“Metodologi
Penelitian Tindakan Kelas”
Disusun oleh : kelompok 3
Ambar
Achsani (210315268)
Dhofatul
Hidayah (210315294)
MFirza
Masruri (210315276)
Yenni Maghfirah
Nur Rohmah (210315269)
KELAS
PAI.H
Dosen pengampu :
Medina
Nur Asyifah Purnama, M.Pd.I
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
APRIL 2018
|
|
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam penelitian tindakan kelas terdapat berbagai model penelitian
yang masing-masing memiliki ciri yang khusus. Menurut Good dan Traver
mengemukakan bahwa model adalah abstraksi dunia nyata atau representetif peristiwa kompleks dari suatu sistem, dalam
bentuk naratif, matematis, garfis, serta lambang-lambang lainnya. Model
bukanlah realita, akan tetapi representasi realitas yang dikembangkan dari
keadaan tertentu. Dengan demikian model
pada dasarnya rancangan yang dapat menerjemahkan sesuatu ke dalam
realitas yang sifatnya lebih praktis. Model berfungsi sebagai sarana untuk
mempermudah berkomunikasi atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk
mengambil suatu keputusan, atau sebagai petunjuk menyusun perencanaan untuk
kegiatan pengelolaan.[1]
Untuk itu dalam makalah ini akan membahas mengenai salah satu model
penelitian tindakan kelas yaitu model Kemmis dan Mc Taggart, yang nantinya
dengan pembahasan ini dapat membantu mahasiswa untuk mempelajari model
penelitian tindakan kelas, serta menjadi pedoman untuk merancang dan
melaksanakan penelitian dengan baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian model Kemmis dan Mc Taggart?
2.
Bagaimana
siklus penelitian model Kemmis dan Mc Taggart?
|
1
|
|
|
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Kemmis dan Mc Taggart
Model yang dikembangkan oleh Stephen
Kemmis dan Robbin McTaggart merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin, sehingga terlihat mirip dengan model Lewin, karena didalam satu
siklus atau putaran terdiri dari empat komponen seperti halnya yang dilaksanakan
Kurt Lewin sehingga belum tampak adanya perubahan.[2]Model
Kemmis dan Mc Taggart pada hakikaktnya berupa perangkat-perangkat atau
untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari 4 komponen yaitu :
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang keempatnya merupakan satu
siklus.[3]
Hal yang membedakan antara model
Kemmis dan Mc Taggart dan Kurt Lewin ialah Kemmis menyatukan komponen tindakan
(acting) dengan pengamatan (observing), dengan alasan kedua kegiatan itu tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, karena dilakukan dalam satu kesatuan waktu, yaitu pada saat dilaksanakan
tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Guru sebagai peneliti sekaligus
melakukan observasi untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Hasil-hasil
observasi kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap berikutnya.
Siklus tindakan tersebut dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas,
masalah terselesaikan dan peningkatan hasil belajar sudah maksimum atau sudah
tidak perlu ditingkatkan lagi.[4]
|
2
|
B.
Siklus Model
Kemmis dan Mc Taggart
Desain penelitian Kemmis dan Mc Taggart menggunakan sistem model
spiral. Hal ini karena dalam perencanaan, Kemmis menggunakan sistem spiral
refleksi diri, yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan
perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan
masalah.[7]Siklus
Model Kemmis dan Mc Taggart yaitu sebagai berikut :
Releksi
awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjagaan yang dimanfaatkan untuk
mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi
yang relefan dengan tema penelitian. Peneliti
bersama timnya melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui
situasi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil refleksi awal dapat dilakukan
pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah peneliti.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian.
Sewaktu melaksanakan refleksi awal, paling tidak calon peneliti sudah menelaah
teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah yang akan diteliti.Oleh sebab
itu, setelah rumusan masalah selesai dilakukan, selanjurnya perlu dirumuskan
kerangka konseptual dari penelitian.
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjagaan refleksi
awal. Secara rinci perencanaan mencakup
tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah
prilaku dari sikap yang diinginkan sebagai solusi dari
permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat
fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai
upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan
yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik
dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil
progam yang optimal.[8]
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam
penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi
digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
Refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi
terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang
terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaittanya dengan
teori atau hasil penelitian yang telah ada atau relevan. Melalui refleksi yang
mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.Refleksi merupakan
pendalaman pemahaman terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa
perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.[9]
Pada siklus berikutnya perencanaan
direvisi dengan modifikasi dengan cara
mengurangi pertanyaan-pertanyaan guru yang bersifat mengontrol siswa agar
strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus
kedua dilakukan, pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya
terhadap perilaku siswa.[10]
|
|
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Pengertian
model Kemmis dan Mc Taggart
Model Kemmis dan Mc Taggart merupakan pengembangan dari model Kurt
Lewin, sehingga terlihat mirip dengan model Lewin, karena didalam satu siklus
atau putaran terdiri dari empat komponen seperti halnya yang dilaksanakan Kurt
Lewin sehingga belum tampak adanya perubahan. Hal yang membedakan antara model
Kemmis dan Mc Taggart dan Kurt Lewin ialah Kemmis menyatukan komponen tindakan
(acting) dengan pengamatan (observing). Model Kemmis dan Mc
Taggart memfokuskan pada strategi bertanya kepada siswa dalam pembelajaran
untuk mendorong siswa menjawab pertanyaannya sendiri
a.
Refleksi awal
(identifikasi masalah). Releksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjagaan
yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi.
b.
Penyusunan perencanaan.
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjagaan refleksi awal.
c.
Pelaksanaan tindakan.
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan,
peningkatan atau perubahan.
d.
Observasi (pengamatan).
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan
data.
e.
Refleksi. Refleksi
merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi
yang diperoleh saat kegiatan tindakan
B.
Saran
|
6
|
|
|
Aqib,
Zainul. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya, 2007.
Arifin,
Zainal. Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2014.
Karwati,
Euis dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Management) Guru Profesional
yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan dan Berprestasi. Bandung : Alfabeta,
2014.
Mulyatiningsih,
Endang. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung : Alfabeta,
2014.
Priansa,
Donni Juni. Kinerja dan Profesionalisme Guru Fokus pada Peningkatan Kualitas
Pendidikan, Sekolah dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta, 2014.
Sanjaya,
Wina. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana, 2009.
Uno,
Hamzah B. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta : Bumi Aksara,
2012.
Wiriaatmadja,
Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
[1]Wina Sanjaya, Penelitian
Tindakan Kelas (Jakarta : Kencana, 2009), 49.
[2] Zainul Aqib, Penelitian
Tindakan Kelas (Bandung : Yrama Widya, 2007), 22.
[3] Euis Karwati
dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Management) Guru
Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan dan Berprestasi (Bandung
: Alfabeta, 2014), 308.
[4] Endang
Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan (Bandung :
Alfabeta, 2014), 70.
[5] Zainal Arifin,
Penelitian Pendidikan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2014), 110.
[6]Ibid.
[7] Hamzah B. Uno,
Menjadi Peneliti PTK yang Profesional (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), 86.
[8] Donni Juni
Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Guru Fokus pada Peningkatan Kualitas
Pendidikan, Sekolah dan Pembelajaran (Bandung : Alfabeta, 2014), 336.
[10] Rochiati
Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2008), 67.









ahayyyyyyy....................................kurang bnyk nih
BalasHapus