|
|
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“PERBANDINGAN PENDIDIKAN”
Disusun oleh : Kelompok 6 PAI.H
1.
Afidhatul Imaniah NIM.
210315261
2.
Dhofatul Hidayah NIM.
210315294
3.
Muhammad I’san Baidhowi NIM.
210315296
Dosen Pengampu
Zainur Rofik
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
PONOROGO
MEI 2018
|
|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Karena urgensinya tersebut, pendidikan dipandang sebagai satu hal yang
wajib ada dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan akan
selalu ada dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan
juga banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga sangat mungkin sekali terjadi
perbedaan hasil dan kualitas pendidikan antara satu lembaga dengan lembaga yang
lain. Bahkan antara satu negara dengan negara yang lain.
Pendidikan di Indonesia pasti berbeda dengan pendidikan di
negara-negara yang lain, seperti Malaysia, Singapura, China, Jepang, Australia,
Amerika Serikat, Inggris dan lain-lain. Di masing-masing negara tersebut, pasti
memiliki sistem, kebijakan, tujuan, struktur dan jenis pendidikan, kurikulum
dan lain-lain yang telah direncanakan, dilaksanakan dan dikelola dengan baik, agar
pendidikan di negara tersebut juga dapat berkembang dan tersebar luas.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dibahas tentang sistem
dan kebijakan pendidikan di salah satu negara yaitu Australia, yang merupakan
negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1.
Bagaimana sistem pendidikan di Australia?
2.
Apa saja tujuan pendidikan di Australia?
3.
Bagaimana kurikulum pendidikan di Australia?
4.
|
1
|
|
|
PEMBAHASAN
A.
Sistem Pendidikan di Australia
Bentuk negara Australia adalah federal dengan sistem
pemerintahannya parlementer. Sebagai negara berbentuk federal Australia
dipersatukan dalam suatu federasi yang disebut persemakmuran (Commonwealth).
Federasi Australia terbentuk pada tahun 1901 yang terdiri dari enam negara bagian
dan dua teritori. Keenam negara bagian tersebut adalah New South Wales
(NSW), Queensland (QLD), South Australia (SA), Tasmania
(TAS), Victoria (VIC), dan Western Australia (WA). Sedangkan dua
wilayah teritori adalah Australian Capital Territory (ACT) dan Northern
Territory (NT).[1]
Berdasarkan konstitusi Australia, pendidikan adalah tanggung jawab
negara bagian, seorang Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan
melaksanakan pendidikan dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan
prasekolah pada daerah tersebut. Departemen pendidikan merekrut dan mengangkat
guru-guru, dan hampir semua staf atau karyawan, menyediakan gedung-gedung,
peralatan serta perlengkapan lainnya, dan menyediakan anggaran bagi
sekolah-sekolah pemerintah.
Di samping itu, bantuan dana umum yang diberikan kepada negara
bagian, Commonwealth semenjak awal tahun 1970-an, telah menyediakan dana
untuk tujuan-tujuan pendidikan khusus melalui Komisi Sekolah Commonwealth
(Commonwealth School Commission, disingkat CSC) dan melalui
Komisi Pendidikan Tinggi Commonwealth (Commonwealth Tertiary
Education Commission, disingkat CTEC).[2]
|
2
|
Australia juga salah satu penyelenggara pendidikan dan pelatihan
terdepan di dunia bagi para pelajar internasional, termasuk pelatihan bahasa
Inggris. Lebih dari 400.000 pelajar dari sekitar 200 negara menerima pendidikan
Australia setiap tahun. Kursus ditawarkan baik di Australia maupun di luar
negeri.[3]
Sekolah-sekolah yang statusnya bukan negeri merupakan bagian yang
sangat penting dalam sistem pendidikan Australia, dan sekolah-sekolah swasta menampung
24% dari seluruh siswa dalam tahun 1982, jumlah yang terus meningkat semenjak
awal 1970-an. Hampir semua sekolah swasta berkaitan erat dengan dewan-dewan
gereja, di antaranya sekolah-sekolah Katolik Roma memiliki jumlah sekolah yang
paling banyak, menampung hampir 80% siswa-siswa swasta.[4]
Struktur dan jenis pendidikan di Australia, sekolah dimulai dengan kindergarten
(taman kanak-kanak) dan dilanjutkan dari kelas 1 sampai kelas 12. Pada dasarnya
sistem pendidikan di Australia dapat digolongkan menjadi lima strata
(tingkatan), yaitu:[5]
1.
Sekolah Dasar (Primary School): kelas 6 atau kelas 7
(tergantung pada negara bagiannya). Di negara bagian New South Wales,
Victoria, Tasmania, dan Australia Capital Territory berlangsung
sampai kelas 6. Sedangkan di negara bagian South Australia, Northern
Territory, Queensland, dan Western Australia berlangsung sampai kelas
7.[6]
2. Sekolah Menengah Pertama (Secondary
or High School): kelas 7 atau 8 sampai kelas 10 (tergantung pada negara
bagiannya). Di negara bagian New South Wales, Victoria, Tasmania, dan Australia
Capital Territory lama belajar 4 tahun (kelas 7-10). Sedangkan di negara
bagian South Australia, Northern Territory, Queensland, dan Western
Australia lama belajar hanya 3 tahun (kelas 8-10).
3. Sekolah Menengah Atas (Senior
Secondary School): kelas 11 sampai kelas 12 yang berlangsung hanya 2 tahun.[7]
4. Pendidikan Kejuruan dan Pelatihan (Vocational
Education and Training). Sebelum masuk ke jenjang pendidikan tinggi,
peserta didik saat di kelas 11 sudah mempersiapkan diri. Apabila mereka
berminat dalam bidang ilmu aplikatif maka mereka dapat melanjutkan ke
pendidikan vokasi. Bahkan untuk pendidikan vokasi juga ditawarkan bagi peserta
didik yang selesai dari program Secondary School. Jadi bukan hanya untuk
lulusan Senior Secondary School. Sedangkan bagi mereka yang ingin mendalami
ilmu yang bersifat teoretik maka mereka masuk ke pendidikan tinggi yang disebut
University (Universitas).[8]
5. Pendidikan Tinggi (University)
terdiri dari jenjang sarjana dan pasca sarjana. Jenjang sarjana ditempuh dalam
waktu 3 tahun dan bagi lulusannya memperoleh gelar Bachelor. Bagi mereka
yang ingin melanjutkan studinya ke jenjang pasca sarjana, mereka terlebih
dahulu harus mengikuti program Bachelor Honour Degree yang berlangsung
selama 1 tahun. Lulusan program tersebut memperoleh gelar Bachelor Hons.
Bagi lulusan Bachelor Hons yang kualifikasinya masuk kelompok atas (First
Class dan Second Class), mereka dapat langsung masuk program doktor
dan tidak menempuh program master.
Jenjang pasca sarjana dapat dibedakan atas program Graduate
Certificate, Graduate Diploma, Master Degree dan Doctoral Degree.
Baik Graduate Certificate maupun Graduate Diploma dirancang bagi
para profesional atau keterampilan bekerja sangat tinggi. Perbedaannya hanya
dalam lama masa studinya dimana untuk program Graduate Certificate
berlangsung selama 1 semester, sedangkan untuk Graduate Diploma lamanya
1 tahun. Program Master Degree berlangsung selama 18 bulan sampai 2
tahun yang dapat ditempuh melalui perkuliahan, penelitian, atau kombinasi
perkuliahan dan penelitian. Bagi yang lulus program Master Degree
memperoleh gelar Master. Program Doctoral Degree secara substansi
kepada yang berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan yang merupakan karya asli
sebagai pengetahuan baru. Program doktor berlangsung selama 3-4 tahun yang
dapat dilakukan dalam bentuk perkuliahan dan penelitian.[9]
Murid di Australia mulai sekolah pada umur 4,5-5,5 tahun (kindergarten).
Orang tua murid wajib menyekolahkan anaknya sampai dengan usia 15 atau 16 tahun
(tergantung pada negara bagiannya). Pada tingkat high school, semakin
tinggi tingkat sekolah, murid semakin bebas memilih mata pelajaran yang akan
diambil. Pada tingkat senior secondary school, murid boleh memilih
hampir semua mata pelajaran sesuai dengan keinginannya. Sebagian besar dari high
school dan senior secondary school juga menawarkan mata pelajaran
yang bersifat kejuruan, seperti perhotelan, turisme, muatan lokal, teknik kayu,
dan teknik logam. Pada akhir kelas 12, murid sekolah mendapatkan Year 12
Certificate. Piagam tersebut disertai transkip nilai mata pelajaran yang
telah diambil dengan nilai yang diraih. Untuk sebagian besar dari mata
pelajaran pada tingkat kelas 12, nilai siswa dihitung dari tugas sekolah serta
hasil ujian di negara bagian yang dilakukan pada akhir tahun. Nilai tersebut
dapat langsung digunakan untuk mendaftar ke universitas. Di Australia terdapat public
schools (sekolah-sekolah negeri) dan private schools
(sekolah-sekolah swasta). Kurang lebih dua pertiga dari murid bersekolah di
sekolah negeri, sedangkan sisanya bersekolah di sekolah swasta. Private
schools dibagi menjadi dua kelompok: yang berafiliasi pada agama (biasanya
Katolik atau Protestan, tetapi ada juga sekolah Islam) dan yang tidak
berafiliasi kepada agama (independent schools).
Tahun akademik di Australia dimulai pada akhir bulan Januari dan
berakhir pada pertengahan bulan Desember. Tahun akademik dibagi ke dalam empat term
dimana setiap term yang lamanya kurang lebih 10 minggu. Pada akhir
setiap term, para murid mendapatkan dua minggu liburan, namun pada akhir
tahun semua murid mendapatkan liburan selama kurang lebih enam minggu.
Sebelum memasuki pendidikan tinggi di Australia, siswa harus
menempuh pendidikan dasar dan pendidikan menengah terlebih dahulu, seperti
halnya Indonesia. Akan tetapi setelah menyelesaikan sekolah menengah, banyak
pilihan bagi seorang siswa untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang
lebih tinggi.[10]
B.
Tujuan Pendidikan di Australia
Tujuan umum berbagai sektor pendidikan Australia digariskan dalam
Undang-undang yang membentuk departemen pendidikan negara bagian, universitas,
dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Tujuan umum ini biasanya dilengkapi
dengan tujuan-tujuan yang lebih oleh badan-badan yang relevan. Tujuan
pendidikan ini mengisyaratkan perlunya pengembangan antara pelayanan kebutuhan
individu dan kebutuhan masyarakat melalui sistem pendidikan. Pada kelas
sekolah, tekanan adalah pada pengembangan potensi murid sebaik mungkin.
Pada tingkat pendidikan tinggi, tekanan yang lebih besar diarahkan
pada pencapaian kebutuhan pendidikan untuk kepentingan ekonomi serta masyarakat
secara umum. Untuk mencapai tujuan umum tersebut, berbagai sektor pendidikan
tinggi harus mempunyai fokus program yang berbeda-beda. Misalnya, universitas lebih
mengutamakan pengembangan ilmu pengetahuan, sektor pendidikan teknik dan
pendidikan lanjutan lainnya lebih memusatkan perhatian pada pendidikan
kejuruan.
Pada dasarnya, pemerintah federal Australia tidak campur tangan
langsung tentang tujuan pendidikan kecuali hanya melalui tujuan umum yang
dinyatakan dalam Undang-undang, tetapi pemerintah federal menyediakan hampir
seluruh dana pendidikan, dan memberikan arah pendidikan.[11] Pemerintah
federal Australia merumuskan tujuan pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam Melbourne
Declaration on Educational Goals for Young Australians pada tahun 2008. Ada
dua tujuan yang dirumuskan yaitu: Mengembangkan kesetaraan dan keunggulan
generasi muda Australia, dan seluruh generasi muda Australia menjadi pembelajar
yang sukses, individu yang percaya diri dan kreatif, dan menjadi warga negara
yang aktif dan inspiratif.
Melbourne Declaration
merupakan rumusan yang dihasilkan oleh semua Menteri Pendidikan Australia baik
dari pemerintah federal maupun pemerintah negara bagian. Apa yang dirumuskan
melalui itu kemudian diadopsi ke dalam Australian Education Act 2013
yang di dalamnya menyatakan bahwa semua siswa di semua sekolah berhak atas
pendidikan yang sangat baik, yang memungkinkan setiap siswa untuk mencapai
potensi penuhnya sehingga ia bisa sukses, mencapai aspirasinya, dan memberikan
kontribusi sepenuhnya kepada masyarakat, di masa sekarang dan masa depan.
Dari uraian di atas, pendidikan Australia memperlihatkan betapa
pentingnya kualitas manusia yang akan diupayakan secara sadar melalui
pendidikan. Terkait dengan kualitas tersebut, Australian Education Act
2013 menegaskan tidak boleh dibatasi oleh dimana ia tinggal, pendapatan
keluarganya, sekolah yang diikutinya atau keadaan pribadinya. Sebelumnya dalam Australian
Education Bill 2012 disebutkan tujuan pendidikan dalam rangka agar sekolah
di Australia memberikan pendidikan yang sangat baik bagi peserta didik, berlaku
sangat adil dan menempatkan Australia dalam lima negara yang berkualitas dalam
lomba internasional di bidang membaca, sains dan matematika.[12]
C.
Kurikulum Pendidikan di Australia
Suatu kecenderungan pada semua sistem sekolah negeri semenjak awal
1970-an adalah pendelegasian tanggung jawab kurikulum kepada sekolah-sekolah,
tetapi kecepatannya sangat bervariasi. Pada beberapa negara bagian, pedoman
kurikulum dibuat terpusat tetapi sekolah-sekolah dapat mengadaptasikannya untuk
memenuhi tuntutan dan kebutuhan lokal. Pada negara bagian yang lain,
pejabat-pejabat yang relevan di pusat menyusun tujuan umum dan sekolah
menjabarkannya ke dalam bentuk kurikulum yang rinci tetapi tetap berada dalam
kerangka tujuan umum yang telah ditetapkan. Pengecualian yang agak besar
terjadi pada kurikulum sekolah menengah untuk kelas-kelas terakhir, detail
kurikulum disusun secara terpusat untuk kepentingan ujian eksternal. Pada kedua
territories, the Australian Capital Territory (ACT) dan the
Northern Territory, sekolah relatif memiliki otonomi yang lebih luas dan
dapat mengembangkan kurikulumnya atas dasar tujuan umum yang ditentukan di
tingkat sekolah.
Pusat Pengembangan Kurikulum (Curriculum Development Centre/
CDC) dibentuk oleh pemerintah Commonwealth dalam tahun 1975 untuk
membantu mengkoordinasi dan mendiseminasikannya, serta menyiapkan materi
kurikulum. Buku-buku pelajaran dan ujian disiapkan oleh berbagai badan termasuk
seksi kurikulum, departemen pendidikan, Dewan Penelitian Pendidikan Australia
(ACER), Pusat Pengembangan Kurikulum (CDC), penerbit buku-buku akademik yang
komersial, dan asosiasi guru-guru bidang studi.[13]
Tanggung jawab tentang metodologi pengajaran pada prinsipnya
terletak pada masing-masing guru dan sekolah. Pada umumnya format pengajaran
pada pendidikan dasar ialah seorang guru memegang satu kelas, tetapi ada
kecenderungan terjadinya variasi pengelompokan kelas. Sama halnya dengan di
sekolah menengah, hampir semua siswa tetap berada dalam kelompok-kelompok umur
yang bersamaan, dan mereka diajar oleh guru-guru bidang studi, dan ada pula
kecenderungan untuk mengelompokkan siswa tidak berdasarkan kesamaan umur tetapi
beda umur, diajar oleh tim guru, dan siswa dikelompokkan dalam format-format
kecil. Masalah kurikulum yang krusial dalam sistem pendidikan Australia
terletak terutama pada isi kurikulum, yaitu menentukan isi kurikulum yang cocok
untuk masyarakat. Hal ini timbul disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam
masyarakat Australia dan komposisi penduduk. Lebih sulit memperoleh kesepakatan
tentang isi kurikulum saat ini dibandingkan dengan masa sebelumnya karena
masyarakat Australia yang semakin pluralistik dan sekaligus multikultural.
Sesudah tahun 1970-an, semua departemen pendidikan terlibat dalam
peninjauan kembali tujuan, struktur, dan kurikulum. Diantara upaya yang
dilakukan adalah menentukan dan mengembangkan kurikulum inti. Di samping itu,
pada tingkat pendidikan menengah, banyak sekolah yang menawarkan mata kuliah
alternatif di luar mata kuliah yang sudah ada, dengan prioritas pada bidang keahlian
kejuruan dan teknologi.[14]
Curriculum Framework di Australia
disusun dalam rangka menyongsong datangnya Abad XXI, dengan semboyan “Educating
our Children to succed in the 21th Century”. Ada beberapa hal yang menarik
dalam Curriculum Framework: Ada 8 kondisi yang melatarbelakangi
pengembangan kurikulum di Australia, yaitu cultural diversity, changes in
the family structure, rapid pace of technologival change, global environmental
issues, changing nature of social conditions, change in the workplace,
inter-dependence in the global economy, and uncertain standards of living.
Dan ada 5 karakteristik nilai yang akan dibangun melalui kurikulum tersebut,
yaitu pursuit of knowledge and commitment to achievement of potential, self
acceptance and respect of self, respect and concern for others and the rights,
social and civic responsibility, and environmental responsibility. Curriculum
Framework tidak menggunakan istilah “Berbasis Kompetensi”, namun
menggunakan istilah “Student outcomes statement” atau dikenal dengan “Overarching
statement learning outcomes”.[15]
Sekolah-sekolah di Australia mempunyai kurikulum nasional, tetapi
DEA, school district, sekolah dan college mempunyai kebebasan
untuk mengembangkan kurikulum dan metode mengajarnya sendiri, yang pengembangan
bisa berdasarkan kurikulum nasional atau tidak. Dengan kata lain, penggunaan
kurikulum nasional sebagai guidelines sifatnya adalah pilihan, bukan
suatu keharusan. Pemerintah federal membuat kurikulum guidelines, tetapi
sekolah mempunyai otonomi untuk mengembangkan kurikulum sendiri, yaitu
memutuskan sendiri apa yang akan diajarkan, berapa lama akan diajarkan, dan
bagaimana cara mengajarkannya. Dalam kaitannya bagaimana sekolah dioperasikan
(dikelola), DEA membuat aturan dan kebijaksanaan dasar untuk sekolah. Dalam
pengimplementasiannya di sekolah, sebelum kebijaksanaan DEA ini
diimplementasikan, kebijakan tersebut dikembangkan dan dirumuskan secara
terinci di sekolah dan disesuaikan dengan kondisi sekolah oleh kepala sekolah,
guru, school council (Parents and friends association/P&F).
Dalam hubungannya dengan akuntabilitas, setiap sekolah mempunyai school
council. Kepala sekolah harus mengadakan pertemuan secara berkala dengan school
council untuk melaporkan semua kegiatan yang telah dilakukan sekolah.
Dengan kata lain, sekolah bertanggung jawab terhadap school council.
Suatu hal yang sangat menarik adalah kebebasan setiap orang untuk datang dan
mengadu tentang ketidakpuasannya dengan pelayanan pendidikan ke kantor Ministry
of Education (DEA). Setiap pengaduan atau keluhan yang diajukan oleh orang
tua siswa atau masyarakat, senantiasa mendapat tanggapan yang serius dari Ministry
of Education. Ini berarti bahwa secara tidak langsung sekolah bertanggung
jawab kepada orang tua siswa dan masyarakat.[16]
D.
Bantuan Pemerintah Australia Terhadap Indonesia Bidang Pendidikan
1.
AusAID (Australian
Agency for International Development) adalah lembaga pemerintah Australia
yang bertanggung jawab untuk mengelola program bantuan luar negeri Australia.
Tujuan dari program ini adalah untuk membantu negara-negara berkembang untuk
mengurangi kemiskinan dan mencapai pembangunan berkelanjutan yang sejalan
dengan kepentingan nasional Australia.[17]
2.
Proyek Bridge Indonesia dengan Australia. Kegiatan utama
program Bridge yaitu pertama program guru kunjung Australia memberi
kesempatan kepada guru-guru di Indonesia untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman mereka di sekolah-sekolah Australia. Yang kedua pengembangan dan
penyediaan sumber daya dan pelatihan online via internet untuk mendukung
kemitraan sekolah yang berkesinambungan dalam jangka panjang.[18]
3.
Program Beasiswa pada Pendidikan Tinggi. Program ini dapat
meningkatkan sumber daya, manusia dan ketersediaan calon-calon pemimpin dalam
semua bidang sehingga mengurangi pengangguran.[19]
4.
Australia Indonesia Basic Education Program (AIBEP). Program ini, pemerintah Australia menyediakan dana untuk
membangun 2000 sekolah atau madrasah yang akan menyediakan sedikitnya 330.000
tempat belajar formal dan non formal bagi anak Indonesia.[20]
5.
Professional Development for Education Personnel Programme (ProDEP) adalah program kemitraan Australia dengan Indonesia yang
bertujuan mengembangkan sistem nasional Pengembangan Keprofesian Tenaga
Kependidikan Sasaran Program ProDEP berskala nasional, yaitu mencakup 250
kabupaten atau kota di 34 provinsi di Indonesia.[21]
|
|
KESIMPULAN
1.
Sistem pendidikan adalah federal dengan sistem pemerintahannya
parlementer yang dipersatukan dalam suatu federasi yang disebut persemakmuran (Commonwealth).
Federasi Australia terbentuk pada tahun 1901 yang terdiri dari enam negara
bagian dan dua teritori. Pendidikan adalah tanggung jawab negara bagian,
seorang Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan
pendidikan dasar dan menengah. Struktur dan jenis pendidikan ada lima strata
yaitu: sekolah dasar (primary school), sekolah menengah pertama (secondary
or high school), sekolah menengah atas (senior secondary school), pendidikan
kejuruan dan pelatihan (vocational education and training), dan pendidikan
tinggi (university).
2.
Tujuan pendidikan: mengisyaratkan perlunya pengembangan antara
pelayanan kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat melalui sistem
pendidikan.
3.
Kurikulum pendidikan: pusat pengembangan kurikulum dibentuk oleh
pemerintah Commonwealth dalam tahun 1975 untuk membantu mengkoordinasi
dan mendiseminasikannya, serta menyiapkan materi kurikulum. Buku-buku pelajaran
dan ujian disiapkan oleh berbagai badan termasuk seksi kurikulum, departemen
pendidikan, Dewan Penelitian Pendidikan Australia (ACER), Pusat Pengembangan
Kurikulum (CDC), penerbit buku-buku akademik yang komersial, dan asosiasi
guru-guru bidang studi. Sesudah tahun 1970-an, semua departemen pendidikan
terlibat dalam peninjauan kembali tujuan, struktur, dan kurikulum. Diantara
upaya yang dilakukan adalah menentukan dan mengembangkan kurikulum inti.
4.
|
12
|
|
|
Abrar. Kurikulum Sejarah Jenjang
SMA: Sebuah Perbandingan Indonesia-Australia.” Jurnal Pendidikan Sejarah
4, no. 1 (Januari 2015).
Afdhal. “Pola Kepemimpinan dan
Sistem Manajemen Pendidikan di Beberapa Negara Persemakmuran: Suatu Kajian
Analisa Perbandingan.” Ta’dib 13, no. 1 (Juni 2010).
Anggara, Billy. “Dampak Kerjasama
Indonesia-Australia: Bidang Pendidikan (Studi Kasus Sister School SMPN 1
Tasikmalaya dengan Glenunga International High School Australia) 2012.” Jom
FISIP 1, no. 2 (Oktober 2014).
Isri, Saifullah. “Konsep Pendidikan
Jerman dan Australia: Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan
Indonesia.” Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1 (Juni 2015).
Saifullah. “Konsep Pendidikan Jerman
dan Australia (Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan
Indonesia).” Jurnal Ilmiah Peuradeun 2, no. 2 (Mei 2014).
[1] Abrar,
“Kurikulum Sejarah Jenjang SMA: Sebuah Perbandingan Indonesia-Australia,” Jurnal
Pendidikan Sejarah 4, no. 1 (Januari 2015), hlm. 15.
[2] Saifullah,
“Konsep Pendidikan Jerman dan Australia (Kajian Komparatif dan Aplikatif
terhadap Mutu Pendidikan Indonesia),” Jurnal Ilmiah Peuradeun 2, no. 2
(Mei 2014), hlm. 277.
[3] Ibid.,
275.
[4] Saifullah
Isri, “Konsep Pendidikan Jerman dan Australia: Kajian Komparatif dan Aplikatif
terhadap Mutu Pendidikan Indonesia,” Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1
(Juni 2015), hlm. 38.
[5] Ibid.,
37.
[6] Abrar,
“Kurikulum Sejarah Jenjang SMA”, hlm. 18.
[7] Ibid.,
19.
[8] Ibid.,
21.
[9] Ibid.,
21-22.
[10] Saifullah,
“Konsep Pendidikan Jerman dan Australia”, hlm. 276.
[11] Isri, “Konsep
Pendidikan Jerman dan Australia”, hlm. 36-37.
[12] Abrar,
“Kurikulum Sejarah Jenjang SMA”, hlm. 17.
[13] Saifullah,
“Konsep Pendidikan Jerman dan Australia”, hlm. 277-278.
[14] Ibid.,
278-279.
[15] Ibid.,
279.
[16] Afdhal, “Pola
Kepemimpinan dan Sistem Manajemen Pendidikan di Beberapa Negara Persemakmuran:
Suatu Kajian Analisa Perbandingan,” Ta’dib 13, no. 1 (Juni 2010), hlm.
57-58.
[17] Billy Anggara,
“Dampak Kerjasama Indonesia-Australia: Bidang Pendidikan (Studi Kasus Sister
School SMPN 1 Tasikmalaya dengan Glenunga International High School Australia)
2012,” Jom FISIP 1, no. 2 (Oktober 2014), hlm. 4.
[18] Ibid.,
5.
[19] Ibid.,
5-6.
[20] Ibid.,
6.
[21] Ibid.,
7








Tidak ada komentar:
Posting Komentar