Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“PEMBELAJARAN PAI BERBASIS TIK”
Disusun oleh : Kelompok 8
1. Fantris
Fitranda Nahkar Saputra (210315166)
2. Hawing Cahya PM (210315271)
3. Rista Hasanatul Fadillah (210315293)
Kelas PAI.H
Dosen Pengampu :
Nurul Malikah,
M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
berbagai kajian dan penelitian dinyatakan bahwa pendidikan merupakan indikator kejayaan bangsa, demikian pula
guru memegang peran penting dalam
membelajarkan
para
peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan guru menjadi indikator kunci keberhasilan pendidikan. Memasuki abad dua puluh satu ini, guru sebagai sumber belajar utama dirasa tidak memadai lagi, sumber belajar guru harus terintegrasi dengan sumber belajar lain, yaitu sumber belajar cetak, audia, audio visual, dan komputer. Bahkan
perlu juga memanfaatkan handphone sebagai mobile learning.
Pendidik masa depan dalam kegiatan pembelajaran dapat berfungsi sebagai seniman (artist) dan
ilmuwan
(scientist) dalam
merancang
dan melaksanakan pembelajaran
dan
mengelola
sumber-sumber belajar yang sengaja dirancang
dan
dimanfaatkan. Oleh karena itu diperlukan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru dalam merancang pembelajaran terutama dalam upaya memecahkan masalah atau mengaplikasikan dalam rancangan pembelajaran mata pelajaran agar
kualitas pembelajaran meningkat
yang
sensitif
terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
yang di kenal dengan Pembelajaran Berbasis
Blended Learning (PPBL).
Karena itulah
pemakalah akan memaparkan lebih lanjut mengenai blended learning.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian blended learning?
2.
Apa saja kelebihan dan kelemahan
penggunaan blended learning?
3.
Apa saja pertimbangan dalam penggunaan blended
learning?
4.
Bagaimana peran guru dalam penggunaan blended learning?
|
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Blended Learning
Perkembangan kemajuan teknologi dan komunikasi dewasa ini
berlangsung sedemikian pesat, sehingga pantaslah para ahli menyebut gejala ini
sebagai suatu revolusi. Beberapa keterbatasan yang dulu dialami manusia dalam
berhungan satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas,
kecepatan, dan lain-lain, kini dapat diatasi dengan dikembangkannya berbagai
teknologi informasi dan komunikasi mutakhir. Dengan adanya perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini
sudah dimungkinkan untuk dijadikan belajar jarak jauh dengan menggunakan media
internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya. [1]
|
Pembelajaran konvensional tidak
lagi sepenuhnya menjadi andalan, namun ditengah kemajuan teknologi saat ini
diperlukan variasi metode yang lebih memberikan kesempatan untuk belajar dengan
memanfaatkan aneka sumber, tidak hanya dari man power seperti halnya
guru. Pembelajaran yang dibutuhkan adalah
dengan memanfaatkan unsur teknologi informasi, dengan tidak meninggalkan pola pembimbingan
langsung dari pengajar dan pemanfaatkan sumber belajar lebih luas. Konsep ini sering juga
diistilahkan dengan pencampuran antara blended e-learning dengan konvensional sehingga disebut
dengan blended learning.[2]
![]() |
Blended learning terdiri dari kata
blended (kombinasi/
campuran) dan learning (belajar). Istilah lain
yang sering digunakan adalah hybrid course (hybrid = campuran/ kombinasi, course = mata kuliah).
Makna asli sekaligus
yang paling umum blended learning mengacu
pada belajar yang
mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap
muka (face to face = f2f)
dan
pembelajaran berbasis komputer (online dan
offline).[3]
Saat ini istilah
blended menjadi populer, maka semakin banyak kombinasi yang dirujuk
sebagai blended learning. Dalam metodologi
penelitian, digunakan istilah mixing
untuk menunjukkan kombinasi antara penelitian
kuantitatif
dan kualitatif.
Adapula yang menyebut
di dalam pembelajaran adalah pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi berbagai pendekatan
dalam pembelajaran. Namun, pengertian
pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi penyampaikan pembelajaran menggunakan
kegiatan tatap muka, pembelajaran berbasis komputer (offline), dan
komputer secara
online (internet dan mobile learning).[4]
Pembelajaran berbasis Blended learning berkembang sekitar tahun 2000 dan sekarang
banyak digunakan di Amerika Utara, Inggris, Australia, kalangan perguruan tinggi dan dunia pelatihan. Melalui blended learning semua sumber belajar yang
dapat
memfasilitasi terjadinya belajar bagi orang yang belajar dikembangkan. Pembelajaran blended dapat menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face)
dengan pembelajaran
berbasis
komputer. Artinya, pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi
sumber-sumber belajar
tatap muka dengan
pengajar maupun yang
dimuat dalam media
komputer, telpon seluler atau iPhone,
saluran televisi satelit, konferensi video,
dan media
elektronik lainnya. Pembelajar dan pengajar/ fasilitator bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.[5]
Model pembelajaran
ini
merupakan sarana belajar bersama untuk
mereka yang merasa membutuhkan materi tambahan. Mereka kurang puas dengan
pembelajaran konvensional
di kelas,
karena dengan blended learning mereka
bisa
dengan mudah mendapatkan
materi-materi
baru bahkan lebih up to date dari berbagai
sumber bahkan pakar dari seluruh belahan dunia.[6]
Demikian juga ditemukan bahwa model pembelajaran
berbasis blended lebih
baik
daripada pembelajaran tatap muka (Face to face). Berdasarkan temuannya yang
disajikan dalam Tabel 1.1 menunjukkan perbandingan tingkat keberhasilan (bagi
siswa mencapai nilai A, B, atau C) selama dua tahun. Pada tabel 1.1 disajikan hasil penelitian pembelajaran yang
dilakukan melalui tatap muka (face to face), pembelajaran
kombinasi (blended) dan
pembelajaran melalui internet (online)
penuh.
Tabel
1.1 Persentase nilai
hasil belajar antara pembelajaran
tatap
muka (face
to face),
pembelajaran kombinasi
(blended) dan pembelajaran melalui internet (online) (Dziuban, Hartman, & Moskal, 2004)
|
Pembelajaran
|
Musim
|
||||||
|
Semi
2001
|
Panas
2001
|
Dingin
2001
|
Semi
2002
|
Panas
2002
|
Dingin
2002
|
Semi
2003
|
|
|
Tatap muka
|
91
|
93
|
91
|
90
|
94
|
91
|
91
|
|
Kombinasi (Blended)
|
91
|
97
|
94
|
91
|
97
|
92
|
91
|
|
Internet penuh
|
89
|
93
|
90
|
92
|
92
|
92
|
91
|
Pembelajaran berbasis blended learning,
di samping untuk meningkatkan hasil belajar, bermanfaat pula untuk meningkatkan hubungan komunikasi pada tiga
mode
pembelajaran yaitu lingkungan
pembelajaran
yang berbasis ruang kelas
tradisional, yang blended,
dan yang sepenuhnya online.[7]
Tujuan dari blended learning adalah untuk mendapatkan pembelajaran
yang baik dimana metode konvensional memungkinkan untuk melakukan pembelajaran
secara interaktif, sedangkan metode online dapat memberikan materi secara
online tanpa batasan ruang dan waktu sehingga dapat dicapai pembelajaran yang
maksimal. Tidak ada aturan baku tentang pembelajaran secara blended, dan
hal ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.[8]
B.
Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan Blended Learning
Penggunaan blended learning memiliki keuntungan sebagai berikut:
1.
Siswa tidak hanya belajar lebih banyak pada saat sesi online yang
ditambahkan pada pembelajaran tradisional, tetapi dapat meningkatkan interaksi
dan kepuasan siswa.
2.
Siswa dilengkapi dengan banyak pilihan sebagai tambahan pembelajaran di
kelas, meningkatkan apa yang dipelajari, dan kesempatan untuk mengakses tingkat
pembelajaran yang lebih lanjut.
3.
Penyajian dapat lebih cepat disampaikan bagi siswa yang belajar
menggunakan e-learning.
4.
Tidak hanya belajar satu arah yang berurutan, dengan blended learning
siswa memiliki kesempatan untuk mempelajari materi yang diinginkan, serta
pengaturan jadwal dan waktu yang fleksibel suatu mata pelajaran.[9]
5.
Memungkinkan
terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja.
6.
Menjangkau peserta
didik dalam cakupan yang luas
7.
Mempermudah
penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran.[10]
Banyak kelebihan yang dimiliki oleh blended learning, namun
terdapat kekurangannya yaitu:
1.
Keterbatasan pengaksesan komputer dan internet. Kecepatan bandwidth terbatas,
sehingga sulit untuk mengakses internet secara berkesinambungan tanpa terputus.
Beberapa daerah masih mengalami kesulitan untuk mengakses internet, bahkan
fasilitas listrik pun sangat kurang.
2.
Keterbatasan pengetahuan yang disampaikan menggunakan teknologi. Halaman
web tidak dapat menyajikan infoemasi secara lengkap dengan ukuran resolusi
layar komputer yang terbatas. Demikian juga kebiasaan orang yang masih lebih
mudah membaca buku daripada membaca pada layar komputer.
3.
Keterbatasan meningkatkan keterampilan bagi siswa. Keterampilan siswa
seperti kegiatan yang harus dilakukan dalam laboratorium, membuat gambar secara
manual yang tidak dapat digantikan dengan komputer sepenuhnya.[11]
C.
Pertimbangan dalam Penggunaan Blended Learning
Pertimbangan untuk menggunakan pembelajaran tatap
muka, online, atau blended, tergantung dari analisis dari
kompetensi yang harus dicapai, karakteristik, dan lokasi pengguna. Tergantung
dari analisis dari ketiga parameter tersebut, desainer pembelajaran akan
menentukan pilihan yang tepat. Dalam suatu mata pelajaran ditentukan bagian
yang akan dibuat online, dan bagian mana yang dilakukan offline.
De Praetere memberikan contoh mata kuliah bahasa Inggris, dimana instruktur
mengambil kesimpulan bahwa semua aktivitas audio (listening comprehension,
oral expression) akan dilakukan di dalam kelas, sedangkan kegiatan yang
berbasis teks akan dilakukan secara online.[12]
Komposisi blended yang sering digunakan yaitu 50/50, artinya
dari
alokasi waktu yang
disediakan,
50% untuk kegiatan pembelajaran tatap
muka
dan 50% dilakukan pembelajaran online. Atau ada pula yang menggunakan komposisi 75/25, artinya 75% pembelajaran tatap muka dan 25% pembelajaran online. Demikian pula dapat
dilakukan 25/75, artinya 25%
pembelajaran tatap muka dan 75%
pembelajaran online.[13]
Pertimbangan
untuk menentukan apakah komposisinya 50/50, 75/25 atau 25/75 bergantung
pada analisis kompetensi
yang ingin dihasilkan, tujuan mata pelajaran,
karakteristik pebelajar,
interaksi tatap muka, strategi penyampaian pembelajaran online atau kombinasi, karakteristik, lokasi
pebelajar, karakteristik dan kemampuan pengajar,
dan
sumber daya yang tersedia.
Namun demikian, pertimbangan utama dalam
merancang
komposisi pembelajaran adalah
penyediaan sumber
belajar yang cocok untuk berbagai karakteristik
pebelajar agar dapat belajar lebih efektif, efisien, dan menarik. Dalam skenario pembelajaran berikutnya tentu saja harus
memutuskan untuk
tujuan mana yang dilakukan dengan pembelajaran tatap muka, dan bagian mana yang offline dan
online.[14]
D.
Peran Guru dalam Penggunaan Blended Learning
Peran pengajar dalam
pembelajaran berbasis blended learning sangat penting dalam
mengelola pembelajaran. Yang
pasti pengajar harus melek informasi. Di samping memiliki keterampilan mengajar dalam menyampaikan isi pembelajaran tatap muka, pengajar juga harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan sumber belajar berbasis
komputer (Microsof Word dan
Microsoft
PowerPoint)
dan keterampilan untuk
mengakses internet, kemudian dapat menggabungkan dua atau lebih metode pembelajaran tersebut. Seorang pengajar dapat memulai pembelajaran dengan tatap muka terstruktur kemudian dilanjutkan
dengan pembelajaran berbasis
komputer offline dan pembelajaran secara online.
Kombinasi
pembelajaran juga dapat diterapkan pada integrasi e-learning (online), menggunakan komputer di
kelas, dan pembelajaran tatap muka di kelas. Bimbingan belajar perlu diberikan kepada pebelajar sejak
awal, agar para pebelajar memiliki keterampilan belajar kombinasi sejak awal, karena
kemampuan ini akan
menjadi alat
belajar di masa depan.[15]
Peran guru dapat mengkombinasikan dua atau lebih
metode pembelajaran. Contoh yang umum dari blended learning adalah
integrasi antara bahan berbasis teknologi dan sesi tatap muka untuk menyajikan
konten. Seorang guru atau instruktur dapat memulai pelajaran yang terstruktur
di dalam kelas dengan pengantar, kemudian dilanjutkan dengan pengaksesan bahan
ajar secara online. Blended learning juga dapat berupa integrasi e-learning
dengan Learning Management System menggunakan komputer dalam kelas,
selama pembelajaran tatap muka. Peran guru sangat penting, karena diperlukan
untuk mentransformasikan pengetahuan kepada pengguna. Blended learning
memerlukan waktu cukup untuk diadaptasi oleh instruktur atau guru dan siswa,
karena merupakan konsep pembelajaran yang baru.[16]
Bates dan Poole mengemukakan lima media pembelajaran
utama, dimana digunakan teknologi yang berbeda-beda. Kelima media itu yaitu,
tatap muka langsung, teks (termasuk gambar), audio analog, video analog, dan
multimedia digital. Teknologi termasuk fisik, mekanik, dan elektronik dibagi
berdasarkan komunikasi menjadi dua bagian yaitu broadcast dan komunikasi
dua arah. Broadcast dan komunikasi dua arah dibagi menjadi masing-masing
synchronous dan asynchronous. Media broadcast synchronous adalah
pembelajaran langsung, radio, TV, web casting, serta audio dan video streaming,
sedangkan broadcast asynchronous adalah buku, kaset audio dan video, web
site, CD-ROM, dan DVD-ROM. Media komunikasi dua arah synchronous adalah
diskusi, tanya jawab, telepon, audioconverence, videoconverence, online
chat, dan instance message, sedangkan media komunikasi dua arah asynchronous
adalah email dan forum diskusi.[17]
Tabel 1.2 Penggunaan media dan teknologi
|
Media
|
Teknologi
|
|||
|
Broadcast
|
Komunikasi dua arah
|
|||
|
Synchronous
|
Asynchronous
|
Synchronous
|
Asynchronous
|
|
|
Tatap-muka
|
Pembelajaran
|
Catatan
|
Diskusi, tanya-jawab
|
|
|
Teks
|
|
Buku
|
|
Email
|
|
Audio
|
Radio
|
Kaset audio
|
Telepon Audio converence
|
|
|
Video
|
TV
|
Kaset video
|
Video converence
|
|
|
Multimedia digital
|
Web casting, audio streaming,
video streaming
|
Website, CD-ROM, DVD-ROM
|
Online chat, intance message
|
Email, forum diskusi
|
Agar para pengajar di
Indonesia sensitif terhadap perkembangan pengetahuan tentang pembelajaran masa depan, diperlukan serangkaian kegiatan oleh
pemerintah
dan lembaga swadaya masyarakat
dalam
upaya meningkatkan
kualitas pengajar. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui seminar, pelatihan, dan lokakarya dengan baik secara sentralisasi maupun desentralisasi untuk memanfaatkan perkembangan
teknologi
dalam pembelajaran, meliputi
teknologi cetak,
teknologi audio,
teknologi audio visual, teknologi komputer, dan teknologi telepon seluler.
Pembelajaran yang memanfaatkan
semuanya itu apabila dikemas menjadi satu kesatuan dengan
kombinasi yang berprinsip
sinergi,
maka pembelajaran tersebut
menjadi berkualitas karena mampu memfasilitasi sumber belajar yang beragam.[18]
KESIMPULAN
1.
Blended learning terdiri dari kata
blended (kombinasi/
campuran) dan learning (belajar). Blended learning berarti mengkombinasi atau
mencampur antara
pembelajaran tatap muka (face to
face = f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan
offline).
2.
Kelebihan dan kelemahan blended learning
a.
Penggunaan blended learning memiliki keuntungan sebagai berikut:
(1) Meningkatkan interaksi dan kepuasan siswa, (2) Siswa dapat meningkatkan apa
yang dipelajari, dan kesempatan untuk mengakses tingkat pembelajaran yang lebih
lanjut, (3) Penyajian dapat lebih cepat disampaikan, (4) Siswa memiliki kesempatan untuk mempelajari materi yang diinginkan, (5) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana
dan kapan saja, (6) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas, (7) Mempermudah penyempurnaan dan
penyimpanan materi pembelajaran.
b.
Kelemahan penggunaan blended learning yaitu: (1) Keterbatasan
pengaksesan komputer dan internet, (2) Keterbatasan pengetahuan yang
disampaikan menggunakan teknologi. (3) Keterbatasan meningkatkan keterampilan
bagi siswa.
3.
Pertimbangan untuk menggunakan pembelajaran tatap muka, online, atau
blended, tergantung dari analisis dari kompetensi yang harus dicapai,
karakteristik, dan lokasi pengguna. Sedangkan
pertimbangan
untuk menentukan apakah komposisinya 50/50, 75/25 atau 25/75 bergantung
pada analisis komptensi
yang ingin dihasilkan, tujuan mata pelajaran,
karakteristik pebelajar,
interaksi tatap muka, strategi penyampaian pembelajaran online atau kombinasi, karakteristik, lokasi
pebelajar, karakteristik dan kemampuan pengajar,
dan
sumber daya yang tersedia.
4.
|
Peran pengajar dalam blended
learning: pengajar harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan sumber belajar berbasis
komputer dan
keterampilan
untuk mengakses
internet.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyogo, Wasis D. Pembelajaran Berbasis Blended Learning dalam
Http://www.pembelajaranvisioner.com
(diakses 21 April 2018)
Kuntarto dkk, Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning pada
Aspek Learning Design dengan Platform Media Sosial Online sebagai Pendukung
Perkuliahan Mahasiswa, tahun 2016.
Purnomo, Agus dkk. Pengembangan Pembelajaran Blended Learning Pada Generasi Z. Jurnal Teori dan Praksis
Pembelajaran IPS. Vol.1 No.1. April
2016.
Rusman.
Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Sutopo, Ariesto Hadi. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
[1] Rusman, Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013), 239-240.
[2] Ibid., 242.
[3] Kuntarto dkk, Pengembangan
Model Pembelajaran Blended Learning pada Aspek Learning Design dengan Platform
Media Sosial Online sebagai Pendukung Perkuliahan Mahasiswa, tahun 2016,
hlm 2.
[4]Wasis D.
Dwiyogo, Pembelajaran Berbasis Blended Learning dalam Http://www.pembelajaranvisioner.com
(diakses 21 April 2018), hlm3- 4.
[6] Agus Purnomo dkk, Pengembangan Pembelajaran Blended Learning Pada Generasi Z, Jurnal Teori dan Praksis
Pembelajaran IPS, Vol.1 No.1, April
2016, hlm 71-71.
[8] Ariesto Hadi Sutopo, Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2012), hlm
169.









Tidak ada komentar:
Posting Komentar