Blog masa kini yang berisi kontent inspiratif

KELOMPOK 8 - TIK - BLENDED LEARNING

BLENDED LEARNING
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“PEMBELAJARAN PAI BERBASIS TIK”


Disusun oleh : Kelompok 8
1.   Fantris Fitranda Nahkar Saputra    (210315166)
2.   Hawing Cahya PM                         (210315271)
3.   Rista Hasanatul Fadillah                 (210315293)

Kelas PAI.H

Dosen Pengampu :
Nurul Malikah, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
MEI 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dalam berbagai kajian dan penelitian dinyatakan bahwa pendidikan merupakan indikator kejayaan  bangsa,  demikian  pula  guru  memeganperan  pentindalam  membelajarkan  para peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan guru menjadi indikator kunci keberhasilan pendidikan. Memasuki abad dua puluh satu ini, guru sebagai sumber belajar utama dirasa tidak memadai lagi, sumber belajar guru harus terintegrasi dengan sumber belajar lain, yaitu sumber belajar cetak, audia, audio visual, dan komputer. Bahkan perlu juga memanfaatkan handphone sebagai mobile learning.
Pendidik masa depan dalam kegiatan pembelajaran dapat berfungsi sebagai seniman (artist) dan  ilmuwan  (scientistdalam  merancang  dan  melaksanakan  pembelajaran  dan  mengelola sumber-sumber belajar yang sengaja dirancang dan dimanfaatkan. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru dalam merancang pembelajaran terutama dalam upaya memecahkan masalah atau mengaplikasikan dalam rancangan pembelajaran mata pelajaran  agar  kualitas  pembelajaran  meningkat  yang  sensitif  terhadap  perkembangan  ilmu pengetahuan  dan  teknologi  yandi kenadengan  Pembelajaran  Berbasis  Blended  Learning (PPBL).  
Karena itulah pemakalah akan memaparkan lebih lanjut mengenai blended learning.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian blended learning?
2.      Apa saja kelebihan dan kelemahan penggunaan blended learning?
3.      Apa saja pertimbangan dalam penggunaan blended learning?
4.      Bagaimana peran guru dalam penggunaan blended learning?
1
 
 

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Blended Learning
Perkembangan kemajuan teknologi dan komunikasi dewasa ini berlangsung sedemikian pesat, sehingga pantaslah para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Beberapa keterbatasan yang dulu dialami manusia dalam berhungan satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan, dan lain-lain, kini dapat diatasi dengan dikembangkannya berbagai teknologi informasi dan komunikasi mutakhir. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk dijadikan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya. [1]
2
 
Pembelajaran konvensional tidak lagi sepenuhnya menjadi andalan, namun ditengah kemajuan teknologi saat ini diperlukan variasi metode yang lebih memberikan kesempatan untuk belajar dengan memanfaatkan aneka sumber, tidak hanya dari man power seperti halnya guru. Pembelajaran yang dibutuhkan adalah dengan memanfaatkan unsur teknologi informasi, dengan tidak meninggalkan pola pembimbingan langsung dari pengajar dan pemanfaatkan sumber belajar lebih luas. Konsep ini sering juga diistilahkan dengan pencampuran antara blended e-learning dengan konvensional sehingga disebut dengan blended learning.[2]
Blended learning terdiri dari kata blended  (kombinasi/  campuran) dan learning (belajar). Istilah lain yang sering digunakan adalah hybrid course (hybrid = campuran/ kombinasi, course = mata kuliah). Makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face = f2f) dan pembelajaran berbasis  komputer (online dan offline).[3]
Saat ini istilah blended menjadi populer, maka semakin banyak kombinasi yang dirujuk sebagai blended learning. Dalam metodologi penelitian, digunakan istilah mixing untuk menunjukkan kombinasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Adapula yang menyebut di dalam pembelajaran adalah pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi penyampaikan pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka, pembelajaran berbasis komputer (offline), dan komputer secara online (internet dan mobile learning).[4]
Pembelajaran berbasis Blended learning berkembang sekitar tahun 2000 dan sekarang banyak digunakan di Amerika Utara, Inggris, Australia, kalangan perguruan tinggi dan dunia pelatihan. Melalui blended learning semua sumber belajar yang dapat memfasilitasi terjadinya belajar bagi orang yang belajar dikembangkan. Pembelajaran blended dapat menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya, pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber  belajar  tatap  muka  dengan  pengajar  maupun  yang  dimuat  dalam  media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Pembelajar dan pengajar/ fasilitator bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.[5]
Model pembelajaran ini merupakan sarana belajar bersama untuk mereka yang merasa membutuhkan materi tambahan. Mereka kurang puas dengan   pembelajaran   konvensional   di kelas, karena dengan blended learning mereka bisa dengan mudah mendapatkan materi-materi baru bahkan lebih up to date dari berbagai sumber bahkan pakar dari seluruh belahan dunia.[6]
Demikian juga ditemukan bahwa model pembelajaran berbasis blended lebih baik daripada pembelajaran tatap muka (Face to face). Berdasarkan temuannya yang disajikan dalam Tabel 1.1 menunjukkan perbandingan tingkat keberhasilan (bagi siswa mencapai nilai A, B, atau C) selama dua tahun. Pada tabel 1.1 disajikan hasil penelitian pembelajaran yang dilakukan melalui tatap muka (face to face), pembelajaran kombinasi (blended) dan pembelajaran melalui internet (online) penuh.

Tabel 1.1 Persentase nilai hasil belajar antara pembelajaran tatap muka (face to face), pembelajaran kombinasi (blended) dan pembelajaran melalui internet (online) (Dziuban, Hartman, & Moskal, 2004)
Pembelajaran
Musim
Semi
2001
Panas
2001
Dingin
2001
Semi
2002
Panas
2002
Dingin
2002
Semi
2003
Tatap muka
91
93
91
90
94
91
91
Kombinasi (Blended)
91
97
94
91
97
92
91
Internet penuh
89
93
90
92
92
92
91

Pembelajaran berbasis blended learning, di samping untuk meningkatkan hasil belajar, bermanfaat pula untuk meningkatkan hubungan komunikasi pada tiga mode pembelajaran yaitu lingkungan pembelajaran yang berbasis ruan kelas tradisional, yang blended, dan yang sepenuhnya online.[7]
Tujuan dari blended learning adalah untuk mendapatkan pembelajaran yang baik dimana metode konvensional memungkinkan untuk melakukan pembelajaran secara interaktif, sedangkan metode online dapat memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu sehingga dapat dicapai pembelajaran yang maksimal. Tidak ada aturan baku tentang pembelajaran secara blended, dan hal ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.[8]

B.  Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan Blended Learning
Penggunaan blended learning memiliki keuntungan sebagai berikut:
1.    Siswa tidak hanya belajar lebih banyak pada saat sesi online yang ditambahkan pada pembelajaran tradisional, tetapi dapat meningkatkan interaksi dan kepuasan siswa.
2.    Siswa dilengkapi dengan banyak pilihan sebagai tambahan pembelajaran di kelas, meningkatkan apa yang dipelajari, dan kesempatan untuk mengakses tingkat pembelajaran yang lebih lanjut.
3.    Penyajian dapat lebih cepat disampaikan bagi siswa yang belajar menggunakan e-learning.
4.    Tidak hanya belajar satu arah yang berurutan, dengan blended learning siswa memiliki kesempatan untuk mempelajari materi yang diinginkan, serta pengaturan jadwal dan waktu yang fleksibel suatu mata pelajaran.[9]
5.    Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja.
6.    Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas
7.    Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran.[10]
Banyak kelebihan yang dimiliki oleh blended learning, namun terdapat kekurangannya yaitu:
1.    Keterbatasan pengaksesan komputer dan internet. Kecepatan bandwidth terbatas, sehingga sulit untuk mengakses internet secara berkesinambungan tanpa terputus. Beberapa daerah masih mengalami kesulitan untuk mengakses internet, bahkan fasilitas listrik pun sangat kurang.
2.    Keterbatasan pengetahuan yang disampaikan menggunakan teknologi. Halaman web tidak dapat menyajikan infoemasi secara lengkap dengan ukuran resolusi layar komputer yang terbatas. Demikian juga kebiasaan orang yang masih lebih mudah membaca buku daripada membaca pada layar komputer.
3.    Keterbatasan meningkatkan keterampilan bagi siswa. Keterampilan siswa seperti kegiatan yang harus dilakukan dalam laboratorium, membuat gambar secara manual yang tidak dapat digantikan dengan komputer sepenuhnya.[11]
C.  Pertimbangan dalam Penggunaan Blended Learning
Pertimbangan untuk menggunakan pembelajaran tatap muka, online, atau blended, tergantung dari analisis dari kompetensi yang harus dicapai, karakteristik, dan lokasi pengguna. Tergantung dari analisis dari ketiga parameter tersebut, desainer pembelajaran akan menentukan pilihan yang tepat. Dalam suatu mata pelajaran ditentukan bagian yang akan dibuat online, dan bagian mana yang dilakukan offline. De Praetere memberikan contoh mata kuliah bahasa Inggris, dimana instruktur mengambil kesimpulan bahwa semua aktivitas audio (listening comprehension, oral expression) akan dilakukan di dalam kelas, sedangkan kegiatan yang berbasis teks akan dilakukan secara online.[12]
Komposisi blended yang sering digunakan yaitu 50/50, artinya dari alokasi waktu yang disediakan, 50% untuk kegiatan pembelajaran tatap muka dan 50% dilakukan pembelajaran online. Atau ada pula yang menggunakan komposisi 75/25, artinya 75% pembelajaran tatap muka dan 25% pembelajaran online. Demikian pula dapat dilakukan 25/75, artinya 25% pembelajaran tatap muka dan 75% pembelajaran online.[13]
Pertimbangan untuk menentukan apakah komposisinya 50/50, 75/25 atau 25/75 bergantung pada analisis kompetensi yang ingin dihasilkan, tujuan mata pelajaran, karakteristik pebelajar, interaksi tatap muka, strategi penyampaian pembelajaran online atau kombinasi, karakteristik, lokasi pebelajar, karakteristik dan kemampuan pengajar, dan sumber daya yang tersedia. Namun demikian, pertimbangan  utama  dalam  merancang  komposisi  pembelajaran  adalah  penyediaan  sumber belajar yang cocok untuk berbagai karakteristik pebelajar agar dapat belajar lebih efektif, efisien, dan menarik. Dalam skenario pembelajaran berikutnya tentu saja harus memutuskan untuk tujuan mana yang dilakukan dengan pembelajaran tatap muka, dan bagian mana yang offline dan online.[14]

D.  Peran Guru dalam Penggunaan Blended Learning
Peran pengajar dalam pembelajaran berbasis blended learning sangat penting dalam mengelola pembelajaran. Yang pasti pengajar harus melek informasi. Di samping memiliki keterampilan mengajar dalam menyampaikan isi pembelajaran tatap muka, pengajar juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan sumber belajar berbasis komputer  (Microsof Word dan Microsoft PowerPoint) dan keterampilan untuk mengakses internet, kemudian dapat menggabungkan dua atau lebih metode pembelajaran tersebut. Seorang pengajar dapat memulai pembelajaran dengan tatap muka terstruktur kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran berbasis komputer offline dan pembelajaran secara online. Kombinasi pembelajaran juga dapat diterapkan pada integrasi e-learning (online), menggunakan komputer di kelas, dan  pembelajaran tatap muka di kelas. Bimbingan belajar perlu diberikan kepada pebelajar sejak awal, agar para pebelajar memiliki keterampilan belajar kombinasi sejak awal, karena kemampuan ini akan menjadi alat belajar di masa depan.[15]
Peran guru dapat mengkombinasikan dua atau lebih metode pembelajaran. Contoh yang umum dari blended learning adalah integrasi antara bahan berbasis teknologi dan sesi tatap muka untuk menyajikan konten. Seorang guru atau instruktur dapat memulai pelajaran yang terstruktur di dalam kelas dengan pengantar, kemudian dilanjutkan dengan pengaksesan bahan ajar secara online. Blended learning juga dapat berupa integrasi e-learning dengan Learning Management System menggunakan komputer dalam kelas, selama pembelajaran tatap muka. Peran guru sangat penting, karena diperlukan untuk mentransformasikan pengetahuan kepada pengguna. Blended learning memerlukan waktu cukup untuk diadaptasi oleh instruktur atau guru dan siswa, karena merupakan konsep pembelajaran yang baru.[16]
Bates dan Poole mengemukakan lima media pembelajaran utama, dimana digunakan teknologi yang berbeda-beda. Kelima media itu yaitu, tatap muka langsung, teks (termasuk gambar), audio analog, video analog, dan multimedia digital. Teknologi termasuk fisik, mekanik, dan elektronik dibagi berdasarkan komunikasi menjadi dua bagian yaitu broadcast dan komunikasi dua arah. Broadcast dan komunikasi dua arah dibagi menjadi masing-masing synchronous dan asynchronous. Media broadcast synchronous adalah pembelajaran langsung, radio, TV, web casting, serta audio dan video streaming, sedangkan broadcast asynchronous adalah buku, kaset audio dan video, web site, CD-ROM, dan DVD-ROM. Media komunikasi dua arah synchronous adalah diskusi, tanya jawab, telepon, audioconverence, videoconverence, online chat, dan instance message, sedangkan media komunikasi dua arah asynchronous adalah email dan forum diskusi.[17]



Tabel 1.2 Penggunaan media dan teknologi

Media
Teknologi
Broadcast
Komunikasi dua arah
Synchronous
Asynchronous
Synchronous
Asynchronous
Tatap-muka
Pembelajaran
Catatan
Diskusi, tanya-jawab

Teks

Buku

Email
Audio
Radio
Kaset audio
Telepon Audio converence

Video
TV
Kaset video
Video converence

Multimedia digital
Web casting, audio streaming, video streaming
Website, CD-ROM, DVD-ROM
Online chat, intance message
Email, forum diskusi

Agar para pengajar di Indonesia sensitif terhadap perkembangan pengetahuan tentang pembelajaran masa depan, diperlukan serangkaian kegiatan oleh pemerintah dan lembaga  swadaymasyarakat  dalam  upaymeningkatkan kualitas pengajar. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui seminar, pelatihan, dan lokakarya dengan baik secara sentralisasi maupun desentralisasi untuk memanfaatkan perkembangan teknologi dalam pembelajaran, meliputi teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer, dan teknologi telepon seluler. Pembelajaran yang memanfaatkan semuanya itu apabila dikemas menjadi satu kesatuan dengan kombinasi yang berprinsip sinergi, maka pembelajaran tersebut menjadi berkualitas karena mampu memfasilitasi sumber belajar yang beragam.[18]







BAB III
KESIMPULAN

1.    Blended learning terdiri dari kata blended  (kombinasi/  campuran) dan learning (belajar). Blended learning berarti mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face = f2f) dan pembelajaran berbasis  komputer (online dan offline).
2.    Kelebihan dan kelemahan blended learning
a.    Penggunaan blended learning memiliki keuntungan sebagai berikut: (1) Meningkatkan interaksi dan kepuasan siswa, (2) Siswa dapat meningkatkan apa yang dipelajari, dan kesempatan untuk mengakses tingkat pembelajaran yang lebih lanjut, (3) Penyajian dapat lebih cepat disampaikan, (4) Siswa memiliki kesempatan untuk mempelajari materi yang diinginkan, (5) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja, (6) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas, (7) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran.
b.    Kelemahan penggunaan blended learning yaitu: (1) Keterbatasan pengaksesan komputer dan internet, (2) Keterbatasan pengetahuan yang disampaikan menggunakan teknologi. (3) Keterbatasan meningkatkan keterampilan bagi siswa.
3.    Pertimbangan untuk menggunakan pembelajaran tatap muka, online, atau blended, tergantung dari analisis dari kompetensi yang harus dicapai, karakteristik, dan lokasi pengguna. Sedangkan pertimbangan untuk menentukan apakah komposisinya 50/50, 75/25 atau 25/75 bergantung pada analisis komptensi yang ingin dihasilkan, tujuan mata pelajaran, karakteristik pebelajar, interaksi tatap muka, strategi penyampaian pembelajaran online atau kombinasi, karakteristik, lokasi pebelajar, karakteristik dan kemampuan pengajar, dan sumber daya yang tersedia.
4.   
10
 
Peran pengajar dalam blended learning: pengajar harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan sumber belajar berbasis komputer dan keterampilan untuk mengakses internet.
DAFTAR PUSTAKA

Dwiyogo, Wasis D. Pembelajaran Berbasis Blended Learning dalam Http://www.pembelajaranvisioner.com (diakses 21 April 2018)
Kuntarto dkk, Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning pada Aspek Learning Design dengan Platform Media Sosial Online sebagai Pendukung Perkuliahan Mahasiswa, tahun 2016.
Purnomo, Agus dkk. Pengembangan Pembelajaran Blended Learning Pada Generasi Z. Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS. Vol.1 No.1.  April 2016.
Rusman. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Sutopo, Ariesto Hadi. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.



[1] Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 239-240.
[2] Ibid., 242.
[3] Kuntarto dkk, Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning pada Aspek Learning Design dengan Platform Media Sosial Online sebagai Pendukung Perkuliahan Mahasiswa, tahun 2016, hlm 2.
[4]Wasis D. Dwiyogo, Pembelajaran Berbasis Blended Learning dalam Http://www.pembelajaranvisioner.com (diakses 21 April 2018), hlm3- 4.
[5] Ibid.
[6] Agus Purnomo dkk, Pengembangan Pembelajaran Blended Learning Pada Generasi Z, Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS, Vol.1 No.1,  April 2016, hlm 71-71.
[7] Dwiyogo, Pembelajaran, hlm 4.
[8] Ariesto Hadi Sutopo, Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2012), hlm  169.
[9] Ibid., hlm 170.
[10] Rusman, Pembelajaran., hlm 248.
[11] Sutopo, Teknologi, hlm 170.
[12] Ibid., hlm 171.
[13] Dwiyogo, Pembelajaran, hlm 5.
[14] Ibid.
[15] Ibid., hlm 7.
[16] Sutopo, Teknologi, hlm 171-172.
[17] Ibid.,  hlm 172-173.
[18] Dwiyogo, Pembelajaran, hlm 9.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Popular Posts

Blog Archive

PAI.H

PAI.H
Kita lebih dari sekedar teman, we are family