Blog masa kini yang berisi kontent inspiratif

MAKALAH 10 - PSIKOLOGI DAKWAH - MANUSIA DALAM PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DALAM PRESPEKTIF ISLAM

MANUSIA DALAM PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
DALAM PRESPEKTIF ISLAM
Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Psikologi Dakwah


Disusun oleh: kelompok 10
Nining Masruroh                             (210315262)
Oktiya Hayyu Liyandani              (210315292)
Ratna Wulandari                            (210315264)
KELAS PAI.H

Dosen pengampu
Sunartip Fadlan, S.HI.M.Sy.


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
16 MEI 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Di dalam pergaulan dan percakapan sehari-hari tidak jarang kita mendengar dan bahkan menggunakan kata pribadi atau kepribadian, “Si A itu berkepribadian Islamis” dan “Si B itu seorang guru, seorang pendidik, tetapi tidak memiliki kepribadian pendidik”. Kita mengucapkan kata kepribadian tanpa memikirkan lebih lanjut apa arti yang sebenarnya dari kata-kata itu. Ada pula, orang bicara “Ah sikapnya tidak sesuai dengan kepribadiannya, apalagi sifatnya, jauh deh darinorma Islam”. Begitu pula si inem pelayan seksi, tak mau kalah “Ah boss gue walaupun sudah haji, tetapi watak dan tempramennya tidak mencerminkan kalau ia telah mengunjungi Baitullah, bahkan shalatnya saja masih snein kamis”. Dari sedikit ilustrasi diatas dapat disimpulkan bahwa pemakaian kata: pribadi, kepribadian, sikap, sifat, tempramen, ataupun watak perlu mendapatkan proporsi yang cukup dalam kajian ini.
Maka, untuk mengetahui lebih jelas mengenai penjelasan tentang kepribadian serta keseimbangan dalam kepriabdian ini, penulis akan mengulasnya dalam makalah ini, dengan harapan melalui tulisan sederhana ini mampu membantu berbagai pihak yang membacanya.

B.   Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian Kepribadian?
2.    Apa saja yang termasuk Tipologi Temperamen Manusia?
3.    Bagaimana Keseimbangan dalam Kepribadian?



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Kepribadian
Personality berasal dari kata person yang secara bahasa memiliki arti sosok manusia sebagai individu, individu secara umum, orang yang hidup, pribadi, eksistensi atau identitas pribadi dan kekhususan karakter individu.
Sedangkan dalam bahasa arab penegrtian etimologi kepribadian dapat dilihat dari term-term padanannya seperti Huwiyyah Aniyyah, Zatiyyah, Nafsiyyah, Khuluqiyyah, dan Syakhshiyyah sendiri.[1]
Banyak ahli yang merumuskan definisi kepribadian berdasarkan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Berikut ini dikemukakan beberapa ahli yang definisinya dapat dipakai acuan dalam mempelajari kepribadian.
1.    Gordon W.W Allport
Kepribadian sebagai “ What a man really is.” Tetapi definisi tersebut dipandang tidak memadai lalu ia merevisi definisi tersebut yang kemudian dirumuskan oleh Allport adalah “ Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique”.
Pendapat allport diatas diterjemahkan menjadi: kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
2.    Krech dan Crutchfield
David Krech dan Richard S. Cruthfield dalam bukunya yang berjudul elements of psychology merumuskan definisi kepribadian sebagai berikut:
Kepribadian adalah intergasi dari smeua karakteristik individu kedalam suatu kesatuan yang unik yang menentukan dan yang dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah terus-menerus.
3.    Adolf Heuken, S. J. Dkk
Dalam bukunya yang berjudul tantangan membina kepribadian menyatakan sebagai berikut:
 “Kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial. Semuanya ini telah ditatanya dalam caranya yang khas dibawah beraneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya.”[2]
Berdasarkan definisi para ahli diatas dapat disimpulkan pokok-pokok pengertian kepribadian sebagai berikut:
·      Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri dari aspek psikis seperti: intelegensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dst. Serta aspek fisik, seperti: bentuk tubuh, kesehatan jasmani, dst.
·      Kesatuan dari dua aspek tersebut berinteraksi dengan lingkunagnnya yang mengalami perubahan secara terus menerus, dan terwujudlah pola tingkah laku yang khas atau unik.
·      Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan, tetapi dalam perubahan tersebut tredapat pola-pola yang bersifat tetap.
·      Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu.[3]
Kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam diri seseorang sebagai sistem psikofisik yang menentukan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dan bersifat unik. Makna penting kepribadian adalah penyesuaian diri, yaitu suatu proses respons individu, baik yang bersifat perilaku maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dan norma lingkungan.
Adapun pengertian unik dalam definisi diatas adalah kualitas perilaku itu khas sehingga membedakan seseorang dari orang lain. Keunikan tersebut didukung oleh keadaan struktur psikofisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi, dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Aspek-aspek kepribadian terdiri dari :
1.    Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat,
2.    Temperamen, yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan,
3.    Sikap, yaitu respons terhadap objek yang bersifat positif, negatif, atau ambivalen,
4.    Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa,
5.    Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi, dan
6.    Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal, seperti pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.[4]
B.   Tipologi Tempramen Manusia
Tempramen dalam kamus psikologi diartikan sebagai reaktif seseorang sedangkan menurut Allport tempramen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah tidaknya kena rangsangan emosi, kekuatan, serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati, dan gejala ini tergantung kepada factor konsitusional, dan terutama berasal dari keturunan. Adapun menurut Santrock, tempramen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam member tanggapan/respon. [5]
Seorang sarjana Galenus telah menyusun tipologi tempramen menjadi empat golongan besar, yaitu:
1.     Sanguinicus
Tipe manusia ini sebagai penyebab yang dominan dari komposisi darah. Dengan sifat dasar dari tempramennya adalah perasaan senang, gembira, optimis, suka berubah-ubah kepastian, percaya diri, tidak takut resiko, wawasan hari esok lebih cerah, sikap mentalnya positif, gampang dan mudah puas.
Tipe semacam ini lebih tepat dimiliki oleh orang lapangan yang memrlukan kerja cepat, pendobrak masalah-masalah, dan pengambil keputusan / inisiatif.
2.     Flegmaticus
Sifat pokok dari tempramen ini adalah netral, tenang, kepekaan perasaannya sedang, dan tidak responsif, pikiran stabil dan positif, cukup puas jika hasil kerja baik, emosionalitas kurang peka dan agak lemah, dingin dan kurang pedulian. Sikap mentalnya positif, kuat, stabil, sabar, tidak lekas panik, dan mudah tersinggung.
3.     Cholericus
Sifat pokok dari tempramen jenis ini adalah sifat hebat, lekas marah atau tersinggung, selalu kurang puas, bersifat neagtif dan agresif, energik, fanatik, dan bahkan provokatif.
4.     Melancholis
Sifat pokok dari tempramen jenis ini adalah pesimis atau sedih, negatif dan pemimpi. Sikap mentalnya yaitu, statis, ragu-ragu, sangat hati-hati, takut mengambil resiko, selalu merasa tertekan dan berliku-liku, kurang gairah dan cengeng.[6]
C.   Keseimbangan dalam Kepribadian
Dalam kepribadian manusia kadang terkandung sifat hewani, yang tercermin dalam berbagai kebutuhan fisik yang harus dipenuhinya dalam kelangsungan hidupnya. Setelah empat belas abad diturunkannya Al-Quran, muncullah Sigmund Freud, pendiri psikologi analisis, mengklasifikasikan kepribadian manusia menjadi tiga bagian: Id, Ego, dan Superego
Id merupakan, bagian dari jiwa yang memuat berbagai rangsangan yang timbul dari tumbuh. Ia patuh terhadapa prinsip-prinsip kelezatan, dan selalu bertujuan untuk memenuhinya tanpa mempertimbangkan logika, moral, atau realitas. Id dengan pengertian yang demikian ini, hamper seiring dnegan konsepsi jiwa yang cenderung pada kejahatan.
Ego adalah bagian jiwa yang memegang kendali dan menguasai berbagai keinginan instriktif yang timbul dari id. Ia yang member izin pemenuhan sebagian dari keinginan-keinginan itu, menunda sebagian yang dipandangnya perlu ditunda, dan mencegah keinginan yang ia pandang perlu dicegah, dengan mem
perhatikan prinsip kenyataan atau dunia eksternal, termasuk diantaranya hukum nilai, moral, dan ajaran agama.
Superego adalah bagian jiwa yang terdiri dari ajaran-ajaran yang diterima seseorang dari kedua orangtuanya, para gurunya, dan nilai-nilai budaya dimana ia tumbuh, dan menjadi kekuatan psikis internal yang menialai seseorang, mengawasi, mengkritiknya, dan mengancamnya dengan azab.
Dari ketiga potensi diatas sering terjadi konflik, hakikatnya manusia ingin menuruti id (mereguk kenikmatan, kelezatan tiada batasnya) sedang dipihak lain baik ego atau superego mencegahnya. Hal ini diisyaratkan dalam Al-Quran surah An-Naziat :37-41
Konflik psikis antara aspek mental dan material terlihat dalam penggambaran Al-Quran tentang Qarun yang bangga terhadap harta yang dimilikinya (Q.S Al-Qashash: 79-80) sehingga Allah mengingatkan bahwa harta benda itu hanya amanah sifatnya (Q.S Al-Munafiqun:9 dan Q.S At-Thaghabun: 15).[7]



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
1.      pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah penyesuaian diri, yaitu suatu proses respons individu, baik yang bersifat perilaku maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dan norma lingkungan.
2.      Tipologi Temperamen Manusia
a.       Sanguinicus
b.      Flegmaticus
c.       Cholericus
d.      melancholis
3.      Keseimbangan dalam Kepribadian
Sigmund Freud, pendiri psikologi analisis, mengklasifikasikan kepribadian manusia menjadi tiga bagian: Id, Ego, dan Superego. Dari ketiga potensi diatas sering terjadi konflik, hakikatnya manusia ingin menuruti id (mereguk kenikmatan, kelezatan tiada batasnya) sedang dipihak lain baik ego atau superego mencegahnya.





DAFTAR PUSTAKA

Jumantoro Totok, Psikologi Dakwah,Jakarta: Amzah,2001.
Kuntjojo, Psikologi Kepribadian,Kediri:Universitas Nusantara PGRI Kediri,2009.
Mahmud, Psikologi Pendidikan,Bandung : Pustaka Setia, 2010.
Mujib,Abdul. Kepribadian dalam Psikologi Islam,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Mukmin,Siti,Aisyah. “Variasi Individual Dalam Pembelajaran”, Jurnal Al-Ta’dib Vol.7 No.1 Januari-Juni 2014.





[1] Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 18-19.
[2] Kuntjojo,Psikologi Kepribadian,(Kediri:Universitas Nusantara PGRI Kediri,2009),18
[3] Ibid.,18
[4] Mahmud, Psikologi Pendidikan (Bandung : Pustaka Setia, 2010), 366-367.
[5] Siti Aisyah Mukmin, “Variasi Individual Dalam Pembelajaran”, Jurnal Al-Ta’dib Vol.7 No.1 Januari-Juni 2014.Hlm.78.
[6] Totok jumantoro, Psikologi Dakwah,(Jakarta: Amzah,2001),140-141
[7] Ibid.,145-147
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Popular Posts

Blog Archive

PAI.H

PAI.H
Kita lebih dari sekedar teman, we are family