjaya, “Pemasaran Jasa Pendidikan”, (Jakarta : Bumi Aksara, 2016 ), 19.
[2] Ibid., 20.
[3] Ibid., 21.
[4] Ibid., 21-22.
[5] Ibid., 22-24.
[6] Ibid.,
[7] David
[8] Ibid., 30-31.
[9] Ibid., 32-33.

Share:

2 komentar:

Cari Blog Ini

Popular Posts

Blog Archive

PAI.H

PAI.H
Kita lebih dari sekedar teman, we are family